Rabu, 17 Agustus 2011

Analisis Wacana Iklan


Analisis Wacana Iklan “Sensodyne” pada Surat Kabar Kompas Minggu 29 Mei 2011
Oleh : Grace J.M. Mantiri

A.     Pendahuluan
Kebutuhan manusia sangatlah beragam dan menuntut sebuah kepuasan. Perkembangan kehidupan juga mempengaruhi perkembangan kebutuhan manusia sehingga terjadi banyak pergeseran kebutuhan. Kebutuhan yang dulunya lux kini telah tergeser menjadi sekunder. Selain itu juga, kebutuhan manusia akan penerimaan dari orang lain menyebabkan peningkatkan kebutuhan. Kebutuhan sosialisasi membutuhkan berbagai hal misalnya : rasa percaya diri. Sekarang ini, rasa percaya diri identik dengan penggunaan produk-produk yang membantu peningkatan rasa percaya diri tersebut. Tersenyum merupakan salah satu strategi dalam bersosialisasi yang membutuhkan tampilan gigi yang bersih dan putih sehingga berpengaruh pada penerimaan orang lain. Seseorang yang mempunyai senyum yang bagus pasti dapat diterima orang lain. Pasta gigi merupakan sebuah produk yang membantu seseorang mencerahkan senyumnya. Kebutuhan seseorang untuk tampil menarik membutuhkan berbagai produk yang diakui dan dipercaya mampu memberikan manfaat bagi kesehatan gigi.
Berbagai iklan yang berkaitan dengan kesehatan gigi menjadi marak misalnya persodent, ciptadent, sensodyne, close up, dll. Iklan-iklan tersebut secara langsung mempengaruhi setiap orang. Iklan memang dapat mempengaruhi perilaku konsumen terhadap merek yang diiklankan. Pengaruh iklan pada perilaku konsumen ini sangat variatif, mulai dari mendorong konsumen untuk mencari produk yang dimaksud sampai dengan mendorong orang yang sebelumnya tidak loyal menjadi loyal.  Untuk menghasilkan iklan yang efektif sekaligus bisa “membius” publik, tentunya dibutuhkan strategi perancangan yang matang. Bukan cuma tampilan fisik atau visual yang “wah”, tapi juga mampu mengomunikasikan pesan atau message yang tersembunyi. Artinya, mampu memadukan pesan yang eksplisit dengan pesan yang implisit. Di sinilah, dibutuhkan strategi cerdas dan bijak agar pesan yang dikedepankan bisa ditangkap dalam durasi waktu tertentu, untuk strata sosial dan usia yang bervariasi.
Iklan adalah salah satu bentuk komunikasi persuasif yang merupakan bagian dari kegiatan pemasaran yang bermaksud membujuk khalayak untuk memanfaatkan barang atau jasa. Banyak jenis-jenis iklan yang dapat digunakan untuk membujuk guna mengenal pesan yang disampaikan melalui iklan. Hanya saja komunikasi persuasif dalam periklanan memiliki audien yang tidak mengetahui secara pasti sumber pengirim, keputusan yang mereka buat, tergantung pada seberapa besar komunikator mempengaruhi atau meyakinkan mereka. Untuk itu diperlukan analisis yang terencana berdasarkan kaidah peneltian, guna mengukur seberapa besar efektivitas pesan melalui iklan dapat mempengaruhi keputusan audien/persuade.
Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah tersebut berarti penggunaan bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari. Iklan merupakan sebuah bentuk komunikasi yang bertujuan menyampaikan pesan kepada penyimak yang berisi sebuah produk yang diiklankan. Produk yang diiklankan tersebut disampaikan dengan bahasa khas serta diharapkan dapat mempengaruhi penyimaknya. Analisis wacana iklan akan diperikan secara jelas dalam makalah ini.

B.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1)      Bagaimanakah konstruksi gramatikal yang ada pada iklan sensodyne?
2)      Bagaimanakah bentuk bahasa nonverbal yang dipakai pada iklan sensodyne?
3)      Bagaimanakah bentuk emotive words yang ada pada ikan sensodyne?
4)      Bagaimanakah bentuk abstraction dan technicality dari iklan sensodyne?


C.      Metode Penelitian
1.      Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari Surat Kabar Kompas Minggu 29 Mei 2011. Data yang dimaksud berupa iklan tertulis yang berupa teks-teks yang ada pada iklan sensodyne. Teks-teksi itu berupa teks verbal dan nonverbal pada iklan sensodyne inilah yang dianalisis dalam makalah ini.

2.      Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan mikrostruktural dan makrostruktural. Pendekatan mikrostruktural digunakan karena analisis wacana iklan ini juga memiliki kohesi gramatikal dan leksikalnya. Berbeda dengan mikrostruktural yang menekankan pada teks, makrostruktural berkaitan dengan konteks situasi dan konteks kultural. Struktur teks merupakan satu kesatuan bentuk (simbol/tekstual) dan makna suatu teks yang secara keseluruhan merupakan satu kesatuan bentuk dan makna teks yang menunjukkan suatu organisme, bukan sebagai bagian. Jadi, iklan sensodyne ini memiliki struktur yaitu pembukaan, isi dan penutup.

D.     Landasan Teori
1.      Iklan
Iklan merupakan salah satu wujud ragam bahasa jurnalistik yaitu ragam bahasa yang digunakan oleh insan kretif, dalam hal ini wartawan, untuk penerbitan pers (Sumarlam, 2009:169). Iklan mengandung daya informatif persuasif yang secara konsensus harus memilih kata-kata yang dimengerti oleh khalayak pembaca. Di samping memiliki daya informatif persuasif, iklan juga mempunyai sifat khas yang menjadi karakteristiknya, yaitu singkat, lancar, padat, sederhana, netral, dan menarik. Selain itu, bahasa iklan mempunyai bentuk komunikasi yang khas. Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa iklan merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menarik perhatian calon konsumen dalam menawarkan produk-produk suatu perusahaan dengan tampilan gambar dan kata-kata yang menarik yang termuat dalam media elektronik maupun media cetak.
Berkenaan dengan struktur wacana, wacana iklan mempunyai tiga unsur pembentuk struktur wacana, yaitu (1) butir utama (Headline), (2) badan (Body), dan (3) penutup (close) yang dalam struktur wacana iklan tersebut dikaitkan dengan permasalahan tahap-tahap untuk mencapai tujuan. Iklan merupakan salah satu media komunikasi yang sangat efektif untuk digunakan sebagai alat penghubung antara produsen dan konsumen. Produsen sering menggunakan iklan sebagai alat untuk menawarkan atau mempromosikan produk-produknya. Oleh karena itu, semua perusahaan yang menghasilkan produk baru, berlomba-lomba dalam memasang iklan sebagus-bagusnya untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari hasil penjualan produk-produknya.
Namun sebenarnya, iklan terbagi menjadi dua macam, yaitu iklan lisan dan iklan tulis. Iklan lisan sering dijumpai di televisi, yang tersajikan dalam bentuk berupa kata-kata singkat namun menarik, disertai dengan gambar-gambar mencolok yang dapat bergerak, dapat dinikmati audio visualnya. Dan dapat dikatakan bahwa iklan lisan adalah iklan yang memuat tentang produk dengan tampilan audio visual yang menarik. Sedangkan iklan tulis merupakan iklan yang sering dijumpai di media cetak (majalah, tabloid, surat kabar, dll). Iklan tulis hanya berupa kata-kata dan gambar yang mencolok dan menarik, namun tidak dapat bergerak seperti di televisi.
Struktur Iklan
Tujuan pertama dalam wacana iklan adalah menarik perhatian. Untuk itu, diperlukan pesan-pesan iklan yang menarik dan penting sehingga dapat menarik perhatian calon konsumen. Tujuan ini ada pada butir utama. Dalam hal ini, ada lima proposisi dalam menarik perhatian konsumen yaitu (1) proposisi yang menekankan keuntungan calon konsumen, (2) proposisi yang membangkitkan rasa ingin tahu pada para calon konsumen, (3) proposisi yang berupa pertanyaan yang menuntut perhatian lebih, (4) proposisi yang memberi komando atau perintah kepada calon konsumen, dan (5) proposisi yang menarik perhatian konsumen khusus.
Tujuan kedua, setelah menarik perhatian, adalah menarik minat dan kesadaran calon konsumen. Berdasarkan motif calon konsumen dalam membeli sesuatu, yaitu motif emosional dan motif rasional, diwadahi dalam bagian badan iklan.  Wacana iklan hendaknya mengandung alasan objektif (rasional) dan alasan subjektif (emosional). Alasan objektif berupa informasi yang dapat diterima oleh nalar calon konsumen sedangkan alasan subjektif berupa hal-hal yang dapat mengajak emosi calon konsumen.
Tujuan ketiga, yaitu komunkasi dalam wacana iklan adalah mengubah tindakan tertentu pada diri konsumen. Hal ini terdapat pada bagian penutup iklan. Dalam mengembangkan bagian oenutup iklan, ada dua hal yang perlu dipertimbangkan yaitu pendekatan penjualan (seling approach) dan butir-butir pasif (passive point). Pendekatan penjual yang dapat digunakan untuk mengakhiri bagian iklan adalah dengan cara keras atau dengan cara lemah.


2.      Wacana
Wacana merupakan tataran bahasa yang lebih luas dari kalimat. Wacana memuat rentetan kalimat yang berhubungan, menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, serta membentuk satu kesatuan informasi (Djajasudarma, 1994:1).  Proposisi yang dimaksud adalah konfigurasi makna yang menjelaskan isi komunikasi (dari pembicaraan); atau proposisi adalah isi konsep yang masih kasar yang melahirkan statement (pernyataan kalimat). Menurut Alwi H. (2003) dalam KBBI Edisi Ketiga, wacana yaitu (1) komunikasi verbal; percakapan; (2) keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan; (3) satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan uturh, seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khotbah; (4) kemampuan atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat; (5) pertukaran ide secara verbal. Konsep wacana yang lebih lengkap diungkapkan Sumarlam, dkk (2009:15) yang menyatakan bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat, dan dokumen tertulis yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu.
Wacana memiliki banyak ragam, Djajasudarma (1994:6) membagi wacana dari 4 segi yaitu eksistensinya (realitasnya), media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian. Menurut realitasnya dibagi dua yaitu verbal dan nonverbal; dari segi media komunikasi dibagi 2 yaitu lisan dan tulis; dari segi cara pemaparan dibagi 5 yaitu naratif, deskriptif, prosedural, ekspositori, dan hortatori; dan dari segi jenis pemakaian dibagi 3 yaitu monolog, dialog, dan polilog. Pendapat Djajasudarma sebelumnya sama dengan pendapat Darma (2009:4) yang juga membagi jenis wacana atas sudut realitas, media komunikasi, cara pemaparan, dan jenis pemakaian; hanya yang membedakannya lebih ditekankan pada wujud dari wacana itu dilihat dari si pembuat wacana. Wujud wacana itu antara lain text (berita, features, artikel, opini, cerpen, novel, dsb), talk (rekaman wawancara, obroloan, pidato, dsb), act (lakon drama, tarian, film, defile, demonstrasi, dsb), dan artifact (bangunan, lanskap, fashion, puing, dsb). Teks yang dianalisis dalam makalah ini adalah teks iklan tertulis yang ada para surat kabar.
Wacana teks memiliki strukturnya yaitu struktur gramatikal dan leksikal (Sumarlam, 2009). Struktur gramatikal meliputi pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (konjunction), sedangkan struktur leksikal terdiri atas 6 bagian yaitu repetisi (pengulangan), sinonimi (padan kata), kolokasi (sanding kata), hiponimi (hubungan atas-bawah), antonimi (lawan kata) dan ekuivalensi (kesepadanan).

E.      Pembahasan
1.      Analisis Gramatikal Iklan
Gramatikal dalam iklan yang dianalisis berkaitan dengan segi bentuk atau struktur lahir sebuah wacana iklan. Aspek gramatikal dibagi 4 yaitu pengacuan (reference), penyulihan (substitution), pelesapan (ellipsis), dan perangkaian (conjunction).
(1)   Clinically proven relief for sensitive teeth
(2)   “Sensodyne Gentle Whitening melindungi dari rasa sakit karena gigi sensitif sekaligus mengembalikan warna putih alami gigi secara berkala”
(3)   Pasti gigi dengan penjualan No.1* untuk gigi sensitif di Indonesia
(4)   * Berdasarkan data yang dilaporkan The Nielsen Compani melalui retail index service untuk kategori Pasta Gigi untuk gigi sensitif dalam 12 bulan yang berakhir September 2010 di Indonesia Urban Grocery (Copyright(C)2010, The Nielson Company)
(5)   Clinically proven relief for sensitive teeth
Pada kutipan (1) satuan lingual for, termasuk konstruksi gramatika perangkaian (conjunction) tujuan. Kutipan (2) memiliki dua konjungsi gramatika yaitu karena dan sekaligus. Satuan lingual karena pada kutipan (2) termasuk konstruksi gramatika perangkaian (conjunction) sebab akibat, sedangkan satuan lingual sekaligus termasuk konstruksi gramatika perangkaian (conjunction) penambahan (aditif). Satuan lingual untuk pada kutipan (3) dan (4) termasuk konstruksi gramatika perangkaian (conjunction) tujuan. Begitu juga pada kutipan (5) yaitu for yang sama dengan kutipan (1) yaitu termasuk konstruksi gramatika perangkaian (conjunction) tujuan. Pada kutipan (4) terdapat konstruksi gramatika demonstratif (penunjukan) waktu lampau yaitu dalam 12 bulan, termasuk konstruksi gramatika endofora kataforis  yaitu September 2009-September 2010.

2.      Analisis Nonverbal
Analisis Nonverbal pada makalah ini berkaitan dengan penggunaan simbol-simbol nonverbal yaitu warna dan gambar. Berikut dipaparkan perihal simbol-simbol nonverbal pada iklan sensodyne.
a.      Warna
Warna yang digunakan pada iklan sensodyne ada 3 yaitu putih, merah, dan biru. Penggunaan warna putih pada iklan ini tampak pada latar iklan yang digunakan yaitu putih. Warna putih secara umum disepakati masyarakat sebagai simbol dari kesucian dan kebersihan. Penggunaan warna putih ini dekat dengan bidang kesehatan misalnya : dokter dan suster pasti menggunakan baju yang berwarna putih sebagai seragamnya. Begitu pula pada iklan sensodyne ini, digunakan warna putih karena berkaitan dengan kesehatan gigi. Secara umum gigi yang bersih pastilah berwarna putih, sehingga dengan menggunakan warna putih sebagai dasar, pembaca iklan ini dapat lebih terpengaruh dan mau memakai sensodyne sebagai pasta giginya.
Warna kedua yang digunakan dalam iklan ini adalah merah. Warna merah tampak pada pembukaan iklan yaitu BARU! dan gsk (GlaxoSmithKline) pada sudut kanan atas iklan ini. Warna merah secara umum menyimbolkan tentang keberanian, kekerasan, juga sebagai penanda berhenti. Penggunaan warna merah yang secara umum digunakan yaitu pada trafic light sebagai tanda stop atau berhenti. Penggunaan warna merah pada iklan sebagai bentuk penekanan atau mengharapkan perhatian. Pada BARU!, penggunaan warna merah sebagai simbol yang harus diperhatikan para pembaca bahwa sensodyne memiliki produk baru. Penggunaan warna merah pada latar gsk yaitu sebagai pemberitahuan, bahwa sensodyne merupakan prosuk dari perusahaan GlaxoSmithKline. Perusahan ini bergerak di bidang farmasi dan kesehatan, sehingga dengan memperhatikan tulisan ini, orang akan lebih percaya karena sensodyne dibuat oleh perusahaan yang sudah terpercaya. Perusahan ini merupakan perusahaan yang sudah terkemuka di dunia.
Warna ketiga yang digunakan adalah warna biru. Penggunaan warna biru nampak pada tulisan bagian bawah yaitu Pasta gigi dengan penjualan No.1* untuk gigi sensitif di Indonesia, Clinically Proven for sensitive teeth. Serta gambar garis lingkaran yang tersusun yang garisnya berwarna biru. Secara umum warna biru memiliki dua konteks yang berbeda. Penggunaan warna biru dalam kisah cinta selalu menyimbolkan keabadian (langit), tetapi penggunaan warna biru ini juga menyimbolkan luka yang telah lama atau infeksi. Penggunaan warna biru dalam tulisan ini karena dikaitkan dengan gigi yang sensitif. Penggunaan warna ini diharapkan dapat menimbulkan perhatian dari pembaca bahwa gigi yang sensitif hanya bisa dengan menggunakan pasta gigi sensodyne.





b.      Gambar dan Foto
BARU!
GENTLE WHITENING
Sebuah iklan didukung juga oleh penggunaan gambar dan foto yang bertujuan membuat iklan lebih menarik serta menyimbolkan suatu pesan yang harus diterima oleh masyarakat. Simbol yang pertama nampak yaitu penggunaan gambar bintang yang sudutnya 4 yang berjumlah 3 buah, yang satu besar dan yang dua kecil, juga bintang yang sudutnya 8 buah. Tujuannya, untuk membantu bahasa verbalnya, digunakan simbol bintang sebagai tanda memberitahukan bahwa ada produk baru yaitu sensodyne gentle whitening. Berikut gambarnya.


 



Pada iklan, sensodyne juga mencantumkan produknya yang memberikan tampilan khusus. Dengan beberapa simbol di dalamnya yaitu terdapat beberapa gambar yang menyimbolkan sesuatu misalnya : simbol 4 lingkaran berurutan yang menyimbolkan rasa sakit gigi yang berdenyut dan berulang. Gigi yang sensitif karena terkena panas atau dingin disimbolkan seperti lingkaran-lingkaran tersebut.  Simbol ini digunakan pada produk dan disisipkan SENSODYNE di tengah gambar lingkaran-lingkaran ini. Simbol ini dipakai juga pada sudut kanan bawah iklan tersebut. Simbol itu digambarkan pula berikut ini.

Selain simbol lingkaran di atas, pada iklan ini juga digunakan juga simbol bintang yang menyimbokkan cahaya atau terang. Simbol bintang yang sudutnya 8 ini mendukung pernyataan GENTLE WHITENING. Simbol ini membantu dan melengkapi pernyataan nonverbal sehingga dapat mempengaruhi pembaca karena iklan tersebut menarik. Iklan sebagai sebuah komunikasi dari pemasang iklan kepada konsumen, membutuhkan pembuktian yang lebih realistis. Pada iklan ini juga, pembuat iklan memasang foto dokter gigi yaitu Ariance Veddytarro yang bekerja pada perusahaan gsk (GlaxoSmithKline). Penggunaan foto pada iklan ini membantu promosi iklan, sehingga masyarakat akan berpikir bahwa sensodyne benar-benar dianjurkan oleh semua dokter gigi.



3.      Emotive Words
Emotive Words adalah kata-kata yang mempengaruhi emosi. Pada iklan ini, kata-kata yang mempengaruhi emosi pembaca diperikan berikut. Berikut kutipannya.
(1)   BARU!
(2)    “Sensodyne Gentle Whitening melindungi dari rasa sakit karena gigi sensitif sekaligus mengembalikan warna putih alami gigi secara berkala”
(3)   Pasti gigi dengan penjualan No.1* untuk gigi sensitif di Indonesia
(4)   * Berdasarkan data yang dilaporkan The Nielsen Compani melalui retail index service untuk kategori Pasta Gigi untuk gigi sensitif dalam 12 bulan yang berakhir September 2010 di Indonesia Urban Grocery (Copyright(C)2010, The Nielson Company)
Pada kutipan (1), kata BARU! ditulis dengan huruf  kapital serta diakhiri tanda seru, termasuk kalimat minor. Satuan lingual ini bertujuan sebagai pemberitahuan atau seruan untuk diperhatikan dengan didukung oleh warna tulisan yaitu merah. Satuan lingual ini secara umum membuat pembaca tergerak dan akhirnya mau membeli produk yang baru tersebut. Kutipan (2)  yang berbunyi“Sensodyne Gentle Whitening melindungi dari rasa sakit karena gigi sensitif sekaligus mengembalikan warna putih alami gigi secara berkala”, merupakan sebuah pernyataan argumentatif dan persuasif. Kalimat ini mengandung makna yang memberikan alasan mengapa penderita gigi sensitif harus menggunakan sensodyne, selain itu dalam pernyataan ini pembuat iklan memberikan tanda kutip (“  “) yang merupakan hal yang harus diperhatikan oleh pembaca karena penting dan merupakan pesan utama iklan sensodyne ini. Kutipan (3) dan Pasti gigi dengan penjualan No.1* untuk gigi sensitif di Indonesia, merupakan sebuah pernyatan argumentatif yang disertai bukti pada kutipan (4) * Berdasarkan data yang dilaporkan The Nielsen Compani melalui retail index service untuk kategori Pasta Gigi untuk gigi sensitif dalam 12 bulan yang berakhir September 2010 di Indonesia Urban Grocery (Copyright(C)2010, The Nielson Company). Kedua pernyataan ini memberikan gambaran bahwa sensodyne merupakan pasta gigi yang benar-benar efektif dan dipakai banyak orang, dengan bukti bahwa sensodyne merupakan produk yang paling banyak dibeli karena berada pada urutan pertama. Pernyataan ini pastinya akan berpengaruh pada pembaca untuk beralih menggunakan sensodyne.

4.      Abstraction dan Teknicality
Abstraction dan teknicality berkaitan dengan teknik penyajian iklan. Secara umum, struktur iklan dibagi atas 3 bagian yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.  Pada bagian pembuka, pembuat iklan memulai dengan kata BARU! yang bertujuan untuk menarik perhatian awal yang hurufnya ditulis dengan warna merah. Setelah itu ditampilkan produk sensodyne berupa kotak sensodyne dengan tulisan Sensodyne Gentle Whitening. Bagian ini masih merupakan perkenalan produk yang akan diiklankan.
Bagian isi, nampak pada kalimat “Sensodyne Gentle Whitening melindungi dari rasa sakit karena gigi sensitif sekaligus mengembalikan warna putih alami gigi secara berkala”. Bagian ini lebih ditekanlah lagi karena digunakan tanda kutip (“  “). Bagian ini merupakan bagian inti iklan sensodyne, dimana tujuan utama iklan ini agar pembaca mau menggunakan produk ini. Pada bagian ini ini menjabarkan bagaimana kegunaan dan kelebihan sensodyne sebagai pasti gigi untuk gigi sensitif. Bagian isi ini lebih diperjelas lagi dengan disisipkannya foto dokter gigi dari perusahaan gsk yang merupakan pencipta pasta gigi sensodyne ini.
Bagian penutup iklan ini, disajikan lewat kalimat Pasta gigi dengan penjualan No.1* untuk gigi sensitif di Indonesia. Yang lebih ditegaskan pada kalimat setelahnya yaitu *Berdasarkan data yang dilaporkan The Nielsen Company melalui retail index service untuk kategori Pasta Gigi untuk gigi sensitif dalam 12 bulan yang berakhir September 2010 di Indonesia Urban Grocery. Bagian ini bertujuan sebagai daya persuasif agar iklan ini berhasil dan produknya laku. Iklan selain bersifat persuasif, juga bersifat argumentatif. Biasanya iklan dibuat dengan memberikan gambaran di lapangan yang seakan-akan merupakan kenyataan bahwa produk tersebut lalu dengan memberikan bukti seperti pada bagian penutup sebelumnya.
Pada sudut kanan atas, terdapat logo dari perusahaan gsk yang merupakan pembuat pasta gigi yang diiklankan ini. Penyisipan logo ini hanya sebagai penambah keterangan gambar iklan. Begitu juga pada sudut kanan bawah yang berupa gambar empat lingkaran berurutan yang ditengahnya disisipkan tulisan sensodyne dan diikuti oleh tulisan Clinically proven relief for sensitive teeth. Bagian ini untuk lebih memperjelas bagian penutup mengenai produk yang diiklankan.

F.       Komentar  Penulis/Peneliti
1.      Posisi Penulis  dan Pembaca Iklan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bagian sebelumnya, iklan ini merupakan iklan pasta gigi. Kita tahu bersama bahwa pasta gigi merupakan kebutuhan yang penting yang perlu kita gunakan setiap hari. Posisi penulis yang juga merupakan konsumen pasta gigi setara dengan pembaca iklan di koran tersebut. Tetapi, iklan ini tidak membuat penulis tertarik untuk menggunakan produk ini, karena penulis bukan pengguna produk sensodyne. Iklan ini pastilah juga tidak terlalu menarik bagi pembaca lain.
Iklan yang sesungguhnya dapat membangkitkan respon dan keinginan pembaca untuk mau memakai produk yang diiklankan. Iklan sensodyne pada koran ini seakan kurang memiliki jiwa dan kurang memacu perhatian, dan seakan ada yang kurang. Mungkin salah satu penyebabnya teknicality yang kurang menarik dan penggunaan warna tulisan yang biru keabu-abuan yang kurang begitu bagus.

2.      Penilaian Penulis
a.      Bahasa
Berdasarkan hasil pembahasan, bahasa yang digunakan dalam iklan ini memang sudah bagus dan menarik tetapi kelihatan agak kurang menggigit dan tidak terlalu membangkitkan minat untuk membeli pasta gigi tersebut. Walaupun pemakaian kalimat yang mengandung daya persuasif dan argumentatif tetapi iklan ini tidak terlalu menarik. Hal lain disebabkan penggunaan bahasa yang agak monoton dan kurang emosional. Penggunaan bahasa yang terlihat resmi dan formal membuat iklan ini agak kurang menarik. Selain itu juga, penggunaan bahasa verbal yang sedikit sehingga membuat iklan ini monoton. Seharusnya jika lebih ditambahkan penjelasan produk, misalnya terbuat dari apa produk tersebut serta menggunakan bahasa yang nonformal, iklan ini pasti menjadi menarik.
Iklan sensodyne ini kurang menggunakan bahasa yang sederhana dan netral. Terkesan bahwa iklan ini formal dan hanya diuntukkan bagi orang yang kaya atau berada. Gaya bahasa yang nampak seakan-akan menggambarkan bahwa bahwa hanya orang kaya yang dapat berkonsultasi tentang masalah kesehatan gigi, sedangkan orang yang kecil atau miskin cenderung tidak. Penyisipan gambar dokter gigi yaitu Foto Ariandes Veddytarro memberikan sedikit gambaran bahwa jika memakai sensodyne, juga harus berkonsultasi ke dokter gigi. Hal ini akan sulit bagi masyarakat yang miskin. Oleh karena itu, iklan ini kurang sederhana dan tidak netral dan hanya dikhususkan bagi kalangan atas.

b.      Teknik
Teknik berkaitan dengan cara penyajian iklan dalam koran ini. Komentar penulis tentang teknik penyajian iklan dalam koran ini adalah bahwa iklan ini menggunakan teknik yang kurang menarik. Penggunaan warna huruf biru keabu-abuan membuat iklan ini terlihat suram atau tidak menarik. Penggunaan bahasa yang monoton dan tidak kontekstual juga menjadi salah satu penyebabnya. Memang, simbol-simbol yang dipakai sudah mewakili yang sebenarnya disepakati dalam masyarakat, misalnya warna putih sebagai latar yang menyimbolkan kebersihan dan kesehatan, warna merah sebagai simbol yang bertujuan untuk menarik perhatian sejenak serta penggunaan gambar bintang, 4 lingkaran, serta foto dari seorang dokter gigi dari perusahaan gsk yang merupakan produsen pasta gigi ini, tetapi tetap terlihat iklan ini tidak menarik.
Iklan ini seperti tidak memiliki jiwa, terlihat hanyalah sebuah tulisan dengan gambar. Penyebab utamanya pasti warna huruf yang bukan hitam tetapi biru keabu-abuan. Warna abu-abu seakan-akan menggambarkan ketidakjelasan atau ketidakpastian antara gelap atau terang, baik atau buruk, sedih atau senang. Sepertinya iklan ini tergambar seperti itu. Cuma yang agak sedikit menarik, foto dokter gigi yang disisipkan pada iklan tersebut sedang tersenyum sehingga agak sedikit menarik. Simbol senyum pada foto tersebut walaupun hanya senyum tetapi dapat mewakili bahwa dengan menggunakan sensodyne kita dapat tersenyum dengan manis dan menjadi lebih percaya diri.

G.     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, disimpulkan beberapa hal berikut.
1.      Konstruksi gramatikal yang ada pada iklan sensodyne yaitu konstruksi gramatika perangkaian (konjungsi) yaitu for, untuk, dan sekaligus; dan konstruksi gramatika deonstratif (penunjukan) waktu lampau.
2.      Bahasa nonverbal yang digunakan terdiri atas  penggunaan warna yaitu putih, merah, dan biru; gambar dan foto yaitu gambar bintang empat sudut dan bintang 8 sudut; lingkaran 4 buah yang menyimbolkan rasa gigi sakit yang terkena panas atau dingin; serta gambar/foto seorang dokter gigi.
3.      Emotif words yang nampak pada iklan tersebut yaitu terdiri dari kalimat yang mengandung daya persuasif dan argumentatif.
4.      Abstraction dan Teknicality dalam iklan sensodyne tersebut disusun atas 3 bagian yaitu pendahuluan, isi, dan penutup, dengan memadukan unsur verbal dan nonverbal menjadi sebuah kesatuan yang utuh.
5.      Penggunaan bahasa dan teknik penyajian iklan ini menurut penulis agak kurang menarik. Penggunaan bahasa yang resmi dan monoton serta warna huruf menjadi penyebab iklan ini kurang bagus. Selain itu juga tidak menggunakan bahasa yang sederhana dan kontekstual, yang digunakan pada iklan ini adalah bahasa yang tidak netral. Berkaitan dengan teknik penyajian, penggunaan warna huruf agak kurang menarik karena menggunakan warna biru keabu-abuan yang membuat iklan kehilangan jiwa.

H.     Daftar Pustaka
Alwi, Hasan. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka.
Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika : Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer.Yogyakarta : Tiara Wacana.
Chaer, Abdul. 1990. Linguistik Umum dalam Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Bandung: Pakar Raya.
Darma, Yoce Aliah. 2009.  Analisis Wacana Kritis. Bandung : Yrama Widya.
Djajasudarma, Fatimah. 1994. Wacana : Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung : PT. Eresco.
Gaw, W.A. 1961. Advertising: Method and Media dalam Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Halaman 179. Surakarta: Pustaka Cakra.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kushartanti, Yuwono & Lauder. 2009. Pesona Bahasa : Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Moeliono A., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dalam Analisis Wacana: Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka Cakra.
Ratna Noviani. 2002. Jalan Tengah Memahami Iklan dalam Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Bandung: Pakar Raya.
Subagyo, A.P. & Macaryus, S. 2009. Peneroka Hakikat Bahasa :Karangan Muhibah untuk Sudaryanto. Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Sudaryat, Yayat. 2008. Makna dalam Wacana : Prinsip-Prinsip Semantik dan Pragmatik. Bandung : Yrama Widya.
Sumarlam, dkk. 2004. Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Bandung: Pakar Raya.
Sumarlam. 2009. Teori dan Praktik Analisis Wacana. Surakarta : Pustaka Cakra.
Titscher, S., etc. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Toffler, Alfin. 1987. Kejutan Masa Depan dalam Analisis Wacana: Iklan, Lagu, Puisi, Cerpen, Novel, Drama. Bandung: Pakar Raya.
Wahab, Abdul. 1995. Isu Linguistik : Pengajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya : Airlangga University Press.
Walker, John A. 2010. Desain, Sejarah, Budaya : Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra.
Wiratno, Tri. 1997. Structuring The Diversity: The Ideology of Advertisement in Indonesian Printed Media  dalam Analisis Wacana: Teori dan Prakti. Surakarta: Pustaka Cakra.

Jumat, 11 Februari 2011

Opportunity/Possibility


"Though no one can go back and make a brand new start, anyone can start from  now and make a brand new ending." ~ Carl Bard 
"As human beings, our greatness lies not so much in being able to remake the world - that is the myth of the 'atomic age' - as in being able to remake ourselves." ~ Gandhi 
"Even in the bleakest times there are gifts to be discovered." ~ Jann Mitchell 
"Always have faith in yourself.  It is not easy to live life sometimes and face the world with a smile when you're crying inside.  It takes a lot of courage to reach down inside yourself.  Hold on to that strength that's still there and know that tomorrow is a new day with new possibilities.  If you can just hold on long enough to see this through, you'll come out a new person - stronger, with more understanding and with a new pride in yourself from knowing you made it." ~ Kathy Obara 
"Your present circumstances don't determine where you can go; they merely determine where you start."  ~ Nido Qubein 
"Every new beginning comes from some other beginning's end."  ~ Seneca 
"It’s never too late – in fiction or in life – to revise."  ~ Nancy Thayer 
"Perhaps the rediscovery of our humanity, and the potential of the human spirit which we have read about in legends of older civilizations, or in accounts of solitary mystics, or in tales of science fiction writers - perhaps this will constitute the true revolution of the future. The new frontier lies not beyond the planets but within each one of us."  ~ Pierre ElliottTrudeau 
"Dreams are renewable.  No matter what our age or condition, there are still untapped possibilities within us and new beauty waiting to be born." ~ Dale E. Turner
"Dreams come true; without that possibility, nature would not incite us to have them." ~ John Hoyer Updike

Choice and Faith



Choice

"To live is to choose. But to choose well, you must know who you are and what you stand for, where you want to go and why you want to get there.”  ~ Kofi Annan 
“Every person, all the events of your life, are there because you have drawn them there.  What you choose to do with them is up to you.  ~ Richard Bach 
We can become bitter or better as a result of our experiences."  ~ Eric Butterworth 
“Every human has four endowments- self awareness, conscience, independent will and creative imagination. These give us the ultimate human freedom... The power to choose, to respond, to change.”  ~ Stephen R. Covey 
“It is our choices that show what we truly are, far more than our abilities.”  ~ Joanne
Kathleen Rowling 





Faith

"Come to the edge.
No, we will fall.
Come to the edge.
No, we will fall.
They came to the edge.
He pushed them, and they flew."  ~ Apollinaire 
“Faith is to believe what we do not see, and the reward of faith is to see what we believe.”  ~ St. Augustine
"Surrender control to the supreme wisdom and authority of God and to the Divine in your soul.  Step into the void with courage.  Learn to say, "I don't know."  That's not blind faith.  It's pure faith that will allow God and your spirit to lead you wherever your soul wants and needs to go." ~ Melody Beattie 
"Faith is not something to grasp.  It is a state to grow into." ~ Gandhi 
"Faith is taking the first step even when you don't see the whole staircase.~ Martin Luther King, Jr. 

"When you walk to the edge of all the light you have
and take that first step into the darkness of the unknown,
you must believe that one of two things will happen:
There will be something solid for you to stand upon,
or, you will be taught how to fly"  ~ Patrick Overton 
"Faith is like love:  it cannot be forced." ~ Arthur Schopenhauer 
"Faith is the bird that sings when the dawn is still dark." ~ Rabindranath
Tagore
"Faith is not belief without proof, but trust without reservations." 
~ Elton Trueblood
"Vision looks upward and becomes faith."  ~Stephen S. Wise 


Happiness



Happiness

"To live happily is an inward power of the soul." ~ Aristotle 
"The art of being happy lies in the power of extracting happiness from common things." ~ Henry Ward Beecher 
"What is happiness and unhappiness?  It depends so little on the circumstances; it depends really only on what happens inside a person.  I am grateful for every day... and that makes me happy." ~ Dietrich Bonhoeffer 
"Earth laughs in flowers." ~ Ralph Waldo Emerson 
"Happiness is a butterfly which, when pursued, is always beyond our grasp, but which, if you sit down quietly, may alight on you." ~ Nathaniel Hawthorne 
"Happiness is not the acquisition of anything; it’s the understanding of something.”  ~ Vernon Howard 
"It is not what we see and touch or that which others do for us which makes us happy; it is that which we think and feel and do, first for the other fellow and then for ourselves."  ~ Helen Keller 
"You don't become happy by pursuing happiness.  You become happy by living a life that means something."  ~ Harold S. Kushner 



"Realize that true happiness lies within you.  Waste no time and effort searching for peace and contentment and joy in the world outside.  Remember that there is no happiness in getting, but only in giving.  Reach out.  Share.  Smile.  Hug.  Happiness is a perfume you cannot pour on others without getting a few drops on yourself."  ~ Og Mandino 
"Real happiness is so simple that most people do not recognize it.  They think it comes from doing something on a big scale, from a big fortune, or from some great achievement, when, in fact, it is derived from the simplest, the quietest, the most unpretentious things in the world.”  ~ Orison S. Marden 
"Realize that if you want joy in your soul, you will have to choose to bring it there."  ~ Joseph J. Mazzella 
"Happiness is not a matter of events; it depends upon the tides of the mind."
~ Alice Meynell 
"One of the secrets of a happy life is continuous small treats." ~ Iris Murdoc 
"To be happy is easy enough if we forgive ourselves, forgive others, and live with thanksgiving.  No self-centered person, no ungrateful soul can ever be happy, much less make anyone else happy.  Life is giving, not getting." ~ Joseph Fort Newton 
"The ingredients of happiness are so simple that they can be counted on one hand. First of all, happiness must be shared. Selfishness is its enemy; to make another happy is to be happy one’s self. It is quiet, seldom found for long in crowds, most easily won in moments of solitude and reflection. It comes from within, and rests most securely on simple goodness and clear conscience." ~ William Ogden 
"The foolish man seeks happiness in the distance; the wise grows it under his feet."
~ James Oppenheim
"It is not easy to find happiness in ourselves, and it is not possible to find it elsewhere."  ~ Agnes Repplier 
"Happiness is not in our circumstance but in ourselves.  It is not something we see, like a rainbow, or feel, like the heat of a fire.  Happiness is something we are."
~ John B. Sheerin 



"Happiness is a warm puppy." ~ Charles Schulz
"It is not the level of prosperity that makes for happiness but the kinship of heart to heart and the way we look at the world.  Both attitudes are within our power so that a man is happy so long as he chooses to be happy, and no one can stop him."
~ Aleksandr Solzhenitsyn
"Joy is a net of love by which you can catch souls."  ~ Mother Teresa
"A truly happy person is one who can enjoy the scenery on a detour." ~ Unknown 
"Happiness cannot be traveled to, owned, earned, worn or consumed. Happiness is the spiritual experience of living every minute with love, grace, and gratitude." ~ Denis Waitley 

Kamis, 10 Februari 2011

Sistem Makian Masyarakat Jayapura



A.  Bentuk-Bentuk Makian dalam Bahasa Indonesia Dialek Jayapura
Bentuk-bentuk makian BI dialek Jayapura berdistribusi menduduki klausa bukan inti dan berdistribusi mendahului klausa inti seperti contoh (1) s.d. (5), tetapi ada juga yang berdistribusi mengikuti klausa inti seperti (6) dan (7).
(1) Babingung, ko mo kemana.
(2) Bingung, ko tra bisa bedakan itukah.
(3) Gila, ko hebat sekali.
(4) Anjing, ko mo dapat pukulkah.
(5) Brengsek, ko mo lari ke mana.
(6) Mau kemana, bego.
(7) Mau sa pukul lagikah, bangsat.
Bentuk-bentuk makian secara formal ada 3 jenis yaitu makian berbentuk kata, frase dan klausa seperti diuraikan berikut ini.
1.      Makian berbentuk kata
Makian berbentuk kata dibagi dua jenis yaitu makian berbentuk kata dasar dan makian berbentuk kata jadian. Makian berbentuk kata dasar adalah makian yang berbentuk kata-kata monomorfemik misalnya anjing, babi, swanggi yang terdapat dalam kalimat di bawah ini.
(8) Babi, ko tra bisa lihat-lihatkah.
(9) Anjing, ko baru datang sekarangkah.
(10) Swanggi, ko tra tahukah kalo itu orang pu suami.
Makian berbentuk kata jadian adalah makian yang berupa kata-kata polimorfemik. Makian polimorfemik dibedakan menjadi dua jenis yaitu makian berafiks, makian bentuk majemuk. Makian berbentuk berafiks misalnya pelanggaran, babingung, pamalas. Sedangkan makin berbentuk majemuk misalnya cuki mai, swanggi terbang, dan hidung belang.
(11) Pelanggaran, kenapa de tra datang.
(12) Babingung, kenapa ko diam.
(13) Pamalas, ko dari mana saja.
(14) Cuki mai, dari mana ko dapat uang sebanyak itu?
(15) Swanggi terbang, ko tra tahu malukah.
(16) hidung belang, tra bisa lihat perempuankah.

2.      Makian berbentuk frase
Makian berbentuk frase dalam bahasa Indonesia dialek Jayapura biasanya dasar plus makian misalnya dasar gila, dasar bangsat, dasar abo. Kata dasar dapat melekat dengan berbagai makian dengan bermacam-macam referensi, seperti binatang (dasar babi, dasar anjing, dan sebagainya), profesi (dasar kaliabo, dasar lonte, dan sebagainya), benda (dasar biji, dasar bangkai, dan sebagainya), keadaan (dasar gila, dasar bingung, dan sebagainya), dan mahluk halus (dasar swanggi, dasar setan, dan sebagainya). Pemakaian makian berbentuk frase dicontohkan berikut.
(17) Dasar babi, ko makan terlalu banyak.
(18) Dasar anjing, tra bisa dengar orang tuakah?
(19) Dasar kaliabo, kenapa belum pulang.
(20) Dasar lonte, ko pu tingkah laku susah diatur.
(21) Dasar biji, kali ini sa yang tatipu.
(22) Dasar bangkai, sifatmu tak pernah berubah.
(23) Dasar gila, masa ko jalan ma dia.
(24) Dasar bingung, sudah sa jelaskan tak mengerti juga.
(25) Dasar swanggi, tak bisa tunggu orang di mobilkah.
(26) Dasar setan, ko tahan ko pu lidah tuh.

Berdasarkan kategori makian bahasa Indonesia dialek Jayapura digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu makian berkategori nomina atau frase nomina seperti tai, swanggi, biawak, bangkai, dan sebagainya. Makian berkategori verba misalnya mati, hantam, babingung, sedangkan makian berkategori adjektiva misalnya gila, sinting, bodok, dll.

3.      Makian berbentuk klausa
Makian Bahasa Indonesia dialek Jayapura yang berbentuk klausa dibentuk dengan menambahkan pronomina di awal kata makian seperti ko gila, ko swanggi terbang, de sinting, dan sebagainya. Berikut contohnya.
(27) Ko gila, masa ko tak bisa dengan torang.
(28) Ko swanggi terbang, bikin orang pu anak kayak gitu.
(29) De sinting, tak pernah pikir tong smua.

B.     Referensi Makian Bahasa Indonesia Dialek Jayapura
Makian dalam bahasa Indonesia Dialek Jayapura rata terdiri dari kata-kata yang memiliki referensial. Kata-kata yang memiliki referensi adalah kata-kata yang memiliki potensi untuk mengisi fungsi-fungsi sintaktik kalimat, seperti nomina, verba, adjektiva, dan sebagainya, sehingga lazim disebut kata utama. Dilihat dari referensinya bahasa Indonesia dialek Jayapura digolongkan menjadi bermacam-macam yakni keadaan, binatang, mahluk halus, benda-benda, bagian tubuh, dan profesi. Pemakaian referensinya dibahas berikut.
1.      Keadaan
Kata-kata yang menunjuk keadaan yang tidak menyenangkan merupakan satuan lingual yang paling umum dimanfaatkan untuk mengungkapkan makian. Ada tiga hal yang dihubungkan dengan keadaan yang tidak menyenangkan ini, yaitu keadaan mental seperti gila, sinting, bodok, keadaan yang tidak direstui Tuhan atau agama seperti terkutuk, kafir, dsb., dan keadaan yang berhubungan dengan peristiwa yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang seperti mati, sialan, mampus, dan sebagainya. Selain itu, ada beberapa kata makian yang diguunakan untuk mengekspresikan keterkejutan, keheranan, atau kekaguman, dan sebagainya. Kata-kata yang menyatakan keadaan misalnya gila, brengsek, astaga dan sebagainya seperti contoh berikut.
(30) Gila, sa pikir de datang ternyata tidak.
(31) Celaka, kok de yang datang?
(33) Astaga, ko dapat ini dari mana?

2.      Binatang
Pada bagian kata makian yang menyatakan keadaan sebelumnya, adjektiva-adjektiva digunakan untuk mengekspresikan  makian secara langsung mengacu sifat-sifat individu yang dijadikan sasarannya, satuan-satuan lingual yang referensinya binatang pemakaiannya bersifat metaforis. Artinya, hanya sifat-sifat tertentu dari binatang itulah yang memiliki kemiripan atau kesamaan dengan individu atau keadaan yang dijadikan sasaran makian. Tidak semua nama binatang dapat digunakan untuk sarana memaki dalam bahasa. Binatang-binatang yang digunakan sebagai kata-kata makian dalam bahasa Indonesia dialek Jayapura biasanya memiliki sifat tertentu. Sifat itu adalah menjijikkan seperti anjing dan babi, mengganggu (bangsat), menyakiti (lintah darat), senang mencari pasangan (buaya dan bandot), Biawak (menakutkan, menggigit). Bila digunakan sebagai makian, sifat-sifat binantang itu diterapkan pada manusia. Kata buaya dan bandot hanya ditunjukkan kepada laki-laki. Penggunaannya dalam kalimat dicontohkan berikut.
(34) Ko Anjing, sa cari-cari ko malah bajalan.
(35) Dasar buaya, ko jalan deng perempuan siapa lagi.
Selain itu ada kata ragam nonformal yang digunakan sehubungan dengan keburukan muka referensinya yaitu monyet. Seperti contoh berikut :
(36) Monyet, ko berani buat begitukah?
Bentuk formalnya kera tidak pernah dipergunakan. Hal ini terbukti dengan tidak mungkinnya dimodifikasi dengan kata kera, seperti contoh berikut :
(37) Kera, ko berani buat begitukah?

3.      Mahluk Halus
Dari data yang ada ada beberapa kata yang berkategori makhluk halus yang sering digunakan dalam makian misalnya setan, iblis, dan swanggi. Semuanya adalah mahluk yang sering mengganggu manusia, seperti contoh berikut.
(38) Setan, ko betul-betul tra tahu diri.
(39) Iblis, kenapa pukul orang sampe begitu?
(40) Swanggi, ko baru pulang dari mana?

4.      Benda-benda
Hampir sama dengan nama binatang dan mahluk halus, nama-nama benda yang lazim digunakan untuk memaki juga berkaitan dengan keburukan referennya seperti bau, kotor, usang, dan sebagainya contohnya : bangkai, tai, gombal, dll. Perhatikan contoh kalimat berikut :
(41) Bangkai nih, ko tra tahu malu.
(42) Tai, sa tidak percaya ko sekarang.
(43) Dasar gombal, dari tadi tinggal putar-putar kata.

5.      Bagian Tubuh
Anggota tubuh yang lazim digunakan untuk mengekspresikan makian adalah anggota tubuh yang erat kaitannya dengan aktivitas seksual karena aktivitas ini sangat personal, dan dilarang dibicarakan secara terbuka kecuali dalam forum-forum tertentu. Yang sering dipakai misalnya cuki mai, virai, onti, dll. Berikut contohnya :
(44) Cuki mai, sa sial hari ini.
(45) Virai seh, tra bisa tahan dirikah?
Frase lain yang sering dipakai secara figuratif misalnya hidung belang, mata manyala, dll, seperti contoh dalam kalimat berikut :
(46) Dasar hidung belang, sa saja tra cukupkah?
(47) Dasar urat malu su putus, tra pernah mau dengar.

6.      Profesi
Profesi seseorang terutama profesi rendah dan yang diharamkan oleh agama sering digunakan pemakai bahasa untuk mengumpat dan mengeskpresikan rasa jengkelnya. Profesi ini misalnya : maling, pencuri, lonte, kaliabo, abo, dan sebagainya. Berikut contohnya dalam kalimat.
(48) Dasar maling, su tahu orang punya masih mau ambil juga.
(49) Kaliabo, kenapa seharian baru pulang?
Di samping itu, ada pula profesi dan kebiasaan buruk yang sering dimetaforakan dengan perbandingan binatang-binatang tertentu seperti buaya darat, hidung belang, dan lindah darat, dan sebagainya.

C.    Kesimpulan
Bahasa merupakan sarana pengungkap perasaan. Bentuk makian adalah sarana kabahasaan yang dibutuhkan oleh para penutur untuk mengekspresikan ketidaksenangan dan mereaksi berbagai fenomena yang menimbulkan perasaan seperti itu. Yang belum dibahas dalam tulisan ini adalah penggunaan makian sesuai kelas-kelas sosial, jenis kelamin, serta berbagai wacana lain yang memungkinkan adanya penelitian lain dari peneliti lain. Oleh karena itu, dari pembahasan sebelum disimpulkan beberapa hal berikut.
1.      Bentuk makian dalam bahasa Indonesia dialek Jayapura secara formal ada 3 yaitu berbentuk kata contohnya : Babi, Anjing, Swanggi, dll, berbentuk frase contohnya : dasar babi, dasar biji, dasar gila, dll, dan berbentuk klausa misalnya : de sinting, ko swanggi terbang, ko gila, dan lain-lain.
2.      Bentuk makian dalam bahasa Indonesia dialek Jayapura rata-rata terdiri dari kata-kata yang memiliki referensial, referensi kata makian itu antara lain keadaan (gila, sinting, lola), binatang (anjing, babi, biawak, dll), mahluk halus (setan, iblis, swanggi, dll), benda-benda (tai, bangkai, parut, dll), bagian tubuh (cuki mai, hidung belang, virai), dan profesi (copet, abo, kaliabo, dll).