A.
Pendahuluan
Filsafat adalah sebuah metode cara atau
sikap, bertanya tentang segala sesuatu. Sikap bertanya itu sendiri adalah
filsafat. Berfilsafat adalah ingin mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa
yang belum kita tahu (Djojosuroto, 2007:21). Hal ini sesuai dengan kondisi
setiap manusia yang selalu ingin tahu. Keingintahuan manusia merupakan kodrat
ilahi yang sejalan dengan hidup manusia itu. Keingintahuan manu, sia itu selalu
dimulai pada pengetahuan diikuti kepastian. Pengetahuan dimulai dengan rasa
ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan
kedua-duanya. Dengan demikian berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam
keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang
dicari telah kita jangkau (Suriasumantri, 1996:1).
Semua pengetahuan yang sekarang ada
selalu dimulai dengan spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini, manusia dapat
memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari
penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang disebut
benar maka tidak mungkin pengetahuan dapat berkembang. Tanpa menetapkan apa
yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral.
Demikian juga tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek tidak mungkin
disebut kesenian. Jadi, filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi
kegiatan ilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan,
menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuanyang dapat diandalkan.
Oesman Arif membedakan pengetahuan atas
empat jenis yaitu pengetahuan agama, pengetahuan filsafat, pengetahuan
keilmuan, dan pengetahuan kesenian. Sedangan ilmu dibedakan antara ilmu alam,
ilmu sosial, dan ilmu humaniora. Berbeda dengan pandangan Djojosuroto (2002:22)
yang membagi pengetahuan atas 3 bagian yaitu logika, etika dan estetika. Kedua
pandangan ini benar secara keseluruhan, yang berbeda hanyalah sudut pandangnya,
yang paling penting apakah pengetahuan ini bisa membuat kehidupan manusia
berkembang atau tidak?
Setiap etnis memiliki ideologi yang
berbeda-beda. Ideologi yang berbeda-beda inilah yang mendasari lahirnya
berbagai pengetahuan yang sekarang berkembang pesat. Karena rasa ingin tahu
manusia, manusia seakan menjadi haus pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang
dikuasai, semakin baik kehidupannya. Pandangan ini merupakan pandangan moderen
yang didukung oleh transparansi global.
Masyarakat Cina dan Jepang adalah 2
etnis yang memiliki kebudayaan yang unik di Asia. Keberadaan keduanya cukup
survive, diakui, serta mampu bersaing dengan hingga ke luar Asia (sampai Eropa,
Amerika, Australia, dll). Dilihat dari sudut pandang kebudayaan, yang mendasari
keduanya sukses karena memiliki ideologi yang kuat dan diyakini masyarakatnya.
Jepang misalnya terkenal dengan produk-produk elektronik dan otomotif yang
cukup hebat. Sedangkan Cina terkenal sebagai penguasa ekonomi dan perdagangan
di seluruh dunia. Hal inilah yang menjadi objek penelitian dalam tulisan ini,
dimana ideologi Cina dan Jepang menjadi menarik untuk dikaji.
B.
Landasan
Teori
1.
Filsafat
Budaya
Menurut Taplan dan Manners (2002:4),
budaya merujuk pada fenomena yang tidak dapat secara tuntas dijelaskan oleh
konsep-konsep psikobiologis. Pandangan ini lebih menekankan pada konsep culture
serta tidak mengubahnya. Pandangan culture ini dibedakan dari sosial, karena
menurut mereka organisasi sosial tidak merupakan sesuatu yang unik pada
manusia.
Berbeda dengan pendapat Taplan dan
Manners, menurut Spradley (2007:6) kebudayaan
adalah pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk
menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Spradley
membatasi kebudayaan sebagai pengetahuan yang dimiliki bersama dengan menekankan
pada makna berbagai fenomena.
Pendapat lain yang hampir mirip dengan
Spradley, diungkapkan Geertz (1992:vi) bahwa kebudayaan adalah hal yang
semiotik dan kontekstual. Ia menganggap bahwa simbol budaya adalah kendaraan
pembawa makna. Simbol adalah sesuatu yang perlu ditangkap maknanya dan pada
giliran berikutnya dibagikan kepada anak cucu dan ditularkan kepada ... para anropolog.
Menurut Koentjaraningrat (1998:13),
kebudayaan adalah segala pikiran dan perilaku manusia yang secara fungsional
dan disfungsional ditata dalam masyarakatnya. Unsur-unsur kebudayaan antara
lain :
-
Religi dan upacara keagamaan
-
Sistem dan organisasi kemasyarakatan
-
Sistem pengetahuan
-
Bahasa
-
Kesenian
-
Sistem mata pencaharian
-
Sistem teknologi dan peralatan
2.
Ideologi
Menurut Taplan & Manners (2002:154),
istilah ideologi meliputi nilai, norma, falsafah, dan kepercayaan religius,
sentimen, kaidah, pengetahuan atau wawasan tentang dunia, etos dan semacamnya.
Dalam penggunaan yang lebih modern dan sempit, ideologi biasanya mengacu pada
sistem gagasan yang dapat digunakan untuk merasionalisasikan, memberikan
teguran, memaafkan, menyerang, atau menjelaskan keyakinan, kepercayaan, tindak,
atau pengaturan kultur tertentu. Selain itu, faktor ideologi mempengaruhi
komponen budaya melalui proses pengkondisian psikologis, yakni lewat dampak
gagasan terhadap perilaku manusia (Taplan dan Manners, 2002:160).
Menurut Schlesinger, pembedaan antara
gagasan (ideas) dengan ideologi adalah hal yang bermanfaat. Gagasan atau idea
ialah wawasan atau pemahaman tertentu, sedang ideologi merupakan kristalisasi
gagasan menjadi sistem yang bersifat universal. Gagasan relatif, sedangkan
ideologi absolut. Ada orang yang menerima begitu saja pengalamannya yang campur
adu, tetapi ada pula yang membutuhkan gambaran tentang sosol rasionalitas-akhir
semesta ini. Pihak yang disebut belakangan itu mendambakan pola tunggal yang
mendasar, yang serba-cakup dan serba menjelaskan serta dapat dipahami manusia
dan memberikan serangkaian kaidah yang memadai untuk semua kemungkinan (tak
terduga) dalam politik kehidupan (Taplan & Manners, 2002:154).
Dari konsep-kosep yang dipaparkan
sebelumnya, tulisan ini memadukan konsep budaya dan unsur-unsurnya dengan
konsep ideologi. Ideologi juga merupakan bagian dari kebudayaan secara utuh.
Pemahaman tentang ideologi dan kebudayan Jepang dan Cina merupakan pembahasan
dalam tulisan ini.
C.
Metode
Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan
ini adalah metode kajian pustaka. Dalam metode ini, penulis mengumpulkan
data-data melalui tulisan-tulisan orang atau buku-buku yang berkaitan dengan
filsafat Jepang dan filsafat Cina. Tulisan ini mengangkat 6 tulisan, 3 tulisan
tentang filsafat Jepang dan 3 tulisan tentang filsafat Cina kemudian penulis
membandingkan untuk melihat persamaan, perbedaan, kekurangan dan kelebihan
bahkan memberikan komentar yang objektif sesuai dengan data dan pemahaman yang
ada.
D.
Perbandingan
Ideologi Jepang dan China
1.
Pendidikan
Pendidikan selalu berkaitan dengan
pengetahuan dan ilmu. Menurut Aristoteles dalam Metaphysica, “segala manusia ingin mengetahui”. Objek materialnya
adalah gejala manusia tahu. Peran filsafat adalah menyoroti gejala itu
berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali kebenaran (versus
“kepalsuan”), kepastian (versus “ketidakpastian”), objektivitas (versus
“subjektivitas”), abstraksi, intuisi, darimana asal pengetahuan dan kemana arah
pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi objek
material juga, dan kegiatan berpikir itu menghasilkan filsafat ilmu
pengetahuan. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat
dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jepang selalu menjadi ikon bagi bangsa
Asia yang menjadi sebuah negara maju dengan keberhasilannya di dalam memadukan
antara nilai-nilai tradisi dan modernisasi. Restorasi Meiji merupakan langkah
awal bagi Jepang masuk ke zaman modern setelah Jepang melakukan politik isolasi
dan menutup dirinya dari perkembangan luar. Perkembangan budaya pun mulai
terjadi di berbagai bidang. Berkat usaha dan semangat yang kuat, akhirnya Jepang
mampu mensejajarkan negaranya dengan negara-negara maju di dunia. Restorasi
Meiji terjadi pada tahun 1868. Jepang memulai dengan membagi pemimpin dengan 3
kelompok yang mempengaruhi pendidikan di Jepang yaitu Shintoist, Confucian dan Western-Oriented.
Pada awalnya, Kelompok yang
Western-orientated mendominasi atas dua kelompok lainnya, sebagian besar dalam
kaitan dengan fakta bahwa mayoritas masyarakat sangat terkesan kemajuan Ilmu
pengetahuan dan teknologi yang Eropa, dan mereka berpendapat kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi dari Eropa akan masuk dan diikuti Jepang. Akibat
Jepang mengejar terus pendidikan ipteks, hal ini berakibat pendidikan moral
menjadi terabaikan. This Western bias was embodied in the Fundamental Code
of Education of 1872. As a result, the cognitive and technical side of
education was emphasized, while the moral and affective side was neglected. Kegagalan
pendidikan di Barat tahun 1872 yang mendewakan koginitif dan kemampuan teknik
sementara pendidikan moralnya menjadi terabaikan.
Pendidikan cara diatas dikritik habis
oleh para pemimpin tradisional confucian yang lama sekali menjadi mainstream
pendidikan nasional Jepang. Kelompok Shintoist memegang peranan penting saat
restorasi Meiji dimana melakukan terobosan dengan menyerap pengetahuan Barat
dengan cara mennerjemahkan berbagai literatur Barat ke dalam bahasa Jepang dan
dimasukan dalam kurikulum sebagai pembejalaran di sekolah-sekolah Jepang. Ada
yang khas dari kelompok traditionalis Jepang yakni intens terhadap bimbingan
sistem nilai melalui pendidikan di sekolah sebagai kendaraannya. Di
negara-Negara Eropa, peran gereja dan kelompok religius memegang peranan
penting dalam pendidikan moral. Namun di Jepang, Buddhist dan Shinto agama
tidaklah cukup aktif dan kuat untuk dengan bebas mempromosikan pendidikan moral
di Jepang. Kelompok traditionalis yang melihat ke sistem persekolahan sebagai
sarana untuk meningkatkan kesusilaan bangsa. Sesungguhnya, sebelum Meiji
sekolah di Jepang, terutama sekolah unggulan, di kenal mengukir sejarah panjang
tentang pendidikan moral sebagai pokok pendidikan.
Pada
1879, babak baru pendidikan Peraturan pendidikan diumumkan resmi dengan
pendidikan moral (Shushin)dan Discipline (Shitsuke), diangkat menjadi
prioritas dari berbagai bidang pendidikan. Tahun 1890, kerajaan merubah
pendidikan yang tadinya liberal ke orientasi yang konservatif. Pemerintah dalam
hal ini memiliki otoritas untuk menggunakan sekolah secara politis sistematis
untuk pengajaran paham moral. Pendidikan moral semacam ini, bertahan hingga
Perang Dunia II.
Pada tanggal 6-9 Agustus 1945 saat
bangsa Jepang kalah dalam Perang Dunia II yang lebih dikenal dengan peristiwa
Hiroshima dan Nagasaki, dengan cepat mereka bangkit kembali sampai sekarang ini
menjadi bintang dalam persaingan ekonomi dan industri. Kebangkitan bangsa
Jepang inilah yang melandasi keberadaan filsafat timur, kebangkitan Jepang
menandakan bangkitnya filsafat timur.
Dari paparan di atas, pendidikan di
Jepang sangat menentukan keberadaan orang-orang Jepang saat ini. Motto yang
paling terkenal tentang pendidikan Jepang adalah “mengajarkan cara belajar”. Motto ini sangat berpengaruh dalam
pemahaman mereka terhadap pengetahuan dan ilmu yang semuanya dilandasi oleh
falsafah hidup mereka yang kuat dan berakar. Hal lain yang mendukung majunya
pendidikan di Jepang adalah penghargaan terhadap profesi guru. Di Jepang, orang
yang akan menjadi guru haruslah seorang yang benar-benar hebat. Hal inilah yang
mendukung bangsa Jepang mampu menghasilkan produk-produk bergengsi dan melahirkan
perusahaan-perusahaan hebat yang tersebar sampai ke seluruh dunia misalnya
Honda, Mitsubishi, Toyoto, Sony, dll.
Bangsa Cina berbeda dengan Jepang dalam
hal pendidikan. Pendidikan di Cina lebih ditekankan pada sudut pandang
intelektual. Para filsuf Cina berhasil membangun etos masyarakat Cina seperti
mencintai belajar dan mendorong orang gemar melakukan penelitian mendalam atas
segala sesuatu sebelum memecahkan dan melakukan sesuatu. Demikianlah
pengetahuan dan integritas pribadi merupakan tekanan utama filsuf Cina.
Beberapa ajaran yang berpengaruh dalam pendidikan di Cina antara lain Buddhisme, Confusionisme, dan Taoisme.
Buddisme adalah sistem pendidikan Buddha Shakyamuni, serupa sistem pendidikan
konfusius yang tersebar luas di Cina. Tujuan pendidikan Buddhis adalah mencapai
kebijaksanaan yang sering disebutAnuttara-samyak-sambbodi yang bertujuan
memperkaya kodrat (alam intrinsik) manusia sehingga memperoleh kebijaksanaan.
Sedangkan ini ajaran Buddha adalah disiplin, meditasi, dan kebijaksanaan. Buddhisme
adalah semacam betuk khusus pengetahuan; bukanlah merupakan agama. Untuk
memperoleh hasil yang memuaskan, kita harus mengerti kodrat sesungguhnya.
Menurut ajaran ini, Buddha Shakyamuni merupakan pendidik terbaik dalam sejarah
duunia. Ia serupa Konsusius, mengajar setiap orang tanpa lelah dan tanpa
diskriminasi. Ajaran Buddhisme berhasil masuk dan berasimilasi dengan budaya
Cina.
Confusionisme mengajarkan siswa-siswa
sekolah dasar agar terlatih baik dan mampu menahan nafsu-nafsu indrawi. Sekolah
menekankan pentingnya konsentrasi dan kebijaksanaan. Anak-anak mulai mengenal
skeolah pada usia 7 tahun. Mereka diharuskan tinggal di sekolah dan
diperbolehkan pulang pada waktu liburan saja. Mereka diajarkan cara
berinteraksi dengan benar dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sopan santun
terhadap guru dan teman sekolahnya. Ketika mereka kembali ke rumah, mereka
mempraktikkan respek dan bakti kepada orang tua dan saudara-saudaranya. Pada
uisa 7-12 tahun, para siswa diminta untuk mengingat dan mengucapkan teks-teks
kuno secara lancar. Para guru menyeleksi teks-teks kuno yang mengandung
nilai-nilai kebijaksanaan. Para siswa diminta membaca dan mengucapkan teks-teks
tersebut 100-200 kali sehari. Tujuan pendidikan semacam ini adalah untuk
mengarahkan pikiran siswa agar diperoleh pikiran yang murni, konsentrasi dan
kebijaksanaan, meskipun mereka tidak mengerti sepenuhnya.
Hal utama yang menjadi inti ajaran
confusionisme adalah prinsip keseimbangan yin dan yang. Prinsip ini menjadi
utama dibahas sehingga keseimbangan yang mengatur hidup kita. Confusionisme
menganjurkan agar orang belajar dan mempraktekan apa yang dipelajari sehingga
manusia menjadi seorang intelektual yang lengkap. Ajaran ini mengajarkan
kebijaksanaan, ketenangan dalam segala situasi agar dapat menyelesaikan
persoalan-persoalan penghidupan dengan rasional. Selain itu, ajaran ini
mengajarkan kita untuk bisa mengatur harta yang baik terutama pendidikan
anak-anak. Unsur pendidikan ini dalam confusionisme karena cendikiawan
dihormati jauh lebih tinggi dibandingkan kekayaan. Itulah sebabnya di Amerika
saat ini kebanyakan mahasiswa peringkat atas diduduki oleh orang-orang dari
Hongkong, Cina, Taiwan, Singapura, Korea, dan Jepang yang ternyata
negara-negara tersebut dipengaruhi ajaran confusionisme.
Taoisme mangajarkan bahwa sumber yang
unik dari alam semesta dan menentukan semua hal. Semua hal di duni terdiri dari
bagian yang positif dan bagian yang negatif; semua yang berlawanan selalu
mengubah satu sama lain; dan bahwa orang tidak boleh melakukan tindakan tidak alami
tetapi mengikuti kodratnya. Sikap pasrah terhadap hukum kodrat dan hukum alam
ini disebut juga sebagai wu-wei. Taoisme merasa senang dengan keindahan alam,
liar, sederhana dan kecil, dalam keindahan intrinsik alam yang membuat manusia
memandang penuh penghormatan dan imajinasi puitis. Hanya dengan bersekutu
dengan alam dan kosmos seorang manusia benar-benar menjadi seoran “cosmian”.
Seperti Taois Chuang Tzu mengungkapkan dengan suara tenang : “langit dan bumi
lahir bersamaan denganku, dan sepuluh ribu benda bersatu denganku”. Dari
paparan sebelumnya, pendidikan yang dapat diangkap dari ajaran Taoisme adalah
manusia haruslah belajar dari alam. Alam menyimpan misteri yang unik dan indah
untuk diketahui. Setiap organisme kehidupan merupakan pengetahuan yang tidak
akan pernah berakhir dan tidak pernah selesai untuk dipelajari. Mulai dari ilmu
pengobatan yang bahan-bahannya dari alam sampai ilmu feng shui. Alam pikiran
kita berakar dalam pemandangan alam. Dengan jalan feng shui (geomancy), orang
Cina kuno maupun kontemporer telah mengembangkan arti yang dalam untuk bersatu
dengan alam, daratan, bumi dan kosmos. Pengetahuan-pengetahuan ini akan
diajarkan turun-temurun menjadi pengetahuan budaya yang unik dan bermanfaat
untuk kelangsungan hidup manusia, sehingga dengan adanya ilmu dan pengetahuan
manusia dapat survive dan hidup dengan baik.
Dari paparan-paparan di atas, didapatkan
kesimpulan bahwa pendidikan di Jepang merupakan perpaduan antara barat dan
Timur. Ilmu-ilmu dan pengetahuan yang diajarkan di Jepang merupakan percampuran
yang memberikan keuntungan dalam perkembangan kehidupan orang-orang Jepang.
Sedangkan di Cina, pendidikan sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran yang
berkembang dan lebih ditekankan pada akar budaya Cina yang tradisional.
Meskipun saat ini sudah zaman modern, tetapi bagi orang Cina ketradisionalan
tetap yang utama yang memberikan kekuatan jati diri yang berbeda dengan Jepang.
2.
Bahasa,
Sistem Aksara, Sastra, dan Seni
Bahasa adalah alat komunikasi yang
digunakan dalam lingkungan kelompok manusia tertentu (Djojosuroto, 2007:45.
Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi, menuangkan emosi, mengejawantahan
pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam mencari hakikat
kebenaran dalam hidup. Hal lain tentang bahasa bahwa dengan adanya bahasa
manusia dapat mengembangkan kebudayaan dan meneruskan nilai-nilai budaya dari
generasi yang satu ke generasi yang lain (Suriasumantri, 1995:171).
Orang Jepang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi.
Bahasa Jepang menurut orang Jepang disebut romaji
atau Nihongo. Bahasa Jepang terbagi 2
bentuk yaitu Hyoujungo (pertuturan
standar) dan Kyoutsugo (pertuturan umum). Hyoujungo adalah bentuk yang
diajarkan di sekolah dan digunakan di televisi dan segala perhubungan (Hidayat
dan Rahmani, 2009:147-148). Orang Jepang memiliki banyak kesamaran dalam
hidupnya, ini tercermin dalam bahasanya, misalnya : saya kan memikirkan hal
itu, saya kurang yakin, saya akan
berusaha keras, itu sangat sulit. Contoh-contoh ini merupakan ungkapan kesamaran
dalam bahasa Jepang yang telah diterjemahkan. Dari beberapa pandangan ini
disimpulkan bahwa orang Jepang memiliki sifat yang was-was dan tidak langsung
percaya serta kritis menghadapi sesuai. Hal inilah yang bisa menjadi salah satu
akar keberhasilan orang Jepang dalam hidupnya.
Sistem aksara yang terkenal di Jepang
adalah Kanji. Kanji berasal dari Cina
yang diperkenalkan pada abad keempat masehi. Sebelum ini orang Jepang tidak
mempunyai sistem aksara sendiri. Dari Kanji, orang Jepang mengembangkan aksara Hiragana dan Katakana. Yang mengembangkan kedua aksara ini adalah rohaniawan
Budha untuk membantu melafalkan karakter-karakter Cina pada abad kedelapan
masehi. Kedua aksara ini biasa disebut kana da keduanya dipengaruhi bahasa
Sansekerta. Hal ini masih bisa dilihat dalam urutan aksara Kana. Selain itu
juga, orang Jepang mengenal sistem alihaksara yang disebut romaji. Bahasa Jepang yang dikenal sekarang ini ditulis dengan
menggunakan kombinasi aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana. Kanji dipakai untuk
menyatakan arti dasar dari kata (baik berupa kata benda, kata kerja, kata
sifat, atau kata sandang). Hiragana ditullis sesudah kanji untuk mengubah arti
dasar dari kata tersebut, dan menyesuaikannya dengan peraturan tata bahasa
Jepang.
Berbeda dengan orang Jepang, orang Cina
menggunakan bahasa Mandarin sebagai
bahasa resminya. Mandarin adalah dialek bahasa Tionghoa yang dituturkan di
sepanjang utara dan barat daya Republik Rakyat Tionghoa (Hidayat dan Rahmani,
2009:215). Kata “Mandarin”, dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan
untuk menerjemahkan beberapa istilah Tionghoa yang berbeda, merujuk kepada
kategori-kategori bahasa Tionghoa lisan. Dalam pengertian yang sempit, Mandari
berarti Putonghua dan Guoyu, dua
bahasa standar yang sama-sama didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua. Putonghua merupakan bahasa resmi Tiongkok dan Guoyu
adalah bahasa resmi Taiwan. Putonghua biasanya dipanggil Huayu, juga adalah salah satu dari empat bahasa resmi Singapura.
Dalam pengertian yang luas, Mandarin berarti Beifanghua (secara harfiah berarti “bahasa percakapan utara”).
Beifanghua mencakup beragam jenis dialek percakapan Tionghoa yang digunakan
sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Tiongkok,
dan menjadi dasar bagi Putonghua dan Guoyu. Beifanghua mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa apapun
yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama
sekali tidak dapat dimengerti.
Sistem aksara yang dipakai masyarakat
Cina adalah aksara Kanji. Kanji dalam
makna harfiah berarti “huruf-huruf dari Dinasti Han”. Selin digunakan dalam
bahasa Cina, huruf Cina (kanji) juga digunakan dalam bahasa Jepang dan Korea,
serta bahasa Vietnam. Kanji dikenal sebagai hanzi
dalam bahasa Cina, hanja atau hanmun dalam
bahasa Korea, dan chi nho dalam bahasa Vietnam. Kanji juga seperti dalam
pembahasan sebelumnya merupakan salah satu dari empat penulisan yang terdapat
di dalam bahasa Jepang (yang lain Hiragana, Katakana dan Romaji).
Terdapat perbedaan tentang permulaan
penggunaan huruf Cina di Jepang, tetapi secara umum disepakati bahwa agama
Budha membawa teks Cina ke Jepang sekitar abad ke-5. Secara berangsur-angsur,
sistem yang dikenali kanbun muncul,
ini merupakan teks Cina dengan tanda diacritikal untuk membenarkan penutur
bahasa Jepang membacanya menurut peraturan tata bahasa Jepang. Bahasa Jepang
tidak mempunyai bentuk tulisan. Akhirnya, sistem tulisan yang dikenali sebagai manyogama (digunakan dalam antologi
sastra silam Manyoshu) menggunakan
bentuk set kanji untuk nilai fonetik saja, bukan untuk nilai semantik, yang
diperlukan untuk menulis sastra Jepang. Manyogana ditulis dalam bentuk cursive
menjadi hiragana, sistem tulisan yang boleh digunakan oleh wanita. Hasil karya
sastra wanita era Heian ditulis menggunakan Hiragana. Katakana mungul melalui
haluan yang sama. Hiragana dan katakana dipakai bersama sebagai kana. Pada saat
sistem penulisan Jepang mulai berkembang, kanji digunakan untuk menulis bagian
pertuturan tertentu seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja, sementara
kana digunakan untuk akhiran kata kerja, perkataan yang hanya terdapat di
Jepang dan perkataan asing (sebelum ini perkataan asing dieja secara fonetik
dengan Kanji).
Sastra yang terkenal di Cina ada Empat Karya
Sastra antara
lain Kisah Tiga
Negara karya Luo Guanzhong, zaman Dinasti Ming. Selain itu ada Batas Air karya
Shi Nai-an, zaman Dinasti Ming dan yang paling terkenal Perjalanan ke Barat,
karya Wu Cheng-en, zaman Dinasti Ming. Karya lainnya adalah Jin Ping Mei karya
Lanlin Xiaoxiaosheng, zaman Dinasti Qing. Namun kalangan pengamat sastra
Tionghoa di Jepang mengemukakan versi lain bahwa Impian Paviliun Merah dari
zaman Dinasti Qing jauh melebihi pamor Jin Ping Mei. Untuk ini di kemudian hari
ada istilah Empat Tulisan Termasyhur (四大名著) yang menggantikan Jin Ping Mei dengan Impian
Paviliun Merah.
Sastra yang terkenal di Jepang antara lain puisi-puisi
Jepang misalnya Waka, puisi karya Komachi, Ono no Komachi, dan karya Yosano
Akiko. Seorang sastrawan Jepang yang terkenal adalah Yasunari Kawabata dengan
karya-karyanya antara lain Gadis Penari dari Izu, Negeri Salju, Empu Go, Seribu
Burung Bangau dan lain-lain. Seni yang terkenal di Jepang adalah seni lukis dan seni manga, ada juga seni
melipat melipat kertas yaitu origami
3.
Ekonomi,
Teknologi , Militer dan Etos Kerja
Sistem ekonomi menurut kebudayaan adalah
sistem mata pencaharian untuk bertahan hidup. Dengan ekonomi yang lancar maka
manusia dapat berkembang, bersekolah, serta dapat menikmati hidup. Kemajuan
ekonomi biasanya dibarengi oleh kemajuan militer serta semangat atau etos kerja
yang dimiliki oleh setiap orang. Sedangkan kemajuan militer dipengaruhi oleh
kemajuan ekonomi dan teknologi.
Masyarakat Jepang terkenal dengan
produk-produk elektronik yang handal denga terciptanya perusahaan-perusahaan
besar misalnya Honda, Toyota, dll. Perusahaan-perusahaan ini sangat berpengaruh
sampai ke luar Jepang. Perusahaan-perusahaan ini merupkan tumpuan Jepang dalam
pertumbuhan ekonominya. Orang Jepang terkenal memiliki etos kerja yang tinggi
dan ulet sehingga apa yang mereka hasilkan berkualitas dan dapat bersaing dalam
kancah internasional. Pertumbuhan ekonomi Jepang dapat berkembang pesat
walaupun sebelumnya pernah ambruk karena pengaruh tragedi Hirosima dan Nagasaki
namun dengan cepat mereka bangkit lagi. Selain itu, Jepang juga terkenal dengan
militernya yang hebat yang juga pernah menjajah Indonesia. Militer Jepang
terkenal keras, garang dan penindas. Hal ini didasari oleh budaya Jepang yang
keras dan disiplin.
Masyarakat Cina terkenal dengan
kompetensi yang besar, bahkan Amerika pun segan dengan keberadaan Cina. Hal
yang melandasi Cina mampu menguasai ekonomi adalah faktor kerja keras,
kekerabatan, dan faktor jumlah penduduk yang besar dan tersebar di mana-mana.
Tradisi kultural yang lekal dengan kehidupan orang Cina, merupakan faktor
penetralisir serta pendorong upaya pencerahan bagi kehidupan yang jauh lebih
baik. Bagi orang Cina sendiri keberadaan faktor ekonomi secara otomatis
merupakan faktor pendorong majunya pendidikan (kemajuan intelektual).
Keberadaan dan kemampuan Cina menguasai ekonomi dan pasar ini merupakan
pengaruh ajaran confusionisme dan ajaran-ajaran lainnya yang dianut oleh
masyarakat Cina.
Penguasaan Ekonomi antara Jepang dan Cina memang berbeda dengan
negara-negara lain. Persaingan antara produk Jepang dan Cina di pasaran pun
sering terjadi. Pascaperang, Jepang memiliki keajaiban ekonomi, yang membawa
negara sakura ini ke posisi kedua setelah AS, selama lebih dari 40 tahun.
Namun, stagnasi setelah pecah gelembung aset pada 1990an, tampaknya membantu
China menggantikan posisinya tahun ini. IMF menilai, Jepang lebih kaya 10 kali
berdasarkan basis per-kapita. Namun, lompatan China mencerminkan pergeseran
dalam kekuatan ekonomi sebagai negara yang bertransformasi dari negara komunis
yang erat dengan kemiskinan, menjadi negara taraf global kelas berat.
Nominal PDB China untuk
Juli-September yang mencapai US$1,415 triliun. Angka ini mengalahkan PDB Jepang
sebesar US$1,369 triliun. Dengan adanya ini Beijing mendapat kritik karena
menjaga yuan secara artifisial di level rendah. Hal ini menunjukkan bahwa PDB
China memang harus lebih tinggi. Sedangkan kekuatan baru-baru ini dari yen
versus dolar AS, telah mendorong angka nominal Jepang. Dengan meningkatnya
industri berkekuatan besar dari Cina, Jepang seharusnya bersiaga. Pasalnya,
raksasa Asia ini telah berada pada jalurnya untuk menggeser Jepang secara
keseluruhan tahun ini. Namun, Jepang bersikukuh tetap unggul dalam ekonomi
dunia tahun ini. Terlihat dari nominal PDB sembilan bulan pertama
(Januari-September), dimana Jepang berhasil mencapai US$3,959 triliun,
sementara China beda tipis US$3,946 triliun. Unggulnya Jepang didukung
pertumbuhan yang kuat pada kuartal pertama 2010. Sementara pada kuartal kedua,
negara kepulauan ini sempat terhimpit surutnya ekspor dan konsumsi domestik
yang flat pada April-Juni. Jepang pun merevisi PDB kuartal ketiga menjadi 4,5%
pada basis tahunan, naik dari estimasi awal 3,9% bulan sebelumnya, mengalahkan
ekspektasi ekonom dari revisi menjadi 4,1%. Kenaikan pada kuartal ketiga ini
disebabkan pemulihan dalam belanja modal perusahaan, serta belanja konsumen
pada perangkat pendingin udara (AC) selama musim panas yang mencapai rekornya.
Berdasarkan
perbandingan-perbandingan sebelumnya, antara Jepang dan Cina keduanya memiliki
keunggulan-keunggulan yang dilihat secara umum karena memiliki akar budaya yang
kuat. Jepang pernah mengalami kehancuran, begitu pula Cina tetapi keduanya
dapat bangkit kembali secara ekonomi, teknologi, bahkan militerpun. Hal ini
disebabkan karena Jepang dan Cina memiliki etos kerja yang tinggi, ulet dan
pekerja keras. Yang berbeda, hanyalah Cina lebih dipengaruhi kekerabatan dalam
budayanya.
4.
Agama,
Kepercayaan dan Pandangan Hidup
Secara umum agama berkaitan dengan
kepercayaan. Namun dalam kajian kebudayan agama dan kepercayaan disatukan
menjadi sebuah pandangan hidup. Kepercayaan seseorang terhadap Tuhan itulah
yang disebut agama atau kepercayaan. Sedangkan pandangan lebih atau bertitik
tolak pada berbagai kepercayaan yang menjadi satu. Agama, kepercayaan dan pandangan
hidup akan selalu mempengaruhi kehidupan setiap orang, dalam mengenyam
pendidikan, dalam berusaha, dan lain sebagainya.
Bangsa Jepang terkenal dengan
popularitas dalam berbagai aspek kehidupan dan diakui banyak bangsa sebagai
fenomena monumental. Hal ini tidak terlepas dari perjalanan historis bangsa
Jepang yang oleh para ahli dipandang sebagai prototipe keberhasilan suatu
bangsa di dalam memadukan dua unsur yang dichotomous (tradisi dan modernisasi).
Pengalaman bangsa Jepang sebenarnya sudah banyak dikaji dari sepak terjang
yaitu karakter dan perilaku mereka yang banyak dipengaruhi cara berpikir mereka
tentang hidup dan hakekat kehidupan, baik sebagai individu, kelompok kecil
maupun sebagai nation. Ajaran-ajaran yang berpengaruhi di Jepang dikenal dengan
tiga ajaran yaitu Shintoisme sebagai ajaran asli, confusionisme dan Buddhisme
yang diadopsi dari Cina dan Korea. Alam pikiran orang Jepang merupakan
kristalisasi tiga ajaran. Shintoisme, bangsa Jepang dibentuk menjadi bangsa
yang fanatik terhadap Kaisar/Pimpinan yang merupakan “anak” Amaterasu Omi Kami
atau Dewa Matahari. Fanatisme ini berkembang setelah pengaruh Confusionisme
yang telah melahirkan bentuk disiplin diri melalui konsep Seppuku (bunuh diri).
Ajaran Shinto pada dasarnya merupakan
bentuk religi kuno yang dalam konsep antropologi dikenal dengan istilah
animisme dan dinamisme. Aspek ini bisa kita kenali dari kuil Shinto yang
semuanya memakai gerbang Torri (tempat suci yang dipersembahkan bagi leluhur
Kaisar, Uji (Klen) setempat, Dewa Padi atau arwah-arwah yang menguasai gunung,
lembah dan lain-lain. Upacara-upacara ritual agama Shinto menjadidasar
tradisional Jepang. Mulai ujung utara sampai ujung selatan pulau-pulau Jepang
sepanjang tahun banyak upacara tradisional. Upacara penobatan Tenno dan sebagainya
berpijak pada sistem tradisional yang berasal dari Shinto. Tenno yang berkuasa
secara turun-temurun itu berdasarkan sistem patrilineal. Hal ini berimbas juga
pada sistem waris keluarga Jepang. Anak laki-laki tertua akan mewarisi kekayaan
ayah dan sekaligus pengganti kepala keluarga di rumah. Saat ini, pemerintahan
Tenno merupakan kekaisaran tertua di dunia yang berdasarkan garis keturunan.
Di samping pemujaan terhadap Tenno,
dalam masyarakat Jepang dikenal pemujaan terhadap arwah para leluhur yang dipercaya
sebagai pendidik ie (semacam family khas Jepang). Para arwah tersebut diyakini
mengawasi dan melindungi anggota-anggota ie yang masih hidup. Sementara itu,
melalui Confusionisme, dikenal konsep pemerintahan sebagai sebuah keluarga
besar, moral confusionisme yang demokratis, kesetiaan antar pribadi dan
pentingnya kerja keras. Sedangkan, Budhisme memainkan peran yang tidak kalah
penting yaitu konsep “samsara” atau hidup tiada akhir, hidup adalah derita dan
sang budha yang akan membebaskan manusia dari derita tersebut (konsep Nirwana).
Ajaran Budha di Jepang mencapai masa
keemasannya pada masa feonal yang dikenal sebagai Era Tokugawa. Hal ini bisa
dilihat dari jejak-jejak historis yang diantaranya berupa seni patung, seni
pahat, dan lukis pada kuil-kuil dan bentuk-bentuk arsitektur pada zaman ini. Di
samping itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah ekspresi budaya Budhisme di
dalam hiding sosial, politik, intelektual dan militer.
Sinkretisme tiga agama di Jepang dapat
terwujud karena bangsa Asia kebanyakan menganut agama yang monotheisme. Shinto
tidak mempertanyakan masalah akhirat, dan Mahayana (Budha) bukanlah agama yang
eksklusif mudah menyesuaikan diri dengan keyakinan setempat, agama Budha dan
Shinto mudah rukun bersama-sama dan kuil-kuil Shinto sering secara administrasi
berhubungan dengan biara-biara Budha. Orang Jepang Pramodern biasanya menganut
agama Budha dan Shinto dan sering pula banyak yang menganut Kong Fu Tse.
Beberapa karakter ini memungkinkan
bangsa Jepang mudah diterima agama lain termasuk agama Kristen yang dibawa oleh
orang Barat. Kendati demikian, dalam perkembangannya agama-agama ini pernah
mengalami pasang surut, hingga dewasa ini (Jepang Modern) cenderung bersikap
sekuler. Oleh karena itu, jangan heran apabila bagi orang Jepang ‘agama’ tidak
lebih dari sekedar aksesoris yang secara ritual dinikmati sebagai arena
rekreasi rohani. Oleh karena itu bagi kebanyakan orang Jepang, menikah diadakan
di Kuil Shinto, meninggal dengan tata cara Budha, ikut merayakan Natal dan
beretika Confucius adalah hal yang biasa tanpa dibebani perasaan bersalah atau
berdosa.
Masyarakat Cina terkenal dengan
kepercayaan terhadap agama Kong Hu-cu yang dikenal dengan nama Confusionisme.
Kong Hu-cu adalah seorang
filosof besar Cina. Dia adalah orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan
kepercayaan orang Cina yang paling mendasar. Filosofinya menyangkut moralitas
orang perorang dan konsepsi suatu pemerintahan tentang cara-cara melayani
rakyat dan memerintahnya lewat tingkah laku teladan telah menyerap jadi darah daging kehidupan dan kebudayaan orang Cina
selama lebih dari dua ribu tahun. Lebih dari itu, juga berpengaruh terhadap sebahagian
penduduk dunia lain. Lahir
sekitar tahun 551 SM di kota kecil Lu, kini masuk wilayah provinsi Shantung di timur laut daratan Cina.
Dalam usia muda ditinggal mati ayah, membuatnya hidup sengsara di samping
ibunya. Waktu beranjak dewasa dia menjadi pegawai negeri kelas teri tapi sesudah selang beberapa tahun dia
memutuskan mengundurkan diri. Sepanjang enam belas tahun berikutnya Kong Hu-Cu menjadi
guru. Sedikit demi sedikit mencari pengaruh dan
pengikut anutan filosofinya. Menginjak umur lima puluh tahun bintangnya mulai
bersinar karena dia dapat kedudukan tinggi di pemerintahan
kota Lu. Sang nasib baik
rupanya tidak selamanya ramah karena orang-orang yang dengki dengan ulah ini
dan ulah itu menyeretnya ke pengadilan sehingga bukan saja berhasil mencopotnya
dari kursi jabatan tapi juga membuatnya meninggalkan kota. Tak kurang dari tiga
belas tahun lamanya Kong Hu-Cu berkelana ke mana kakinya melangkah, jadi guru keliling, baru pulang
kerumah asal lima tahun sebelum wafatnya tahun 479 SM.
Kong
Hu-Cu kerap dianggap selaku pendiri sebuah agama; anggapan ini tentu saja
meleset. Dia jarang sekali mengkaitkan ajarannya dengan keTuhanan, menolak
perbincangan alam akhirat, dan mengelak tegas setiap omongan yang berhubungan
dengan soal-soal metafisika. Dia tak lebih dan tak kurang seorang filosof sekuler, cuma berurusan
dengan masalah-masalah moral politik dan pribadi serta tingkah laku akhlak.
Ada dua nilai yang teramat penting, kata Kong Hu-Cu, yaitu "Yen" dan "Li:" "Yen" sering diterjemahkan dengan kata "Cinta," tapi sebetulnya lebih kena diartikan "Keramah-tamahan dalam hubungan dengan seseorang." "Li" dilukiskan sebagai gabungan antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan santun.
Ada dua nilai yang teramat penting, kata Kong Hu-Cu, yaitu "Yen" dan "Li:" "Yen" sering diterjemahkan dengan kata "Cinta," tapi sebetulnya lebih kena diartikan "Keramah-tamahan dalam hubungan dengan seseorang." "Li" dilukiskan sebagai gabungan antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasaan, tatakrama dan sopan santun.
Pemujaan
terhadap leluhur, dasar bin dasarnya kepercayaan orang Cina bahkan sebelum
lahirnya Kong Hu-Cu, lebih diteguhkan lagi dengan titik berat kesetiaan kepada
sanak keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Ajaran Kong Hu-Cu juga
menggaris bawahi arti pentingnya keharusan seorang istri menaruh hormat dan taat kepada suami serta keharusan serupa dari seorang warga kepada
pemerintahannya. Ini agak berbeda dengan cerita-cerita rakyat Cina yang
senantiasa menentang tiap bentuk tirani. Kong Hu-Cu yakin, adanya negara itu
tak lain untuk melayani kepentingan rakyat, bukan terputar balik. Tak
jemu-jemunya Kong Hu-Cu menekankan bahwa penguasa mesti memerintah pertama-tama
berlandaskan pemberian contoh teladan yang moralis dan bukannya lewat kekerasan dan. Salah satu hukum ajarannya sedikit mirip dengan
"Golden Rule" nya Nasrani yang berbunyi "Apa yang kamu tidak
suka orang lain berbuat terhadap dirimu, jangan lakukan."
Pokok pandangan utama Kong Hu-Cu dasarnya teramat konservatif. Menurut hematnya, zaman keemasan sudah lampau, dan dia menghimbau baik penguasa maupun rakyat supaya kembali ke asal, berpegang pada ukuran moral yang teguh dan tidak ngelantur. Kenyataan yang ada bukanlah perkara yang mudah dihadapi. Keinginan Kong Hu-Cu agar cara memerintah bukan kekerasan, melainkan lewat tunjukkan suri teladan yang baik tidak begitu lancar pada awal-awal jamannya. Karena itu, Kong Hu-Cu lebih mendekati seorang pembaharu, seorang inovator ketimbang apa yang sesungguhnya jadi idamannya.
Kong Hu-Cu hidup di zaman dinasti Chou, masa menyuburnya kehidupan intelektual di Cina, sedangkan penguasa saat itu tidak menggubris sama sekali petuah-petuahnya. Baru sesudah dia wafatlah ajaran-ajarannya menyebar luas ke seluruh wilayah Cina.
Kebetulan dengan munculnya dinasti Ch'in tahun 221 SM, mengalami masa yang amat suram. Kaisar Shih Huang Ti, kaisar pertama dinasti Ch'ing bertekat bulat membabat habis penganut Kong Hu-Cu dan memenggal mata rantai yang menghubungi masa lampau. Dikeluarkannya perintah harian menggencet lumat ajaran-ajaran Kong Hu-Cu dan menggerakkan baik spion maupun tukang pukul dan pengacau profesional untuk melakukan penggeledahan besar-besaran, merampas semua buku yang memuat ajaran Kong Hu-Cu dan dimasukkan ke dalam api unggun sampai hancur jadi abu. Kebejatan berencana ini rupanya tidak juga mempan. Tatkala dinasti Ch'ing mendekati saat ambruknya, penganut-penganut Kong Hu-Cu bangkit kembali semangatnya dan mengobarkan lagi doktrin Kong Hu-Cu. Di masa dinasti berikutnya (dinasti Han tahun 206 SM - 220 M). Confucianisme menjadi filsafat resmi negara Cina. Mulai dari masa dinasti Han, kaisar-kaisar Cina setingkat demi setingkat mengembangkan sistem seleksi bagi mereka yang ingin jadi pegawai negeri dengan jalan menempuh ujian agar yang jadi pegawai negeri jangan orang serampangan melainkan punya standar kualitas baik ketrampilan maupun moralnya. Lama-lama seleksi makin terarah dan berbobot : mencantumkan mata ujian filosofi dasar Kong Hu-Cu. Berhubung jadi pegawal negeri itu merupakan jenjang tangga menuju kesejahteraan material dan keterangkatan status sosial, harap dimaklumi apabila di antara para peminat terjadi pertarungan sengit berebut tempat. Akibat berikutnya, ber generasi-generasi pentolan-pentolan intelektual Cina dalam jumlah besar-besaran menekuni sampai mata berkunang-kunang khazanah tulisan-tulisan klasik Khong Hu-Cu. Dan, selama berabad-abad seluruh pegawai negeri Cina terdiri dari orang-orang pandangannya berpijak pada filosofi Kong Hu-Cu. Sistem ini (dengan hanya sedikit selingan) berlangsung hampir selama dua ribu tahun, mulai tahun 100 SM sampai 1900 M. Tapi, Confucianisme bukanlah semata filsafat resmi pemerintahan Cina, tapi juga diterima dan dihayati oleh sebagian terbesar orang Cina, berpengaruh sampai ke dasar-dasar kalbu mereka, menjadi arah berfikir selama jangka waktu lebih dari dua ribu tahun. Ada beberapa penyebab mengapa Confucianisme punya pengaruh yang begitu dahsyat pada orang Cina. Pertama, kejujuran dan kepolosan Kong Hu-Cu tak perlu diragukan lagi. Kedua, dia seorang yang moderat dan praktis serta tak minta banyak hal-hal yang memang tak sanggup dilaksanakan orang. Jika Kong Hu-Cu menginginkan seseorang menjadi terhormat, orang itu tidak usah bersusah payah menjadi orang suci terlebih dahulu. Dalam hal ini, seperti dalam hal ajaran-ajarannya yang lain, dia mencerminkan dan sekaligus menerjemahkan watak praktis orang Cina. Segi inilah kemungkinan yang menjadi faktor terpokok kesuksesan ajaran-ajaran Kong Hu-Cu. Kong Hu-Cu tidaklah meminta terlalu banyak. Misalnya dia tidak meminta orang Cina menukar dasar-dasar kepercayaan lamanya. Malah kebalikannya, Kong Hu-Cu ikut menunjang dengan bahasa yang jelas bersih agar mereka tidak perlu berpindah. Tampaknya, tidak ada seorang filosof mana pun di dunia yang begitu dekat bersentuhan dalam hal pandangan-pandangan yang mendasar dengan penduduk seperti halnya Kong Hu-Cu.
Confucianisme yang menekankan rangkaian kewajiban-kewajiban yang ditujukan kepada pribadi-pribadi ketimbang menonjolkan hak-haknya, rasanya sukar dicerna dan kurang menarik bagi ukuran dunia Barat. Sebagai filosofi kenegaraan tampak luar biasa efektif. Diukur dari sudut kemampuan memelihara kerukunan dan kesejahteraan dalam negeri Cina dalam jangka waktu tak kurang dari dua ribu tahun, jelaslah dapat disejajarkan dengan bentuk-bentuk pemerintahan terbaik di dunia. Gagasan filosofi Kong Hu-Cu yang berakar dari kultur Cina, tidaklah berpengaruh banyak di luar wilayah Asia Timur. Di Korea dan Jepang memang kentara pengaruhnya dan ini disebabkan kedua negeri itu memang sangat dipengaruhi oleh kultur Cina. Saat ini Confucianisme berada dalam keadaan guram di Cina. Masalahnya, pemerintah Komunis berusaha sekuat tenaga agar kaitan alam pikiran penduduk dengan masa lampau terputus sama sekali. Dengan gigih dan sistematik Confucianisme digempur habis sehingga besar kemungkinan suatu saat yang tidak begitu jauh Confucianisme lenyap dari bumi Cina. Tapi karena di masa lampau, akar tunggang Confilcianisme begitu dalam menghunjam di bumi Cina, bukan mustahil entah seratus atau seratus lima puluh lahun yang akan datang beberapa filosof Cina sanggup mengawinkan dua gagasan besar : Confucianisme dan ajaran ajaran Mao Tse-Tung.
Pokok pandangan utama Kong Hu-Cu dasarnya teramat konservatif. Menurut hematnya, zaman keemasan sudah lampau, dan dia menghimbau baik penguasa maupun rakyat supaya kembali ke asal, berpegang pada ukuran moral yang teguh dan tidak ngelantur. Kenyataan yang ada bukanlah perkara yang mudah dihadapi. Keinginan Kong Hu-Cu agar cara memerintah bukan kekerasan, melainkan lewat tunjukkan suri teladan yang baik tidak begitu lancar pada awal-awal jamannya. Karena itu, Kong Hu-Cu lebih mendekati seorang pembaharu, seorang inovator ketimbang apa yang sesungguhnya jadi idamannya.
Kong Hu-Cu hidup di zaman dinasti Chou, masa menyuburnya kehidupan intelektual di Cina, sedangkan penguasa saat itu tidak menggubris sama sekali petuah-petuahnya. Baru sesudah dia wafatlah ajaran-ajarannya menyebar luas ke seluruh wilayah Cina.
Kebetulan dengan munculnya dinasti Ch'in tahun 221 SM, mengalami masa yang amat suram. Kaisar Shih Huang Ti, kaisar pertama dinasti Ch'ing bertekat bulat membabat habis penganut Kong Hu-Cu dan memenggal mata rantai yang menghubungi masa lampau. Dikeluarkannya perintah harian menggencet lumat ajaran-ajaran Kong Hu-Cu dan menggerakkan baik spion maupun tukang pukul dan pengacau profesional untuk melakukan penggeledahan besar-besaran, merampas semua buku yang memuat ajaran Kong Hu-Cu dan dimasukkan ke dalam api unggun sampai hancur jadi abu. Kebejatan berencana ini rupanya tidak juga mempan. Tatkala dinasti Ch'ing mendekati saat ambruknya, penganut-penganut Kong Hu-Cu bangkit kembali semangatnya dan mengobarkan lagi doktrin Kong Hu-Cu. Di masa dinasti berikutnya (dinasti Han tahun 206 SM - 220 M). Confucianisme menjadi filsafat resmi negara Cina. Mulai dari masa dinasti Han, kaisar-kaisar Cina setingkat demi setingkat mengembangkan sistem seleksi bagi mereka yang ingin jadi pegawai negeri dengan jalan menempuh ujian agar yang jadi pegawai negeri jangan orang serampangan melainkan punya standar kualitas baik ketrampilan maupun moralnya. Lama-lama seleksi makin terarah dan berbobot : mencantumkan mata ujian filosofi dasar Kong Hu-Cu. Berhubung jadi pegawal negeri itu merupakan jenjang tangga menuju kesejahteraan material dan keterangkatan status sosial, harap dimaklumi apabila di antara para peminat terjadi pertarungan sengit berebut tempat. Akibat berikutnya, ber generasi-generasi pentolan-pentolan intelektual Cina dalam jumlah besar-besaran menekuni sampai mata berkunang-kunang khazanah tulisan-tulisan klasik Khong Hu-Cu. Dan, selama berabad-abad seluruh pegawai negeri Cina terdiri dari orang-orang pandangannya berpijak pada filosofi Kong Hu-Cu. Sistem ini (dengan hanya sedikit selingan) berlangsung hampir selama dua ribu tahun, mulai tahun 100 SM sampai 1900 M. Tapi, Confucianisme bukanlah semata filsafat resmi pemerintahan Cina, tapi juga diterima dan dihayati oleh sebagian terbesar orang Cina, berpengaruh sampai ke dasar-dasar kalbu mereka, menjadi arah berfikir selama jangka waktu lebih dari dua ribu tahun. Ada beberapa penyebab mengapa Confucianisme punya pengaruh yang begitu dahsyat pada orang Cina. Pertama, kejujuran dan kepolosan Kong Hu-Cu tak perlu diragukan lagi. Kedua, dia seorang yang moderat dan praktis serta tak minta banyak hal-hal yang memang tak sanggup dilaksanakan orang. Jika Kong Hu-Cu menginginkan seseorang menjadi terhormat, orang itu tidak usah bersusah payah menjadi orang suci terlebih dahulu. Dalam hal ini, seperti dalam hal ajaran-ajarannya yang lain, dia mencerminkan dan sekaligus menerjemahkan watak praktis orang Cina. Segi inilah kemungkinan yang menjadi faktor terpokok kesuksesan ajaran-ajaran Kong Hu-Cu. Kong Hu-Cu tidaklah meminta terlalu banyak. Misalnya dia tidak meminta orang Cina menukar dasar-dasar kepercayaan lamanya. Malah kebalikannya, Kong Hu-Cu ikut menunjang dengan bahasa yang jelas bersih agar mereka tidak perlu berpindah. Tampaknya, tidak ada seorang filosof mana pun di dunia yang begitu dekat bersentuhan dalam hal pandangan-pandangan yang mendasar dengan penduduk seperti halnya Kong Hu-Cu.
Confucianisme yang menekankan rangkaian kewajiban-kewajiban yang ditujukan kepada pribadi-pribadi ketimbang menonjolkan hak-haknya, rasanya sukar dicerna dan kurang menarik bagi ukuran dunia Barat. Sebagai filosofi kenegaraan tampak luar biasa efektif. Diukur dari sudut kemampuan memelihara kerukunan dan kesejahteraan dalam negeri Cina dalam jangka waktu tak kurang dari dua ribu tahun, jelaslah dapat disejajarkan dengan bentuk-bentuk pemerintahan terbaik di dunia. Gagasan filosofi Kong Hu-Cu yang berakar dari kultur Cina, tidaklah berpengaruh banyak di luar wilayah Asia Timur. Di Korea dan Jepang memang kentara pengaruhnya dan ini disebabkan kedua negeri itu memang sangat dipengaruhi oleh kultur Cina. Saat ini Confucianisme berada dalam keadaan guram di Cina. Masalahnya, pemerintah Komunis berusaha sekuat tenaga agar kaitan alam pikiran penduduk dengan masa lampau terputus sama sekali. Dengan gigih dan sistematik Confucianisme digempur habis sehingga besar kemungkinan suatu saat yang tidak begitu jauh Confucianisme lenyap dari bumi Cina. Tapi karena di masa lampau, akar tunggang Confilcianisme begitu dalam menghunjam di bumi Cina, bukan mustahil entah seratus atau seratus lima puluh lahun yang akan datang beberapa filosof Cina sanggup mengawinkan dua gagasan besar : Confucianisme dan ajaran ajaran Mao Tse-Tung.
Selain confusionisme, orang China juga
menganut ajaran Budhisme dan Taoisme. Tetapi, yang paling besar adalah
Confusionisme. Ajaran ini bukan hanya di Cina tetapi juga di negara Asia lain
bahkan mungkin ke luar Asia. Budhisme hampir mirip dengan Confusionisme yang
lebih menekankan pada ajaran Budha yaitu disiplin, meditasi dan kebijaksanaan.
Sehingga antara penganut Confusionisme dan Budhisme dapat rukun bersama di
Cina.
Dari paparan-paparan tentang agama,
kepercayaan, dan pandangan hidup orang Jepang dan Orang China disimpulkan bahwa
orang Jepang menganut tiga gama yaitu Shintoisme, Budhisme dan Confusionisme. Sedangkan di
China sebagian besar penganut Confusionisme dan lainnya adalah Budhisme
ajaran-ajaran lainnya yang hidup dan berkembang di China. Gambaran yang dapat
diperoleh bahwa Jepang dan Cina sama-sama penganut Confusionisme dan Budhisme
sehingga perkembangan yang sekarang ini ada dalam masyarakatnya pastilah
berakar dari kedua pandangan dan keyakinan ini.
5.
Ilmu
Bela Diri
Koentjaraningrat (1990: 203-204) membagi
unsur-unsur kebudayaan atas 7 unsur antara lain bahasa, organisasi sosial,
sistem pengetahuan, sistem peralatan, sistem religi, sistem mata pencaharian
hidup dan ekonomi dan kesenian. Kesenian sangat berkaitan dengan keindahan.
Keindahan adalah bagian dan wilayah pengalaman manusiawi; keindahan itu jelas
dan gamblang (Cassirer, 1987:208). Sedangkan Plato mengatakan bahwa seni adalah
hasil karya manusia sesuai kejiwaannya untuk sebuah tiruan alam.
Ilmu bela diri merupakan sebuah metode
khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih
secara baik dan alami. Ilmu bela diri sangat berkaitan dengan keindahan dari
seni membela diri dan memeprtahankan diri. Secara mental dan spiritual setiap
masyarakat pasti memiliki seni bela diri yang dipengaruhi oleh ajaran dan
keyakinannya masing-masing.
Berikut ini adalah beberapa ilmu bela diri yang
terkenal di seluruh dunia :
1) Kungfu-Shaolin, Kungfu adalah ilmu bela diri
terbesar yang berasal dari Cina. Aktor-aktor Asia seperti Jet Lee, Jackie Chan,
Bruce Lie sangat kental dengan ilmu bela diri ini. Kungfu-Shaolin berasal dari
China. Secara tradisional, beladiri ini diajarkan oleh para biksu Shaolin,
dengan penekanan utama pada moralitas dan filosofi, dimana nilai kerendahan
hati, kepercayaan, dan kesabaran, serta penghormatan ditekankan.
2) Aikido, Aikido berasal dari Jepang, dan
mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an. Ilmu bela diri ini hanya dengan konsep
bertahan dari serangan lawan. Aikido memanfaatkan serangan lawan untuk
menjatuhkan mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk melumpuhkan, bukan
untukmelukai. Ilmu bela diri ini sangat unik dan berbeda.
3) Judo, Judo ditemukan atau didirikan oleh
Kano Jigoro, yang sering diganggu pada masa kecilnya, sekitar 1860 sampai 1870.
Dengan mengambil berbagai kemampuan dasar beladiri yang berkembang, Kano
menambahkan teknik lemparan untuk menciptakan Judo. Arti kata Judo adalah “jalan
lembut” yang berarti kira-kira menggunakan kekuatan lawan untuk melawan dirinya
sendiri. Karena prinsip inilah, maka Judoka tidak harus lebih kuat daripada
lawannya. Fokus utama Judo adalah melempar dan kuncian tanah, daripada memukul
atau menyerang. Awal mula judo berasal dari beladiri Jujitsu.
4) Karate, diturunkan dari kata yang berarti
“tangan kosong”, Karate diperkenalkan sebagai beladiri tanpa senjata. Berbagai
teknik Karate diperkirakan berawal dari tahun 1300-an, walaupun penulis “10
Precepts of Karate”, Anko Itosu, bapak karate modern, menuliskan buku tersebut
pada 1908. “Karate adalah teknik yang mengubah tangan dan kaki menjadi tombak”
demikian tulis Anko. Pada buku tulisan Anko, karate dapat dipakai sebagai cara
mengindari perkelahian jika dihadang penjahat.
5) Jujitsu, ketika samurai Jepang kehilangan
semua senjata, mereka akan beralih ke penggunaan Jujitsu (seni lembut). Jujitsu
berkembang dengan berfokus pada lemparan, kuncian dan menggulingkan diri. Tapi
tidak seperti bela diri lain, Jujitsu lebih banyak bergerak ke “apa aja boleh”.
Secara tradisional, para murid diajarkan berbagai taktik “curang” seperti
mencolok mata, menggigit, yang jika digunakan dengan tepat, dapat membunuh
lawan. Bela diri ini sangat efektif jika digunakan pada pertempuran jarak
pendek.
6) Jiujitsu, walaupun didirikan di Brazil,
pendiri bela diri ini adalah Mitsuyo Maeda, seorang petarung dari Jepang, yang
memenangkan lebih dari 2000 pertandingan dan dianggap sebagai manusia paling
tangguh. Maeda bertemu dengan keluarga Gracie di Jepang pada 1914, dan semenjak
saat itu juga keluarga Gracie dianggap sebagai keluarga pertama beladiri ini.
Penekanan pada lemparan dan groundwork menjadikan olahraga ini populer di
kalangan pengguna olahraga campuran.
7) Taekwondo, Tae-kwondo memiliki arti “jalan
kepalan dan kaki”, beladiri ini berkembang pesat pada setelah era PD II, ketika
Jepang mengakhiri pendudukan atas Korea. Bela diri ini terkenal atas
tendangannya yang mencengangkan, dan menggabungkan antara kemampuan fisik dan
kekuatan mental. Pemegang sabuk hitam beladiri ini mencapai 3 juta orang di
seluruh dunia.
8) Ninjutsu, bela diri misterius ini biasa digunakan
oleh kaum pembunuh dan para pejuang gerilya Jepang. Ninjitsu mengajarkan
berbagai cara untuk mengejutkan lawan dan mengalahkan lawan, dengan arah
perkembangan untuk membunuh. Selain kaki, tangan, berbagai senjata diajarkan
juga, termasuk teknik menyelinap dan melarikan diri secara efektif.
9) Krav Maga, bela diri wajib pengawal presiden Israel, seni bela diri ini tanpa aturan, dan keras. Bela diri ini tidak pernah dilatih untuk olahraga, karena benar-benar ditujukan untuk menghancurkan penyerang dengan berfokus pada area vital lawan, misalnya selangkangan dan mata, dan bahkan mengijinkan penggunaan kepala sebagai senjata dan berbagai benda yang ada sebagai senjata. Pendekatan bela diri ini dibagi tiga langkah : hadapi ancaman, cegah lawan untuk melakukan serangan kedua, dan netralkan lawan.
9) Krav Maga, bela diri wajib pengawal presiden Israel, seni bela diri ini tanpa aturan, dan keras. Bela diri ini tidak pernah dilatih untuk olahraga, karena benar-benar ditujukan untuk menghancurkan penyerang dengan berfokus pada area vital lawan, misalnya selangkangan dan mata, dan bahkan mengijinkan penggunaan kepala sebagai senjata dan berbagai benda yang ada sebagai senjata. Pendekatan bela diri ini dibagi tiga langkah : hadapi ancaman, cegah lawan untuk melakukan serangan kedua, dan netralkan lawan.
10) Muaythai, mirip
sekali dengan kickboxing, tapi bedanya, pukulan di bawah sabuk, siku dan dan
lutut semua boleh dipergunakan. Muay Thay susah sekali diperkirakan kapan
tepatnya lahir kapan, tapi berbagai elemen dari bela diri ini dapat ditemui di
bela diri Jepang dan India. Popularitas beladiri ini mulai muncul pada 1800-an.
Secara tradisi, bela diri ini sangat terstruktur, dengan berbagai ritual yang
menunjukkan penghormatan kepada lawan. Sekarang bela diri ini lebih berfokus
sebagai penggunaan badan sebagai senjata, kepalan, tulang kering, siku, lutut,
dan berbagai hal lain untuk mengalahkan lawan. Inilah yang membuat bela diri
ini berharga, karena semua bagian tubuh dapat digunakan sebagai senjata.
Jepang memiliki banyak sekali ilmu bela
diri selain yang sebelumnya antara lain Jujutsu, Sumo, Karate, Aikido,
Daitō-ryū Aiki-jūjuts, Dojo, Kempo, Kendo, Kihon, Koshi no mawari, Ninjutsu, Judo,
Kata, dll. Jepang lebih terkenal dengan karate, sedangkan Cina
terkenal dengan kungfu.
Berikut ini adalah sejarah ilmu bela
diri di Jepang dan Cina. Pada sekitar tahun 500-an sebelum masehi, seorang
padri Budha bernama Dharma si Orang Suci (Tat Mo Chou Su / Dharuma Taishi) yang
berkelana menyebarkan ajaran Budha sampai di daratan Cina. Di situ ia akhirnya
tinggal dan menetap di sebuah kuil bernama Siau Liem (Siau Liem Sie / Shorin Ji
(=wihara Siau Liem) yang pada akhirnya nanti akan lebih dikenal dengan
"Shaolin". Di situ, di samping mengajarkan "Dharma" dan
"Zen", ia mengajarkan sebuah seni bela diri yang dia bawa dari
daratan Hindustan. Ilmu bela diri tersebut ia kembangkan dengan menggabungkan
beberapa teknik dan unsur dari ilmu bela diri lain dari daerah-daerah yang
telah ia singgahi. Di Cina ia menciptakan sebuah "kembangan" dasar
bela diri siswa Shaolin masa datang yang cukup terkenal yang disebut Cap We Lo
Han Kun (delapan kepalan arhat). Siswa Dharma tidak hanya berasal dari daratan
Cina saja, namun banyak pula yang berasal dari daerah lain, bahkan negara lain
(Jepang, dan Muang Thai).
Di tahun 1900-an di Cina terjadi suatu
"clash" yang dinamakan "Perang Boxer". Perang Boxer adalah
perang antara rakyat cina yang didukung oleh Kaisar Tse Zhi melawan kolonial barat.
Rakyat dan prajurit berperang dengan mengandalkan samangat, senjata tradisional
dan ilmu bela diri, sedangkan pihak barat menggunakan senjata api. Tentu saja
pihak kolonial dapat mematahkan searangan rakyat Cina dengan mudah, namun
jumlah korban sama-sama besar. Kolonial barat lalu menekan masyarakat Cina
dengan melarang segala jenis ilmu bela diri dan berusaha menutup paksa semua
sekolah-sekolah bela diri di Cina. Kuil Siau Liem pun tak luput dari kebijakan
yang sebenarnya tidak bijak itu. Penyerangan wihara-wihara Siaw Liem secara
brutal memaksa para siswa dan biksu melarikan diri ke berbagai daerah. Mereka
menyebar ke seluruh daratan Cina, dan ada pula yang pulang ke negara
masing-masing. Dari para biksu yang melarikan diri tersebut terciptalah dua
aliran dasar Kung Fu, yang kemudian diberi nama lain Wu Shu (seni berperang).
Biksu dan siswa Siau Liem yang menetap di daerah selatan mengembangkan aliran
Hok Kian, sedang mereka yang menetap di daerah utara mengembangkan teknik Shan
Tung. Kung Fu aliran Hok Kian dan Shan Tung adalah dua aliran Kung Fu/Wu Shu
yang cukup mendasar berkembang di daratan Cina. Hok Kian adalah Kung Fu yang
berkembang di daerah selatan Cina yang berpadang luas dan berbukit sehingga
disitu Kung Fu yang berkembang memiliki karakter menitik beratkan pada gerak
dan olah kaki dan kuda-kuda dinamis. Senjata yang digunakan pun yang
berjangkauan panjang (tombak, toya, dsb), sedangkan aliran Shan Tung (utara)
yang notabene banyak dipenuhi hutan dan pepohonan bercorak pada gerakan tangan
dan kuncian serangan pendek. Senjata jarak pendek pun menjadi andalan (golok,
pedang, dsb.). Salah satu tokoh terkenal Kung Fu aliran Selatan adalah Huang
Chi Ying (Wong Kai Ying, ayah dari Wong Fei Hung) yang menciptakan gerakan
"Tendangan 7 Gelombang" yang nantinya akan dikembangkan oleh
puteranya menjadi jurus tendangan tanpa bayangan.
Siswa Dharma yang pulang ke Jepang ada
yang meneruskan ajaran Dharma (di Jepang beliau dipanggil "Dharuma
Taishi") dengan mendirikan sebuah kuil bernama "Shorin". Di sini
akhirnya lahirlah apa yang dinamakan "Shorin-ji Kenpo" (Beladiri kuil
Shorin). Siswa kuil ini di panggil dengan sebutan "Kenshi". Dari kuil
Shorin lahirlah 2 teknik dasar yaitu Ju-ho (lunak) dan Go-ho (keras). Kedua
teknik ini masing-masing dikembangkan lagi menjadi beberapa bagian lagi. Aliran
Go-ho melahirkan sebuah teknik yang sangat terkenal. Seorang Kenshi brilian
bernama "Funakoshi Gichin" dari Okinawa membidani sebuah teknik yang
diberinya nama "Okinawa-te" dan kelak teknik ini lebih terkenal
dengan nama "Karate". Para Kenshi penganut Ju-Ho sendiri tak kalah
kreatif. Salah satunya adalah "Morihei Ueshiba" yang menciptakan
teknik Aiki-do (Seni damai). Aiki-do ini berprinsip hampir sama dengan Chi,
yaitu bela diri yang berfalsafah "menang tanpa mengalahkan".
Dari paparan sebelumnya, walaupun Jepang
memiliki banyak ilmu bela diri tetapi akar dari ilmu bela diri Jepang adalah dari
Cina yaitu Kungfu. Perintis ilmu bela diri di Jepang adalah murid ajaran
Kungfu. Dari pandangan ini disimpulkan bahwa ilmu bela diri paling tua di Asia
adalah Kungfu yang kemudian dikembangkan menjadi Karate, Yudo, dll.
6.
Kesehatan
dan Pengobatan
Kesehatan dan pengobatan sangat
berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Ilmu
pengetahuan merupakan langkah terakhir dalam perkembangan mental manusia dan
boleh dianggap sebagai pencapaian tertinggi dan paling karakteristik dalam
kebudayaan manusia (Cassirer, 1987:315). Ilmu ialah produk yang lahir kemudian
dan amat canggih yang hanya bisa berkembang berkat kondisi-kondisi istimewa.
Kemajuan ilmu pengetahuan akan menyebabkan kemajuan tingkat kesehatan dan
pengobatan pula.
Orang Jepang dari segi kesehatan
terkenal dengan pengonsumsi makanan mentah (sayuran mentah), hal ini didasari
pandangan mereka tentang ajaran confusionisme dari Cina yang juga menjadi salah
satu falsafah hidup mereka. Selain itu juga orang Jepang memakai teh hijau
sebagai minuman yang baik bagi kesehatan. Menurut mereka Teh hijau (green tea)
membantu memulihkan kesehatan manusia.
Berbeda dengan orang Jepang, orang Cina
lebih terkenal dengan pengobatanan. Obat-obat tradisional Cina sangat mujarab
dan terkenal dengan khasiatnya. Banyak yang telah membuktikan bahwa obat Cina
memang bermanfaat. Orang Cina sangat terkenal dengan Ilmu pengobatan dari alam,
dimana mereka mengambil daun-daun atau akar-akar pohon yang secara alami mampu
mengobati berbagai penyakit bahkan memperpanjang umur. Seni pengobatan terkenal
dari Cina sangat dipengaruhi oleh ajaran Confusionisme yaitu bahwa hidup
manusia harus selaras dengan alam. Alam menyediakan semua yang dibutuhkan oleh
manusia sehingga sikap menghormati dan menghargai alam merupakan salah satu
inti ajaran confusionisme.
7.
Politik
dan Pemerintahan
Politik dan Pemerintahan menurut budaya berkaitan dengan unsur kekuasaan,
orang yang berkuasa dan rezim yang digunakan. Politik dan pemerintahan selalu
terstruktur disesuaikan dengan rezim yang dianut setiap kelompok masyarakat.
Banyak mengatakan bahwa tidak ada politik yang bersih, semuanya kotor. Pendapat
seperti ini tidak bisa diterima mentah-mentah karena sebuah sistem dalam
masyarakat sangat ditentukan oleh pemerintah dan rezimnya. Kehidupan tanpa
pemerintah tidak bisa berjalan dengan benar, dan yang pasti tidak ada aturan
yang akan ditetapkan. Sejelek-jeleknya pemerintahan dan rezimnya tetaplah
secara alami akan terlaksana karena setiap masyarakat membutuhkan pemerintah.
Pemerintah yang berkuasa pasti dilandasi oleh falsafah yang dianutnya, itu
mutlak terjadi. Tidak ada pemerintahan tanpa falsafat yang dianutnya. Falsafah
itu bisa berupa ajaran, agama dan kepercayaan, keyakinan, pendidikan, dll yang
bisanya berpengaruh dalam rezim yang ditetapkan dalam sebuah negara.
Jepang menganut sistem negara monarki konstitusional yang sangat membatasi
kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial,
kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi sebagai "simbol negara dan pemersatu
rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara dalam urusan diplomatik. Parlemen Jepang adalah parlemen dua kamar yang dibentuk mengikuti sistem
Inggris. Hal ini kita ketahui bahwa Jepang adalah negara yang menyatukan
kehidupan modern dan tradisional. Jepang banyak menyerap sistem-sistem dari
luar dan dipadukan dengan konteks masyarakatnya. Parlemen Jepang terdiri
dari Majelis Rendah danMajelis Tinggi. Majelis Rendah Jepang terdiri dari
480 anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih secara langsung oleh rakyat
setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah dibubarkan. Majelis Tinggi
Jepang terdiri dari 242 anggota dewan yang memiliki masa jabatan 6 tahun, dan
dipilih langsung oleh rakyat. Warganegara Jepang berusia 20 tahun ke atas
memiliki hak untuk memilih.
Kabinet Jepang beranggotakan Perdana Menteri dan para menteri. Perdana
Menteri adalah salah seorang anggota parlemen dari partai mayoritas di Majelis
Rendah. Partai Demokrat Liberal (LDP) berkuasa di Jepang sejak 1955, kecuali
pada tahun 1993. Pada tahun itu terbentuk pemerintahan koalisi yang hanya berumur singkat
dengan partai oposisi. Partai oposisi terbesar di Jepang adalah Partai
Demokratik Jepang. Perdana
Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan. Perdana Menteri diangkat melalui
pemilihan di antara anggota Parlemen. Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi
masing-masing memiliki calon perdana menteri, maka calon dari Majelis Rendah
yang diutamakan. Pada praktiknya, perdana menteri berasal dari partai mayoritas
di parlemen. Menteri-menteri kabinet diangkat oleh Perdana Menteri. Kaisar
Jepang mengangkat Perdana Menteri berdasarkan keputusan Parlemen Jepang, dan
memberi persetujuan atas pengangkatan menteri-menteri kabinet. Perdana
Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari anggota Majelis Rendah untuk
bertahan sebagai Perdana Menteri.
Kaisar Akihito adalah Kaisar Jepang yang sekarang. Kaisar Akihito
naik takhta sebagai kaisar ke-125 setelah ayahandanya, Kaisar Hirohito mangkat pada 7 Januari 1989. Upacara kenaikan
tahta Kaisar Akihito dilangsungkan pada 12 November 1990. Putra MahkotaNaruhito, menikah dengan Putri Mahkota Masako yang berasal dari kalangan rakyat biasa, dan
dikaruniai anak perempuan bernama Aiko (Putri Toshi). Adik dari Putra Mahkota Naruhito bernama Pangeran Akishino, menikah dengan Kiko Kawashima yang juga berasal dari rakyat biasa. Pangeran
Akishino memiliki dua anak perempuan (Putri Mako dan Putri Kako), serta
anak laki-laki bernama Pangeran Hisahito.
Berbeda dengan
Jepang, Cina dulunya adalah negara yang diperintah Kaisar tetapi sekarang telah
menjadi negara republik. Mao Zedong mendeklarasikan Republik Rakyat Cina pada
tahun 1949. Menurut definisi resminya, RRC merupakan suatu negara
komunis karena ia memang
merupakan negara komunis pada kebanyakan abad ke-20 yang lalu. Secara resmi ia
masih dikenal sebagai negara komunis, meskipun sejumlah ilmuwan politik kini tidak mendefinisikannya sebagai
negara komunis. Tiada definisi yang tepat yang dapat diberikan kepada jenis
pemerintahan yang diamalkan negara ini, karena strukturnya tidak dikenal pasti. Salah satu sebab
masalah ini ada adalah karena sejarahnya, Cina merupakan negara yang diperintah
oleh para kaisar selama 2000 tahun dengan sebuah pemerintahan pusat yang kuat
dengan pengaruh Kong Hu Cu. Setelah tahun 1911 pula, Cina diperintah secara otokratis oleh KMT dan beberapa panglima perang
dan setelah 1949 pula didobrak partai komunis Cina.
Rezim PRC sering dikatakan sebagai otokratis, komunis dan sosialis. Ia
juga dilihat sebagai kerajaan komunis. Anggota
komunis yang bersayap lebih ke kiri menjulukinya negara kapitalis. Memang,
negara Cina semakin lama semakin menuju ke arah sistem ekonomi bebas. Dalam
suatu dokumen resmi yang dikeluarkan baru-baru ini, pemerintah menggariskan
administrasi negara berdasarkan demokrasi, meskipun keadaan sebenarnya di sana
tidak begitu. Pemerintah RRC dikawal oleh Partai Komunis Cina (CCP). Walaupun terdapat
sedikit-banyak gerakan ke arah liberalisasi, seperti pemilu yang sekarang diadakan di peringkat
kampung dan sebagian badan perwakilan menampakkan sikap tegas mereka dari masa
ke masa, partai ini terus memiliki kawalan terutama atas pemilihan
jabatan-jabatan pemerintahan. Walaupun negara menggunakan cara otokratis untuk
mengusir elemen-elemen penentangan terhadap pemerintahannya, ia pada masa yang
sama juga mencoba mengurangi penentangan dengan memajukan ekonomi, membenarkan
tunjuk perasaan pribadi, dan melayani para penentang yang dianggap tidak
berbahaya terhadap pemerintah secara lebih adil.
Penyaringan terhadap dakyah-dakyah politik juga rutin, dan RRC secara
berang menghapuskan protes atau organisasi apapun yang dianggapnya berbahaya
terhadap pemerintahannya, seperti yang terjadi di Tiananmen pada tahun 1989. Akan tetapi,
media republik rakyat ini semakin aktif menyiarkan masalah sosial dan
menghebohkan gejala 'penyogokan' di peringkat bawahan pemerintahan. RRC juga
begitu berhasil menghalangi gerakan informasi, dan ada masanya mereka terpaksa
mengganti polisi mereka sebagai tindakan balas terhadap protes rakyat. Walaupun
penentangan berstruktur terhadap CCP tidak dibenarkan sama sekali, demonstrasi
rakyat semakin lama semakin kerap dan dibiarkan. Baru-baru ini, Hu Jintao yang
ingin mempopulerkan gambaran konservatif, meningkatkan pengawalan pemerintahan
atas harian-harian, termasuk harian-harian luar termasuk New York Times. Namun
tidak dinaikan ini kemungkinan juga bersumber dari sifat harian-harian Barat
yang sering menyeleweng dalam memberi laporan yang sebenarnya dan bersifat
angkuh dan biadab serta tidak faham sensitivitas negara Timur.
Popularitas PKC di
kalangan rakyat sukar diukur, karena tiada pemilu di tingkat nasional, dan
apabila orang Cina ditanya secara sendirinya pula, ada sebagian yang menyokong
dan ada pula yang membangkang. Secara umum, banyak dari mereka yang suka akan
peranan pemerintahan mengabadikan stabilitas, yang membolehkan ekonomi maju
tanpa masalah apapun. Antara masalah-masalah politik yang utama di Cina adalah
jurang sosial diantara kaya dan miskin dan gejala suap yang berlaku karena
biokrasi pemerintahan. Terdapat juga partai politik yang lain di RRC, walaupun
mereka hanya sekadar sub-partai atau parti yang rapat dengan PKC. PKC
mengadakan dialog dengan mereka melalui suatu badan perhubungan khusus, yang
dinamai Dewan
Perhubungan Cadangan Rakyat Cina (CPPCC)
yang dipertimbangkan RRC. Cara ini lebih disukai pemerintahan dibandingkan
pemilu. Kendati begitu, partai ini secara totalnya tidak memberi kesan apapun
terhadap polisi dan dasar-dasar kerajaan. Fungsi badan perhubungan khusus ini
lebih kepada mata luaran CPP, walaupun terdapat pengawai badan ini di semua
tingkat pemerintahan.
Isu Hak Asasi Manusia
Pemerintah RRC
berpendapat bahwa hak asasi manusia sepatutnya mencakup kepuasan hidup dan
kemajuan ekonomi. Dengan kata-kata berlainan, saat mengkaji dirinya, ia melihat
kemajuan ekonomi dan kepuasan hidup rakyatnya sebagai meningkatkan situasi hak
asasi manusianya, dan saat melihat situasi di negara-negara maju ia seringkali
menotakan terdapat tingkat kriminalitas dan kemiskinan yang tinggi di
tempat-tempat yang dikatakan mempunyai penghormatan terhadap hak
asasi manusia yang tinggi.
Praktek melihat HAM seperti ini,
diamalkan di kebanyakan negara timur yang lain. Tetapi pemerintah Barat dan organisasi
non-pemerintahan (NGO) mereka
mengatakan bahwa penahanan secara sewenang-wenang dan menafikan hak tahanan
untuk berkomunikasi dengan pihak luar, di samping pengakuan yang dipaksa,
penyiksaan, dan pencabulan hak tawanan disamping menyekat kebebasan pers,
bersuara, berkumpul, agama, privasi, dan hak pekerja adalah melanggar definisi
hak asasi manusia mereka. Mereka mendakwa semua masalah ini bersumber pada
keengganan kerajaan RRC memberikan hak menentang dan ketidaksempurnaan sistem kehakiman dalam melindungi hak asasi politik
individu.
Isu Etnis
RRC mendakwa ia
merupakan satu negara yang memiliki banyak bangsa dan suku dan memberikan hak otonomi di Daerah Administrasi
Minoritas kepada etnik
bangsa minoritasnya. Ia juga mengutuk secara resmi chuvanis Han dan memberikan
hak istimewa kepada suku-suku lain untuk memasuki institusi pendidikan tinggi
disamping menjadi pegawai pemerintahan. Akan tetapi ia berhadapan dengan
gerakan merdeka di provinsi Xizang (Tibet) dan provinsi Xinjiang.
Gerakan-gerakan ini dan pemerhati luar mengkritik dasar-dasar etnisnya yang
mengamalkan sistem memberikan uang menggalakan bangsa Cina Han berpindah ke
kawasan-kawasan berkenaan sebagai chuvanis dan penjajahan dan menyekat gerakan
merdeka apapun daripada berhasil. Bangsa Cina Han juga mengkritik dasar-dasar menberikan
hak istimewa kepada etnik minoritas lain sebagai layanan kelas kedua terhadap
mereka
Dari paparan
sebelumnya, politik dan pemerintahan di Jepang dan Cina sangatlah dipengaruhi
oleh falsafah yang dianutnya. Jepang menganut sistem yang sama dengan Inggris,
memiliki kaisar sebagai simbol kerajaan tetapi pemerintahan dan politik di
tangan Perdana Menteri. Penyerapan sistem pemerintahan Jepang dari Inggris
menandakan Jepang bisa menyerap sesuatu demi kehidupan rakyatnya, tetapi tetap
mempertahankan falsafah yang berpatokan pada ajaran Shintoisme yang tetap
menghormati kaisar. Berbeda dengan Cina yang dulunya diperintah kaisar, kini
menjadi sebuah negara republik dan diperintah presiden. Meskipun pemerintahan
di Cina sekarang bukan lagi komunis tetapi negara ini tetap dikenal sebagai
negara komunis sosialis. Resim ini karena pengaruh Khong Hu-Cu yang sampai
sekarang masih banyak dianut masyarakat Cina.
E.
Kesimpulan
Dari pembahasan tentang perbandingan
filsafat Jepang dan Cina dari sudut pandang ideologi kebudayaan sebelumnya,
disimpulkan berikut.
1. Jepang
dan Cina adalah dua negara yang merupakan ikon Asia yang mampu bersaing dengan
negara-negara barat. Jepang terkenal dengan produk-produk elektronik, otomotif
dan kemajuan teknologi, sedangkan Cina terkenal sebagai penguasa ekonomi dunia.
2. Moto
pendidikan di Jepang adalah mengajarkan cara belajar, Jepang memadukan sistem
pendidikan barat dengan tradisional. Berbeda dengan Cina yang menekankan
pendidikan intelektualitas. Pendidikan di Cina dipengaruhi oleh ajaran-ajaran
yang berkembanga dan dianut masyarakatnya misalnya Buddhisme, Confusionisme dan
Taoisme.
3. Bangsa
Jepang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi, sistem aksara Kanji yang
diserap dari Cina yang kemudian dikembangkan menjadi Hiragana, Katakana dan
Romaji. Sedangkan bangsa Cina menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa
resminya dengan membagi dalam dua standar yaitu Putonghua dan Guoyu dengan
sistem aksara Kanji. Selain bahasa dan sistem aksara, sastra yang berkembang di
Cina antara lain Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, Batas Air karya Shi
Nai-An, Jin Ping Mei karya Lanlin Xiaoxiaosheng, dan ada juga Impian Pavilium
Merah. Sedangkan sastra yang terkenal di Jepang adalah puisi-puisinya misalnya
Waka, puisi karya Komachi, Yosano Akiko, dll.
4. Jepang
dan Cina sama-sama bersaing dalam bidang Ekonomi walaupun keduanya sama-sama
pernah mengalami kehancuran tetapi keduanya dapat bangkit kembali karena
memiliki akar budaya dan falsafah hidup yang kuat yang terbukti dari etos kerja
yang tinggi.
5. Orang
Jepang memiliki kepercayaan kepada tiga ajaran yaitu Shintoisme, Confusionisme,
dan Buddhisme. Sedangkan Orang Cina memiliki kepercayaan kepada Confusionisme
(Khong Hu-cu), Buddhisme, Taoisme serta ajaran-ajaran lain yang berkembang di
Cina.
6. Ilmu
bela diri yang berkembang di Jepang antara lain Jujutsu, Sumo, Karate, Aikido, Daitō-ryū
Aiki-jūjuts, Dojo, Kempo, Kendo, Kihon, Koshi no mawari, Ninjutsu, Judo,
Kata, dll. Sedangkan ilmu bela diri yang terkenal di Cina adalah
kungfu. Ilmu bela diri yang berkembang di Jepang berakar dari kungfu yang
dikembangkan oleh murid kungfu yang kembali ke Jepang. Kungfu adalah bela diri
yang paling tua di Asia.
7. Jepang
terkenal dengan teh hijau (green tea) yang baik bagi kesehatan, kecantikan dan
memperpanjang umur, selain itu juga terkenal sebagai bangsa yang suka
mengkonsumsi makanan mentah misalnya sayuran, dll. Sedangkan Cina, terkenal
dalam ilmu pengobatan, obat-obat Cina selama beratus-ratus tahun telah terbukti
berkhasiat sampai sekarang walaupun pengobatan modern telah banyak berkembang
tetapi pengobatan Cina tetap mampu bersaing.
8. Jepang
menganut sistem pemerintahan dan politik yang dikenal dengan nama sistem negara
monarki konstitusional. Pemerintahan Politik di tangan Perdana Menteri dengan
Kaisar sebagai kepala seremonial yang hanya merupakan simbol pemersatu rakyat.
Berbeda dengan Cina yang dulunya diperintah Kaisar tetapi sekarang menjadi
negara republik dengan rezim yang terkenal sampai sekarang yaitu otokratis,
komunis dan sosialis.
9. Jepang
dan Cina sama-sama dipengaruhi oleh ajaran confusionisme yang berpengaruh dalam
semua segi kehidupan mereka sampai sekarang.
F.
Daftar
Pustaka
Arif,
Oesman. Handout Mata Kuliah Filsafat Ilmu Zaman Baru untuk Ilmu Eksakta, Ilmu
Humaniora, dan Ilmu Sosial. Surakarta : Program Pascasarjana S3 Universitas
Sebelas Maret.
Berger,
Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika :
Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Cassirer,
Ernst. 1987. Manusia dan Kebudayaan :
Sebuah Esei Tentang Manusia. Jakarta : PT. Gramedia.
Djojosuroto,
Kinayati. 2007. Filsafat Bahasa : Buku
yang Mengulas tentang Bahasa dari Paradigma yang Substansial Hingga Contoh
Analisis Praktis. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.
Geertz,
Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan.
Yogyakarta : Kanisius.
Hidayat,
Amir F. & Rahmani, Elis N. 2009. Ensiklopedi
Bahasa-Bahasa di Dunia : Peristilahan dalam Bahasa. Bandung : CV. Pustaka
Grafika.
Koentjaraningrat.
1998. Pengantar Antropologi II. Bandung : Rineka Cipta.
Kaplan,
David dan Manners Robert A. 2002. Teori
Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Spradley,
James P. 2007. Metode Etnografi.
Yogyakarta : Tiara Wacana.
Suriasumantri,
Jujun S. 1996. Filsafat Ilmu : Sebuah
Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Walker,
John A. 2010. Desain, Sejarah, Budaya :
Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar