Selasa, 03 November 2015

Perbandingan Ideologi Orang Jepang dan Orang China

A.    Pendahuluan
Filsafat adalah sebuah metode cara atau sikap, bertanya tentang segala sesuatu. Sikap bertanya itu sendiri adalah filsafat. Berfilsafat adalah ingin mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu (Djojosuroto, 2007:21). Hal ini sesuai dengan kondisi setiap manusia yang selalu ingin tahu. Keingintahuan manusia merupakan kodrat ilahi yang sejalan dengan hidup manusia itu. Keingintahuan manu, sia itu selalu dimulai pada pengetahuan diikuti kepastian. Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Dengan demikian berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau (Suriasumantri, 1996:1).
Semua pengetahuan yang sekarang ada selalu dimulai dengan spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini, manusia dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan. Tanpa menetapkan kriteria tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan dapat berkembang. Tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral. Demikian juga tanpa wawasan apa yang disebut indah atau jelek tidak mungkin disebut kesenian. Jadi, filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan ilmuan. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuanyang dapat diandalkan.
Oesman Arif membedakan pengetahuan atas empat jenis yaitu pengetahuan agama, pengetahuan filsafat, pengetahuan keilmuan, dan pengetahuan kesenian. Sedangan ilmu dibedakan antara ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu humaniora. Berbeda dengan pandangan Djojosuroto (2002:22) yang membagi pengetahuan atas 3 bagian yaitu logika, etika dan estetika. Kedua pandangan ini benar secara keseluruhan, yang berbeda hanyalah sudut pandangnya, yang paling penting apakah pengetahuan ini bisa membuat kehidupan manusia berkembang atau tidak?
Setiap etnis memiliki ideologi yang berbeda-beda. Ideologi yang berbeda-beda inilah yang mendasari lahirnya berbagai pengetahuan yang sekarang berkembang pesat. Karena rasa ingin tahu manusia, manusia seakan menjadi haus pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan yang dikuasai, semakin baik kehidupannya. Pandangan ini merupakan pandangan moderen yang didukung oleh transparansi global.
Masyarakat Cina dan Jepang adalah 2 etnis yang memiliki kebudayaan yang unik di Asia. Keberadaan keduanya cukup survive, diakui, serta mampu bersaing dengan hingga ke luar Asia (sampai Eropa, Amerika, Australia, dll). Dilihat dari sudut pandang kebudayaan, yang mendasari keduanya sukses karena memiliki ideologi yang kuat dan diyakini masyarakatnya. Jepang misalnya terkenal dengan produk-produk elektronik dan otomotif yang cukup hebat. Sedangkan Cina terkenal sebagai penguasa ekonomi dan perdagangan di seluruh dunia. Hal inilah yang menjadi objek penelitian dalam tulisan ini, dimana ideologi Cina dan Jepang menjadi menarik untuk dikaji.

B.     Landasan Teori
1.      Filsafat Budaya
Menurut Taplan dan Manners (2002:4), budaya merujuk pada fenomena yang tidak dapat secara tuntas dijelaskan oleh konsep-konsep psikobiologis. Pandangan ini lebih menekankan pada konsep culture serta tidak mengubahnya. Pandangan culture ini dibedakan dari sosial, karena menurut mereka organisasi sosial tidak merupakan sesuatu yang unik pada manusia.
Berbeda dengan pendapat Taplan dan Manners, menurut Spradley (2007:6) kebudayaan  adalah pengetahuan yang diperoleh, yang digunakan orang untuk menginterpretasikan pengalaman dan melahirkan tingkah laku sosial. Spradley membatasi kebudayaan sebagai pengetahuan yang dimiliki bersama dengan menekankan pada makna berbagai fenomena.
Pendapat lain yang hampir mirip dengan Spradley, diungkapkan Geertz (1992:vi) bahwa kebudayaan adalah hal yang semiotik dan kontekstual. Ia menganggap bahwa simbol budaya adalah kendaraan pembawa makna. Simbol adalah sesuatu yang perlu ditangkap maknanya dan pada giliran berikutnya dibagikan kepada anak cucu dan ditularkan kepada ... para anropolog.
Menurut Koentjaraningrat (1998:13), kebudayaan adalah segala pikiran dan perilaku manusia yang secara fungsional dan disfungsional ditata dalam masyarakatnya. Unsur-unsur kebudayaan antara lain :
-          Religi dan upacara keagamaan
-          Sistem dan organisasi kemasyarakatan
-          Sistem pengetahuan
-          Bahasa
-          Kesenian
-          Sistem mata pencaharian
-          Sistem teknologi dan peralatan

2.      Ideologi
Menurut Taplan & Manners (2002:154), istilah ideologi meliputi nilai, norma, falsafah, dan kepercayaan religius, sentimen, kaidah, pengetahuan atau wawasan tentang dunia, etos dan semacamnya. Dalam penggunaan yang lebih modern dan sempit, ideologi biasanya mengacu pada sistem gagasan yang dapat digunakan untuk merasionalisasikan, memberikan teguran, memaafkan, menyerang, atau menjelaskan keyakinan, kepercayaan, tindak, atau pengaturan kultur tertentu. Selain itu, faktor ideologi mempengaruhi komponen budaya melalui proses pengkondisian psikologis, yakni lewat dampak gagasan terhadap perilaku manusia (Taplan dan Manners, 2002:160).
Menurut Schlesinger, pembedaan antara gagasan (ideas) dengan ideologi adalah hal yang bermanfaat. Gagasan atau idea ialah wawasan atau pemahaman tertentu, sedang ideologi merupakan kristalisasi gagasan menjadi sistem yang bersifat universal. Gagasan relatif, sedangkan ideologi absolut. Ada orang yang menerima begitu saja pengalamannya yang campur adu, tetapi ada pula yang membutuhkan gambaran tentang sosol rasionalitas-akhir semesta ini. Pihak yang disebut belakangan itu mendambakan pola tunggal yang mendasar, yang serba-cakup dan serba menjelaskan serta dapat dipahami manusia dan memberikan serangkaian kaidah yang memadai untuk semua kemungkinan (tak terduga) dalam politik kehidupan (Taplan & Manners, 2002:154).
Dari konsep-kosep yang dipaparkan sebelumnya, tulisan ini memadukan konsep budaya dan unsur-unsurnya dengan konsep ideologi. Ideologi juga merupakan bagian dari kebudayaan secara utuh. Pemahaman tentang ideologi dan kebudayan Jepang dan Cina merupakan pembahasan dalam tulisan ini.


C.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kajian pustaka. Dalam metode ini, penulis mengumpulkan data-data melalui tulisan-tulisan orang atau buku-buku yang berkaitan dengan filsafat Jepang dan filsafat Cina. Tulisan ini mengangkat 6 tulisan, 3 tulisan tentang filsafat Jepang dan 3 tulisan tentang filsafat Cina kemudian penulis membandingkan untuk melihat persamaan, perbedaan, kekurangan dan kelebihan bahkan memberikan komentar yang objektif sesuai dengan data dan pemahaman yang ada.

D.    Perbandingan Ideologi Jepang dan China
1.      Pendidikan
Pendidikan selalu berkaitan dengan pengetahuan dan ilmu. Menurut Aristoteles dalam Metaphysica, “segala manusia ingin mengetahui”. Objek materialnya adalah gejala manusia tahu. Peran filsafat adalah menyoroti gejala itu berdasarkan sebab-musabab pertamanya. Filsafat menggali kebenaran (versus “kepalsuan”), kepastian (versus “ketidakpastian”), objektivitas (versus “subjektivitas”), abstraksi, intuisi, darimana asal pengetahuan dan kemana arah pengetahuan. Pada gilirannya gejala ilmu-ilmu pengetahuan menjadi objek material juga, dan kegiatan berpikir itu menghasilkan filsafat ilmu pengetahuan. Kekhususan itu terletak dalam cara kerja atau metode yang terdapat dalam ilmu-ilmu pengetahuan.
Jepang selalu menjadi ikon bagi bangsa Asia yang menjadi sebuah negara maju dengan keberhasilannya di dalam memadukan antara nilai-nilai tradisi dan modernisasi. Restorasi Meiji merupakan langkah awal bagi Jepang masuk ke zaman modern setelah Jepang melakukan politik isolasi dan menutup dirinya dari perkembangan luar. Perkembangan budaya pun mulai terjadi di berbagai bidang. Berkat usaha dan semangat yang kuat, akhirnya Jepang mampu mensejajarkan negaranya dengan negara-negara maju di dunia. Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1868. Jepang memulai dengan membagi pemimpin dengan 3 kelompok yang mempengaruhi pendidikan di Jepang yaitu Shintoist, Confucian dan Western-Oriented.
Pada awalnya, Kelompok yang Western-orientated mendominasi atas dua kelompok lainnya, sebagian besar dalam kaitan dengan fakta bahwa mayoritas masyarakat sangat terkesan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang Eropa, dan mereka berpendapat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari Eropa akan masuk dan diikuti Jepang. Akibat Jepang mengejar terus pendidikan ipteks, hal ini berakibat pendidikan moral menjadi terabaikan. This Western bias was embodied in the Fundamental Code of Education of 1872. As a result, the cognitive and technical side of education was emphasized, while the moral and affective side was neglected. Kegagalan pendidikan di Barat tahun 1872 yang mendewakan koginitif dan kemampuan teknik sementara pendidikan moralnya menjadi terabaikan.
Pendidikan cara diatas dikritik habis oleh para pemimpin tradisional confucian yang lama sekali menjadi mainstream pendidikan nasional Jepang. Kelompok Shintoist memegang peranan penting saat restorasi Meiji dimana melakukan terobosan dengan menyerap pengetahuan Barat dengan cara mennerjemahkan berbagai literatur Barat ke dalam bahasa Jepang dan dimasukan dalam kurikulum sebagai pembejalaran di sekolah-sekolah Jepang. Ada yang khas dari kelompok traditionalis Jepang yakni intens terhadap bimbingan sistem nilai melalui pendidikan di sekolah sebagai kendaraannya. Di negara-Negara Eropa, peran gereja dan kelompok religius memegang peranan penting dalam pendidikan moral. Namun di Jepang, Buddhist dan Shinto agama tidaklah cukup aktif dan kuat untuk dengan bebas mempromosikan pendidikan moral di Jepang. Kelompok traditionalis yang melihat ke sistem persekolahan sebagai sarana untuk meningkatkan kesusilaan bangsa. Sesungguhnya, sebelum Meiji sekolah di Jepang, terutama sekolah unggulan, di kenal mengukir sejarah panjang tentang pendidikan moral sebagai pokok pendidikan.
Pada 1879, babak baru pendidikan Peraturan pendidikan diumumkan resmi dengan pendidikan moral (Shushin)dan Discipline (Shitsuke), diangkat menjadi prioritas dari berbagai bidang pendidikan. Tahun 1890, kerajaan merubah pendidikan yang tadinya liberal ke orientasi yang konservatif. Pemerintah dalam hal ini memiliki otoritas untuk menggunakan sekolah secara politis sistematis untuk pengajaran paham moral. Pendidikan moral semacam ini, bertahan hingga Perang Dunia II.
Pada tanggal 6-9 Agustus 1945 saat bangsa Jepang kalah dalam Perang Dunia II yang lebih dikenal dengan peristiwa Hiroshima dan Nagasaki, dengan cepat mereka bangkit kembali sampai sekarang ini menjadi bintang dalam persaingan ekonomi dan industri. Kebangkitan bangsa Jepang inilah yang melandasi keberadaan filsafat timur, kebangkitan Jepang menandakan bangkitnya filsafat timur.
Dari paparan di atas, pendidikan di Jepang sangat menentukan keberadaan orang-orang Jepang saat ini. Motto yang paling terkenal tentang pendidikan Jepang adalah “mengajarkan cara belajar”. Motto ini sangat berpengaruh dalam pemahaman mereka terhadap pengetahuan dan ilmu yang semuanya dilandasi oleh falsafah hidup mereka yang kuat dan berakar. Hal lain yang mendukung majunya pendidikan di Jepang adalah penghargaan terhadap profesi guru. Di Jepang, orang yang akan menjadi guru haruslah seorang yang benar-benar hebat. Hal inilah yang mendukung bangsa Jepang mampu menghasilkan produk-produk bergengsi dan melahirkan perusahaan-perusahaan hebat yang tersebar sampai ke seluruh dunia misalnya Honda, Mitsubishi, Toyoto, Sony, dll.
Bangsa Cina berbeda dengan Jepang dalam hal pendidikan. Pendidikan di Cina lebih ditekankan pada sudut pandang intelektual. Para filsuf Cina berhasil membangun etos masyarakat Cina seperti mencintai belajar dan mendorong orang gemar melakukan penelitian mendalam atas segala sesuatu sebelum memecahkan dan melakukan sesuatu. Demikianlah pengetahuan dan integritas pribadi merupakan tekanan utama filsuf Cina. Beberapa ajaran yang berpengaruh dalam pendidikan di Cina antara lain Buddhisme, Confusionisme, dan Taoisme. Buddisme adalah sistem pendidikan Buddha Shakyamuni, serupa sistem pendidikan konfusius yang tersebar luas di Cina. Tujuan pendidikan Buddhis adalah mencapai kebijaksanaan yang sering disebutAnuttara-samyak-sambbodi yang bertujuan memperkaya kodrat (alam intrinsik) manusia sehingga memperoleh kebijaksanaan. Sedangkan ini ajaran Buddha adalah disiplin, meditasi, dan kebijaksanaan. Buddhisme adalah semacam betuk khusus pengetahuan; bukanlah merupakan agama. Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, kita harus mengerti kodrat sesungguhnya. Menurut ajaran ini, Buddha Shakyamuni merupakan pendidik terbaik dalam sejarah duunia. Ia serupa Konsusius, mengajar setiap orang tanpa lelah dan tanpa diskriminasi. Ajaran Buddhisme berhasil masuk dan berasimilasi dengan budaya Cina.
Confusionisme mengajarkan siswa-siswa sekolah dasar agar terlatih baik dan mampu menahan nafsu-nafsu indrawi. Sekolah menekankan pentingnya konsentrasi dan kebijaksanaan. Anak-anak mulai mengenal skeolah pada usia 7 tahun. Mereka diharuskan tinggal di sekolah dan diperbolehkan pulang pada waktu liburan saja. Mereka diajarkan cara berinteraksi dengan benar dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sopan santun terhadap guru dan teman sekolahnya. Ketika mereka kembali ke rumah, mereka mempraktikkan respek dan bakti kepada orang tua dan saudara-saudaranya. Pada uisa 7-12 tahun, para siswa diminta untuk mengingat dan mengucapkan teks-teks kuno secara lancar. Para guru menyeleksi teks-teks kuno yang mengandung nilai-nilai kebijaksanaan. Para siswa diminta membaca dan mengucapkan teks-teks tersebut 100-200 kali sehari. Tujuan pendidikan semacam ini adalah untuk mengarahkan pikiran siswa agar diperoleh pikiran yang murni, konsentrasi dan kebijaksanaan, meskipun mereka tidak mengerti sepenuhnya.
Hal utama yang menjadi inti ajaran confusionisme adalah prinsip keseimbangan yin dan yang. Prinsip ini menjadi utama dibahas sehingga keseimbangan yang mengatur hidup kita. Confusionisme menganjurkan agar orang belajar dan mempraktekan apa yang dipelajari sehingga manusia menjadi seorang intelektual yang lengkap. Ajaran ini mengajarkan kebijaksanaan, ketenangan dalam segala situasi agar dapat menyelesaikan persoalan-persoalan penghidupan dengan rasional. Selain itu, ajaran ini mengajarkan kita untuk bisa mengatur harta yang baik terutama pendidikan anak-anak. Unsur pendidikan ini dalam confusionisme karena cendikiawan dihormati jauh lebih tinggi dibandingkan kekayaan. Itulah sebabnya di Amerika saat ini kebanyakan mahasiswa peringkat atas diduduki oleh orang-orang dari Hongkong, Cina, Taiwan, Singapura, Korea, dan Jepang yang ternyata negara-negara tersebut dipengaruhi ajaran confusionisme.
Taoisme mangajarkan bahwa sumber yang unik dari alam semesta dan menentukan semua hal. Semua hal di duni terdiri dari bagian yang positif dan bagian yang negatif; semua yang berlawanan selalu mengubah satu sama lain; dan bahwa orang tidak boleh melakukan tindakan tidak alami tetapi mengikuti kodratnya. Sikap pasrah terhadap hukum kodrat dan hukum alam ini disebut juga sebagai wu-wei. Taoisme merasa senang dengan keindahan alam, liar, sederhana dan kecil, dalam keindahan intrinsik alam yang membuat manusia memandang penuh penghormatan dan imajinasi puitis. Hanya dengan bersekutu dengan alam dan kosmos seorang manusia benar-benar menjadi seoran “cosmian”. Seperti Taois Chuang Tzu mengungkapkan dengan suara tenang : “langit dan bumi lahir bersamaan denganku, dan sepuluh ribu benda bersatu denganku”. Dari paparan sebelumnya, pendidikan yang dapat diangkap dari ajaran Taoisme adalah manusia haruslah belajar dari alam. Alam menyimpan misteri yang unik dan indah untuk diketahui. Setiap organisme kehidupan merupakan pengetahuan yang tidak akan pernah berakhir dan tidak pernah selesai untuk dipelajari. Mulai dari ilmu pengobatan yang bahan-bahannya dari alam sampai ilmu feng shui. Alam pikiran kita berakar dalam pemandangan alam. Dengan jalan feng shui (geomancy), orang Cina kuno maupun kontemporer telah mengembangkan arti yang dalam untuk bersatu dengan alam, daratan, bumi dan kosmos. Pengetahuan-pengetahuan ini akan diajarkan turun-temurun menjadi pengetahuan budaya yang unik dan bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia, sehingga dengan adanya ilmu dan pengetahuan manusia dapat survive dan hidup dengan baik.

Dari paparan-paparan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa pendidikan di Jepang merupakan perpaduan antara barat dan Timur. Ilmu-ilmu dan pengetahuan yang diajarkan di Jepang merupakan percampuran yang memberikan keuntungan dalam perkembangan kehidupan orang-orang Jepang. Sedangkan di Cina, pendidikan sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran yang berkembang dan lebih ditekankan pada akar budaya Cina yang tradisional. Meskipun saat ini sudah zaman modern, tetapi bagi orang Cina ketradisionalan tetap yang utama yang memberikan kekuatan jati diri yang berbeda dengan Jepang.

2.      Bahasa, Sistem Aksara, Sastra, dan Seni
Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan dalam lingkungan kelompok manusia tertentu (Djojosuroto, 2007:45. Dengan bahasa manusia dapat berkomunikasi, menuangkan emosi, mengejawantahan pikiran manusia dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam mencari hakikat kebenaran dalam hidup. Hal lain tentang bahasa bahwa dengan adanya bahasa manusia dapat mengembangkan kebudayaan dan meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi yang satu ke generasi yang lain (Suriasumantri, 1995:171).
Orang Jepang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi. Bahasa Jepang menurut orang Jepang disebut romaji atau Nihongo. Bahasa Jepang terbagi 2 bentuk yaitu Hyoujungo (pertuturan standar) dan Kyoutsugo (pertuturan umum). Hyoujungo adalah bentuk yang diajarkan di sekolah dan digunakan di televisi dan segala perhubungan (Hidayat dan Rahmani, 2009:147-148). Orang Jepang memiliki banyak kesamaran dalam hidupnya, ini tercermin dalam bahasanya, misalnya : saya kan memikirkan hal itu, saya kurang yakin,  saya akan berusaha keras, itu sangat sulit. Contoh-contoh ini merupakan ungkapan kesamaran dalam bahasa Jepang yang telah diterjemahkan. Dari beberapa pandangan ini disimpulkan bahwa orang Jepang memiliki sifat yang was-was dan tidak langsung percaya serta kritis menghadapi sesuai. Hal inilah yang bisa menjadi salah satu akar keberhasilan orang Jepang dalam hidupnya.
Sistem aksara yang terkenal di Jepang adalah Kanji. Kanji berasal dari Cina yang diperkenalkan pada abad keempat masehi. Sebelum ini orang Jepang tidak mempunyai sistem aksara sendiri. Dari Kanji, orang Jepang mengembangkan aksara Hiragana dan Katakana. Yang mengembangkan kedua aksara ini adalah rohaniawan Budha untuk membantu melafalkan karakter-karakter Cina pada abad kedelapan masehi. Kedua aksara ini biasa disebut kana da keduanya dipengaruhi bahasa Sansekerta. Hal ini masih bisa dilihat dalam urutan aksara Kana. Selain itu juga, orang Jepang mengenal sistem alihaksara yang disebut romaji. Bahasa Jepang yang dikenal sekarang ini ditulis dengan menggunakan kombinasi aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana. Kanji dipakai untuk menyatakan arti dasar dari kata (baik berupa kata benda, kata kerja, kata sifat, atau kata sandang). Hiragana ditullis sesudah kanji untuk mengubah arti dasar dari kata tersebut, dan menyesuaikannya dengan peraturan tata bahasa Jepang.
Berbeda dengan orang Jepang, orang Cina menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa resminya. Mandarin adalah dialek bahasa Tionghoa yang dituturkan di sepanjang utara dan barat daya Republik Rakyat Tionghoa (Hidayat dan Rahmani, 2009:215). Kata “Mandarin”, dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan untuk menerjemahkan beberapa istilah Tionghoa yang berbeda, merujuk kepada kategori-kategori bahasa Tionghoa lisan. Dalam pengertian yang sempit, Mandari berarti Putonghua dan Guoyu, dua bahasa standar yang sama-sama didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua. Putonghua merupakan bahasa resmi Tiongkok dan Guoyu adalah bahasa resmi Taiwan. Putonghua biasanya dipanggil Huayu, juga adalah salah satu dari empat bahasa resmi Singapura. Dalam pengertian yang luas, Mandarin berarti Beifanghua (secara harfiah berarti “bahasa percakapan utara”). Beifanghua mencakup beragam jenis dialek percakapan Tionghoa yang digunakan sebagai bahasa lokal di sebagian besar bagian utara dan barat daya Tiongkok, dan menjadi dasar bagi Putonghua dan Guoyu. Beifanghua mempunyai lebih banyak penutur daripada bahasa apapun yang lainnya dan terdiri dari banyak jenis termasuk versi-versi yang sama sekali tidak dapat dimengerti.
Sistem aksara yang dipakai masyarakat Cina adalah aksara Kanji. Kanji dalam makna harfiah berarti “huruf-huruf dari Dinasti Han”. Selin digunakan dalam bahasa Cina, huruf Cina (kanji) juga digunakan dalam bahasa Jepang dan Korea, serta bahasa Vietnam. Kanji dikenal sebagai hanzi dalam bahasa Cina, hanja atau hanmun dalam bahasa Korea, dan chi nho dalam bahasa Vietnam. Kanji juga seperti dalam pembahasan sebelumnya merupakan salah satu dari empat penulisan yang terdapat di dalam bahasa Jepang (yang lain Hiragana, Katakana dan Romaji).
Terdapat perbedaan tentang permulaan penggunaan huruf Cina di Jepang, tetapi secara umum disepakati bahwa agama Budha membawa teks Cina ke Jepang sekitar abad ke-5. Secara berangsur-angsur, sistem yang dikenali kanbun muncul, ini merupakan teks Cina dengan tanda diacritikal untuk membenarkan penutur bahasa Jepang membacanya menurut peraturan tata bahasa Jepang. Bahasa Jepang tidak mempunyai bentuk tulisan. Akhirnya, sistem tulisan yang dikenali sebagai manyogama (digunakan dalam antologi sastra silam Manyoshu) menggunakan bentuk set kanji untuk nilai fonetik saja, bukan untuk nilai semantik, yang diperlukan untuk menulis sastra Jepang. Manyogana ditulis dalam bentuk cursive menjadi hiragana, sistem tulisan yang boleh digunakan oleh wanita. Hasil karya sastra wanita era Heian ditulis menggunakan Hiragana. Katakana mungul melalui haluan yang sama. Hiragana dan katakana dipakai bersama sebagai kana. Pada saat sistem penulisan Jepang mulai berkembang, kanji digunakan untuk menulis bagian pertuturan tertentu seperti kata benda, kata sifat, dan kata kerja, sementara kana digunakan untuk akhiran kata kerja, perkataan yang hanya terdapat di Jepang dan perkataan asing (sebelum ini perkataan asing dieja secara fonetik dengan Kanji).
Sastra yang terkenal di Cina ada Empat Karya Sastra antara lain Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, zaman Dinasti Ming. Selain itu ada Batas Air karya Shi Nai-an, zaman Dinasti Ming dan yang paling terkenal Perjalanan ke Barat, karya Wu Cheng-en, zaman Dinasti Ming. Karya lainnya adalah Jin Ping Mei karya Lanlin Xiaoxiaosheng, zaman Dinasti Qing. Namun kalangan pengamat sastra Tionghoa di Jepang mengemukakan versi lain bahwa Impian Paviliun Merah dari zaman Dinasti Qing jauh melebihi pamor Jin Ping Mei. Untuk ini di kemudian hari ada istilah Empat Tulisan Termasyhur (四大名著) yang menggantikan Jin Ping Mei dengan Impian Paviliun Merah.
Sastra yang terkenal di Jepang antara lain puisi-puisi Jepang misalnya Waka, puisi karya Komachi, Ono no Komachi, dan karya Yosano Akiko. Seorang sastrawan Jepang yang terkenal adalah Yasunari Kawabata dengan karya-karyanya antara lain Gadis Penari dari Izu, Negeri Salju, Empu Go, Seribu Burung Bangau dan lain-lain. Seni yang terkenal di Jepang adalah seni lukis dan seni manga, ada juga seni melipat melipat kertas yaitu origami

3.      Ekonomi, Teknologi , Militer dan Etos Kerja
Sistem ekonomi menurut kebudayaan adalah sistem mata pencaharian untuk bertahan hidup. Dengan ekonomi yang lancar maka manusia dapat berkembang, bersekolah, serta dapat menikmati hidup. Kemajuan ekonomi biasanya dibarengi oleh kemajuan militer serta semangat atau etos kerja yang dimiliki oleh setiap orang. Sedangkan kemajuan militer dipengaruhi oleh kemajuan ekonomi dan teknologi.
Masyarakat Jepang terkenal dengan produk-produk elektronik yang handal denga terciptanya perusahaan-perusahaan besar misalnya Honda, Toyota, dll. Perusahaan-perusahaan ini sangat berpengaruh sampai ke luar Jepang. Perusahaan-perusahaan ini merupkan tumpuan Jepang dalam pertumbuhan ekonominya. Orang Jepang terkenal memiliki etos kerja yang tinggi dan ulet sehingga apa yang mereka hasilkan berkualitas dan dapat bersaing dalam kancah internasional. Pertumbuhan ekonomi Jepang dapat berkembang pesat walaupun sebelumnya pernah ambruk karena pengaruh tragedi Hirosima dan Nagasaki namun dengan cepat mereka bangkit lagi. Selain itu, Jepang juga terkenal dengan militernya yang hebat yang juga pernah menjajah Indonesia. Militer Jepang terkenal keras, garang dan penindas. Hal ini didasari oleh budaya Jepang yang keras dan disiplin.
Masyarakat Cina terkenal dengan kompetensi yang besar, bahkan Amerika pun segan dengan keberadaan Cina. Hal yang melandasi Cina mampu menguasai ekonomi adalah faktor kerja keras, kekerabatan, dan faktor jumlah penduduk yang besar dan tersebar di mana-mana. Tradisi kultural yang lekal dengan kehidupan orang Cina, merupakan faktor penetralisir serta pendorong upaya pencerahan bagi kehidupan yang jauh lebih baik. Bagi orang Cina sendiri keberadaan faktor ekonomi secara otomatis merupakan faktor pendorong majunya pendidikan (kemajuan intelektual). Keberadaan dan kemampuan Cina menguasai ekonomi dan pasar ini merupakan pengaruh ajaran confusionisme dan ajaran-ajaran lainnya yang dianut oleh masyarakat Cina.
Penguasaan Ekonomi antara  Jepang dan Cina memang berbeda dengan negara-negara lain. Persaingan antara produk Jepang dan Cina di pasaran pun sering terjadi. Pascaperang, Jepang memiliki keajaiban ekonomi, yang membawa negara sakura ini ke posisi kedua setelah AS, selama lebih dari 40 tahun. Namun, stagnasi setelah pecah gelembung aset pada 1990an, tampaknya membantu China menggantikan posisinya tahun ini. IMF menilai, Jepang lebih kaya 10 kali berdasarkan basis per-kapita. Namun, lompatan China mencerminkan pergeseran dalam kekuatan ekonomi sebagai negara yang bertransformasi dari negara komunis yang erat dengan kemiskinan, menjadi negara taraf global kelas berat.
Nominal PDB China untuk Juli-September yang mencapai US$1,415 triliun. Angka ini mengalahkan PDB Jepang sebesar US$1,369 triliun. Dengan adanya ini Beijing mendapat kritik karena menjaga yuan secara artifisial di level rendah. Hal ini menunjukkan bahwa PDB China memang harus lebih tinggi. Sedangkan kekuatan baru-baru ini dari yen versus dolar AS, telah mendorong angka nominal Jepang. Dengan meningkatnya industri berkekuatan besar dari Cina, Jepang seharusnya bersiaga. Pasalnya, raksasa Asia ini telah berada pada jalurnya untuk menggeser Jepang secara keseluruhan tahun ini. Namun, Jepang bersikukuh tetap unggul dalam ekonomi dunia tahun ini. Terlihat dari nominal PDB sembilan bulan pertama (Januari-September), dimana Jepang berhasil mencapai US$3,959 triliun, sementara China beda tipis US$3,946 triliun. Unggulnya Jepang didukung pertumbuhan yang kuat pada kuartal pertama 2010. Sementara pada kuartal kedua, negara kepulauan ini sempat terhimpit surutnya ekspor dan konsumsi domestik yang flat pada April-Juni. Jepang pun merevisi PDB kuartal ketiga menjadi 4,5% pada basis tahunan, naik dari estimasi awal 3,9% bulan sebelumnya, mengalahkan ekspektasi ekonom dari revisi menjadi 4,1%. Kenaikan pada kuartal ketiga ini disebabkan pemulihan dalam belanja modal perusahaan, serta belanja konsumen pada perangkat pendingin udara (AC) selama musim panas yang mencapai rekornya.
Berdasarkan perbandingan-perbandingan sebelumnya, antara Jepang dan Cina keduanya memiliki keunggulan-keunggulan yang dilihat secara umum karena memiliki akar budaya yang kuat. Jepang pernah mengalami kehancuran, begitu pula Cina tetapi keduanya dapat bangkit kembali secara ekonomi, teknologi, bahkan militerpun. Hal ini disebabkan karena Jepang dan Cina memiliki etos kerja yang tinggi, ulet dan pekerja keras. Yang berbeda, hanyalah Cina lebih dipengaruhi kekerabatan dalam budayanya.
4.      Agama, Kepercayaan dan Pandangan Hidup
Secara umum agama berkaitan dengan kepercayaan. Namun dalam kajian kebudayan agama dan kepercayaan disatukan menjadi sebuah pandangan hidup. Kepercayaan seseorang terhadap Tuhan itulah yang disebut agama atau kepercayaan. Sedangkan pandangan lebih atau bertitik tolak pada berbagai kepercayaan yang menjadi satu. Agama, kepercayaan dan pandangan hidup akan selalu mempengaruhi kehidupan setiap orang, dalam mengenyam pendidikan, dalam berusaha, dan lain sebagainya.
Bangsa Jepang terkenal dengan popularitas dalam berbagai aspek kehidupan dan diakui banyak bangsa sebagai fenomena monumental. Hal ini tidak terlepas dari perjalanan historis bangsa Jepang yang oleh para ahli dipandang sebagai prototipe keberhasilan suatu bangsa di dalam memadukan dua unsur yang dichotomous (tradisi dan modernisasi). Pengalaman bangsa Jepang sebenarnya sudah banyak dikaji dari sepak terjang yaitu karakter dan perilaku mereka yang banyak dipengaruhi cara berpikir mereka tentang hidup dan hakekat kehidupan, baik sebagai individu, kelompok kecil maupun sebagai nation. Ajaran-ajaran yang berpengaruhi di Jepang dikenal dengan tiga ajaran yaitu Shintoisme sebagai ajaran asli, confusionisme dan Buddhisme yang diadopsi dari Cina dan Korea. Alam pikiran orang Jepang merupakan kristalisasi tiga ajaran. Shintoisme, bangsa Jepang dibentuk menjadi bangsa yang fanatik terhadap Kaisar/Pimpinan yang merupakan “anak” Amaterasu Omi Kami atau Dewa Matahari. Fanatisme ini berkembang setelah pengaruh Confusionisme yang telah melahirkan bentuk disiplin diri melalui konsep Seppuku (bunuh diri).
Ajaran Shinto pada dasarnya merupakan bentuk religi kuno yang dalam konsep antropologi dikenal dengan istilah animisme dan dinamisme. Aspek ini bisa kita kenali dari kuil Shinto yang semuanya memakai gerbang Torri (tempat suci yang dipersembahkan bagi leluhur Kaisar, Uji (Klen) setempat, Dewa Padi atau arwah-arwah yang menguasai gunung, lembah dan lain-lain. Upacara-upacara ritual agama Shinto menjadidasar tradisional Jepang. Mulai ujung utara sampai ujung selatan pulau-pulau Jepang sepanjang tahun banyak upacara tradisional. Upacara penobatan Tenno dan sebagainya berpijak pada sistem tradisional yang berasal dari Shinto. Tenno yang berkuasa secara turun-temurun itu berdasarkan sistem patrilineal. Hal ini berimbas juga pada sistem waris keluarga Jepang. Anak laki-laki tertua akan mewarisi kekayaan ayah dan sekaligus pengganti kepala keluarga di rumah. Saat ini, pemerintahan Tenno merupakan kekaisaran tertua di dunia yang berdasarkan garis keturunan.
Di samping pemujaan terhadap Tenno, dalam masyarakat Jepang dikenal pemujaan terhadap arwah para leluhur yang dipercaya sebagai pendidik ie (semacam family khas Jepang). Para arwah tersebut diyakini mengawasi dan melindungi anggota-anggota ie yang masih hidup. Sementara itu, melalui Confusionisme, dikenal konsep pemerintahan sebagai sebuah keluarga besar, moral confusionisme yang demokratis, kesetiaan antar pribadi dan pentingnya kerja keras. Sedangkan, Budhisme memainkan peran yang tidak kalah penting yaitu konsep “samsara” atau hidup tiada akhir, hidup adalah derita dan sang budha yang akan membebaskan manusia dari derita tersebut (konsep Nirwana).

Ajaran Budha di Jepang mencapai masa keemasannya pada masa feonal yang dikenal sebagai Era Tokugawa. Hal ini bisa dilihat dari jejak-jejak historis yang diantaranya berupa seni patung, seni pahat, dan lukis pada kuil-kuil dan bentuk-bentuk arsitektur pada zaman ini. Di samping itu, hal yang tidak kalah pentingnya adalah ekspresi budaya Budhisme di dalam hiding sosial, politik, intelektual dan militer.
Sinkretisme tiga agama di Jepang dapat terwujud karena bangsa Asia kebanyakan menganut agama yang monotheisme. Shinto tidak mempertanyakan masalah akhirat, dan Mahayana (Budha) bukanlah agama yang eksklusif mudah menyesuaikan diri dengan keyakinan setempat, agama Budha dan Shinto mudah rukun bersama-sama dan kuil-kuil Shinto sering secara administrasi berhubungan dengan biara-biara Budha. Orang Jepang Pramodern biasanya menganut agama Budha dan Shinto dan sering pula banyak yang menganut Kong Fu Tse.
Beberapa karakter ini memungkinkan bangsa Jepang mudah diterima agama lain termasuk agama Kristen yang dibawa oleh orang Barat. Kendati demikian, dalam perkembangannya agama-agama ini pernah mengalami pasang surut, hingga dewasa ini (Jepang Modern) cenderung bersikap sekuler. Oleh karena itu, jangan heran apabila bagi orang Jepang ‘agama’ tidak lebih dari sekedar aksesoris yang secara ritual dinikmati sebagai arena rekreasi rohani. Oleh karena itu bagi kebanyakan orang Jepang, menikah diadakan di Kuil Shinto, meninggal dengan tata cara Budha, ikut merayakan Natal dan beretika Confucius adalah hal yang biasa tanpa dibebani perasaan bersalah atau berdosa.

Masyarakat Cina terkenal dengan kepercayaan terhadap agama Kong Hu-cu yang dikenal dengan nama Confusionisme. Kong Hu-cu adalah seorang filosof besar Cina. Dia adalah orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang paling mendasar. Filosofinya menyangkut moralitas orang perorang dan konsepsi suatu pemerintahan tentang cara-cara melayani rakyat dan memerintahnya lewat tingkah laku teladan telah menyerap jadi darah daging kehidupan dan kebudayaan orang Cina selama lebih dari dua ribu tahun. Lebih dari itu, juga berpengaruh terhadap sebahagian penduduk dunia lain. Lahir sekitar tahun 551 SM di kota kecil Lu, kini masuk wilayah provinsi Shantung di timur laut daratan Cina. Dalam usia muda ditinggal mati ayah, membuatnya hidup sengsara di samping ibunya. Waktu beranjak dewasa dia menjadi pegawai negeri kelas teri tapi sesudah selang beberapa tahun dia memutuskan mengundurkan diri. Sepanjang enam belas tahun berikutnya Kong Hu-Cu menjadi guru. Sedikit demi sedikit mencari pengaruh dan pengikut anutan filosofinya. Menginjak umur lima puluh tahun bintangnya mulai bersinar karena dia dapat kedudukan tinggi di pemerintahan kota Lu. Sang nasib baik rupanya tidak selamanya ramah karena orang-orang yang dengki dengan ulah ini dan ulah itu menyeretnya ke pengadilan sehingga bukan saja berhasil mencopotnya dari kursi jabatan tapi juga membuatnya meninggalkan kota. Tak kurang dari tiga belas tahun lamanya Kong Hu-Cu berkelana ke mana kakinya melangkah, jadi guru keliling, baru pulang kerumah asal lima tahun sebelum wafatnya tahun 479 SM.
Kong Hu-Cu kerap dianggap selaku pendiri sebuah agama; anggapan ini tentu saja meleset. Dia jarang sekali mengkaitkan ajarannya dengan keTuhanan, menolak perbincangan alam akhirat, dan mengelak tegas setiap omongan yang berhubungan dengan soal-soal metafisika. Dia tak lebih dan tak kurang seorang filosof sekuler, cuma berurusan dengan masalah-masalah moral politik dan pribadi serta tingkah laku akhlak.
Ada dua nilai yang teramat penting, kata Kong Hu-Cu, yaitu "Yen" dan "Li:" "Yen" sering diterjemahkan dengan kata "Cinta," tapi sebetulnya lebih kena diartikan "Keramah-tamahan dalam hubungan dengan seseorang." "Li" dilukiskan sebagai gabungan antara tingkah laku, ibadah, adat kebiasa
an, tatakrama dan sopan santun.
Pemujaan terhadap leluhur, dasar bin dasarnya kepercayaan orang Cina bahkan sebelum lahirnya Kong Hu-Cu, lebih diteguhkan lagi dengan titik berat kesetiaan kepada sanak keluarga dan penghormatan terhadap orang tua. Ajaran Kong Hu-Cu juga menggaris bawahi arti pentingnya keharusan seorang istri menaruh hormat dan taat kepada suami serta keharusan serupa dari seorang warga kepada pemerintahannya. Ini agak berbeda dengan cerita-cerita rakyat Cina yang senantiasa menentang tiap bentuk tirani. Kong Hu-Cu yakin, adanya negara itu tak lain untuk melayani kepentingan rakyat, bukan terputar balik. Tak jemu-jemunya Kong Hu-Cu menekankan bahwa penguasa mesti memerintah pertama-tama berlandaskan pemberian contoh teladan yang moralis dan bukannya lewat kekerasan dan. Salah satu hukum ajarannya sedikit mirip dengan "Golden Rule" nya Nasrani yang berbunyi "Apa yang kamu tidak suka orang lain berbuat terhadap dirimu, jangan lakukan."
Pokok pandangan utama Kong Hu-Cu dasarnya teramat konservatif. Menurut hematnya,
zaman keemasan sudah lampau, dan dia menghimbau baik penguasa maupun rakyat supaya kembali ke asal, berpegang pada ukuran moral yang teguh dan tidak ngelantur. Kenyataan yang ada bukanlah perkara yang mudah dihadapi. Keinginan Kong Hu-Cu agar cara memerintah bukan kekerasan, melainkan lewat tunjukkan suri teladan yang baik tidak begitu lancar pada awal-awal jamannya. Karena itu, Kong Hu-Cu lebih mendekati seorang pembaharu, seorang inovator ketimbang apa yang sesungguhnya jadi idamannya.
Kong Hu-Cu hidup di
zaman dinasti Chou, masa menyuburnya kehidupan intelektual di Cina, sedangkan penguasa saat itu tidak menggubris sama sekali petuah-petuahnya. Baru sesudah dia wafatlah ajaran-ajarannya menyebar luas ke seluruh wilayah Cina.
Kebetulan dengan munculnya dinasti Ch'in tahun 221 SM, mengalami masa yang amat suram. Kaisar Shih Huang Ti, kaisar pertama dinasti Ch'ing bertekat bulat membabat habis penganut Kong Hu-Cu dan memenggal mata rantai yang menghubungi masa lampau. Dikeluarkannya perintah harian menggencet lumat ajaran-ajaran Kong Hu-Cu dan menggerakkan baik spion maupun tukang pukul dan pengacau profesional untuk melakukan penggeledahan besar-besaran, merampas semua buku yang memuat ajaran Kong Hu-Cu dan dimasukkan ke dalam api unggun sampai hancur jadi abu. Kebejatan berencana ini rupanya tidak juga mempan. Tatkala dinasti Ch'ing mendekati saat ambruknya, penganut-penganut Kong Hu-Cu bangkit kembali semangatnya dan mengobarkan lagi doktrin Kong Hu-Cu. Di masa dinasti berikutnya (dinasti Han tahun 206 SM - 220 M). Confucianisme menjadi filsafat resmi negara Cina. Mulai dari masa dinasti Han, kaisar-kaisar Cina setingkat demi setingkat mengembangkan sistem seleksi bagi mereka yang ingin jadi pegawai negeri dengan jalan menempuh ujian agar yang jadi pegawai negeri jangan orang serampangan melainkan punya standar kualitas baik ketrampilan maupun moralnya. Lama-lama seleksi makin terarah dan berbobot : mencantumkan mata ujian filosofi dasar Kong Hu-Cu. Berhubung  jadi pegawal negeri itu merupakan jenjang tangga menuju kesejahteraan material dan keterangkatan status sosial, harap dimaklumi apabila di antara para peminat terjadi pertarungan sengit berebut tempat. Akibat berikutnya, ber generasi-generasi pentolan-pentolan intelektual Cina dalam jumlah besar-besaran menekuni sampai mata berkunang-kunang khazanah tulisan-tulisan klasik Khong Hu-Cu. Dan, selama berabad-abad seluruh pegawai negeri Cina terdiri dari orang-orang pandangannya berpijak pada filosofi Kong Hu-Cu. Sistem ini (dengan hanya sedikit selingan) berlangsung hampir selama dua ribu tahun, mulai tahun 100 SM sampai 1900 M. Tapi, Confucianisme bukanlah semata filsafat resmi pemerintahan Cina, tapi juga diterima dan dihayati oleh sebagian terbesar orang Cina, berpengaruh sampai ke dasar-dasar kalbu mereka, menjadi arah berfikir selama jangka waktu lebih dari dua ribu tahun. Ada beberapa penyebab mengapa Confucianisme punya pengaruh yang begitu dahsyat pada orang Cina. Pertama, kejujuran dan kepolosan Kong Hu-Cu tak perlu diragukan lagi. Kedua, dia seorang yang moderat dan praktis serta tak minta banyak hal-hal yang memang tak sanggup dilaksanakan orang. Jika Kong Hu-Cu menginginkan seseorang menjadi terhormat, orang itu tidak usah bersusah payah menjadi orang suci terlebih dahulu. Dalam hal ini, seperti dalam hal ajaran-ajarannya yang lain, dia mencerminkan dan sekaligus menerjemahkan watak praktis orang Cina. Segi inilah kemungkinan yang menjadi faktor terpokok kesuksesan ajaran-ajaran Kong Hu-Cu. Kong Hu-Cu tidaklah meminta terlalu banyak. Misalnya dia tidak meminta orang Cina menukar dasar-dasar kepercayaan lamanya. Malah kebalikannya, Kong Hu-Cu ikut menunjang dengan bahasa yang jelas bersih agar mereka tidak perlu berpindah. Tampaknya, tidak ada seorang filosof mana pun di dunia yang begitu dekat bersentuhan dalam hal pandangan-pandangan yang mendasar dengan penduduk seperti halnya Kong Hu-Cu.
Confucianisme yang menekankan rangkaian kewajiban-kewajiban yang ditujukan kepada pribadi-pribadi ke
timbang menonjolkan hak-haknya, rasanya sukar dicerna dan kurang menarik bagi ukuran dunia Barat. Sebagai filosofi kenegaraan tampak luar biasa efektif. Diukur dari sudut kemampuan memelihara kerukunan dan kesejahteraan dalam negeri Cina dalam jangka waktu tak kurang dari dua ribu tahun, jelaslah dapat disejajarkan dengan bentuk-bentuk pemerintahan terbaik di dunia. Gagasan filosofi Kong Hu-Cu yang berakar dari kultur Cina, tidaklah berpengaruh banyak di luar wilayah Asia Timur. Di Korea dan Jepang memang kentara pengaruhnya dan ini disebabkan kedua negeri itu memang sangat dipengaruhi oleh kultur Cina. Saat ini Confucianisme berada dalam keadaan guram di Cina. Masalahnya, pemerintah Komunis berusaha sekuat tenaga agar kaitan alam pikiran penduduk dengan masa lampau terputus sama sekali. Dengan gigih dan sistematik Confucianisme digempur habis sehingga besar kemungkinan suatu saat yang tidak begitu jauh Confucianisme lenyap dari bumi Cina. Tapi karena di masa lampau, akar tunggang Confilcianisme begitu dalam menghunjam di bumi Cina, bukan mustahil entah seratus atau seratus lima puluh lahun yang akan datang beberapa filosof Cina sanggup mengawinkan dua gagasan besar : Confucianisme dan ajaran ajaran Mao Tse-Tung.
Selain confusionisme, orang China juga menganut ajaran Budhisme dan Taoisme. Tetapi, yang paling besar adalah Confusionisme. Ajaran ini bukan hanya di Cina tetapi juga di negara Asia lain bahkan mungkin ke luar Asia. Budhisme hampir mirip dengan Confusionisme yang lebih menekankan pada ajaran Budha yaitu disiplin, meditasi dan kebijaksanaan. Sehingga antara penganut Confusionisme dan Budhisme dapat rukun bersama di Cina.

Dari paparan-paparan tentang agama, kepercayaan, dan pandangan hidup orang Jepang dan Orang China disimpulkan bahwa orang Jepang menganut tiga gama yaitu Shintoisme,  Budhisme dan Confusionisme. Sedangkan di China sebagian besar penganut Confusionisme dan lainnya adalah Budhisme ajaran-ajaran lainnya yang hidup dan berkembang di China. Gambaran yang dapat diperoleh bahwa Jepang dan Cina sama-sama penganut Confusionisme dan Budhisme sehingga perkembangan yang sekarang ini ada dalam masyarakatnya pastilah berakar dari kedua pandangan dan keyakinan ini.

5.      Ilmu Bela Diri
Koentjaraningrat (1990: 203-204) membagi unsur-unsur kebudayaan atas 7 unsur antara lain bahasa, organisasi sosial, sistem pengetahuan, sistem peralatan, sistem religi, sistem mata pencaharian hidup dan ekonomi dan kesenian. Kesenian sangat berkaitan dengan keindahan. Keindahan adalah bagian dan wilayah pengalaman manusiawi; keindahan itu jelas dan gamblang (Cassirer, 1987:208). Sedangkan Plato mengatakan bahwa seni adalah hasil karya manusia sesuai kejiwaannya untuk sebuah tiruan alam.
Ilmu bela diri merupakan sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami. Ilmu bela diri sangat berkaitan dengan keindahan dari seni membela diri dan memeprtahankan diri. Secara mental dan spiritual setiap masyarakat pasti memiliki seni bela diri yang dipengaruhi oleh ajaran dan keyakinannya masing-masing.
Berikut ini adalah beberapa ilmu bela diri yang terkenal di seluruh dunia :
1) Kungfu-Shaolin, Kungfu adalah ilmu bela diri terbesar yang berasal dari Cina. Aktor-aktor Asia seperti Jet Lee, Jackie Chan, Bruce Lie sangat kental dengan ilmu bela diri ini. Kungfu-Shaolin berasal dari China. Secara tradisional, beladiri ini diajarkan oleh para biksu Shaolin, dengan penekanan utama pada moralitas dan filosofi, dimana nilai kerendahan hati, kepercayaan, dan kesabaran, serta penghormatan ditekankan.
2) Aikido, Aikido berasal dari Jepang, dan mulai diperkenalkan pada tahun 1990-an. Ilmu bela diri ini hanya dengan konsep bertahan dari serangan lawan. Aikido memanfaatkan serangan lawan untuk menjatuhkan mereka sendiri. Tujuannya adalah untuk melumpuhkan, bukan untukmelukai. Ilmu bela diri ini sangat unik dan berbeda.
3) Judo, Judo ditemukan atau didirikan oleh Kano Jigoro, yang sering diganggu pada masa kecilnya, sekitar 1860 sampai 1870. Dengan mengambil berbagai kemampuan dasar beladiri yang berkembang, Kano menambahkan teknik lemparan untuk menciptakan Judo. Arti kata Judo adalah “jalan lembut” yang berarti kira-kira menggunakan kekuatan lawan untuk melawan dirinya sendiri. Karena prinsip inilah, maka Judoka tidak harus lebih kuat daripada lawannya. Fokus utama Judo adalah melempar dan kuncian tanah, daripada memukul atau menyerang. Awal mula judo berasal dari beladiri Jujitsu.
4) Karate, diturunkan dari kata yang berarti “tangan kosong”, Karate diperkenalkan sebagai beladiri tanpa senjata. Berbagai teknik Karate diperkirakan berawal dari tahun 1300-an, walaupun penulis “10 Precepts of Karate”, Anko Itosu, bapak karate modern, menuliskan buku tersebut pada 1908. “Karate adalah teknik yang mengubah tangan dan kaki menjadi tombak” demikian tulis Anko. Pada buku tulisan Anko, karate dapat dipakai sebagai cara mengindari perkelahian jika dihadang penjahat.
5) Jujitsu, ketika samurai Jepang kehilangan semua senjata, mereka akan beralih ke penggunaan Jujitsu (seni lembut). Jujitsu berkembang dengan berfokus pada lemparan, kuncian dan menggulingkan diri. Tapi tidak seperti bela diri lain, Jujitsu lebih banyak bergerak ke “apa aja boleh”. Secara tradisional, para murid diajarkan berbagai taktik “curang” seperti mencolok mata, menggigit, yang jika digunakan dengan tepat, dapat membunuh lawan. Bela diri ini sangat efektif jika digunakan pada pertempuran jarak pendek.
6) Jiujitsu, walaupun didirikan di Brazil, pendiri bela diri ini adalah Mitsuyo Maeda, seorang petarung dari Jepang, yang memenangkan lebih dari 2000 pertandingan dan dianggap sebagai manusia paling tangguh. Maeda bertemu dengan keluarga Gracie di Jepang pada 1914, dan semenjak saat itu juga keluarga Gracie dianggap sebagai keluarga pertama beladiri ini. Penekanan pada lemparan dan groundwork menjadikan olahraga ini populer di kalangan pengguna olahraga campuran.
7) Taekwondo, Tae-kwondo memiliki arti “jalan kepalan dan kaki”, beladiri ini berkembang pesat pada setelah era PD II, ketika Jepang mengakhiri pendudukan atas Korea. Bela diri ini terkenal atas tendangannya yang mencengangkan, dan menggabungkan antara kemampuan fisik dan kekuatan mental. Pemegang sabuk hitam beladiri ini mencapai 3 juta orang di seluruh dunia.
8) Ninjutsu, bela diri misterius ini biasa digunakan oleh kaum pembunuh dan para pejuang gerilya Jepang. Ninjitsu mengajarkan berbagai cara untuk mengejutkan lawan dan mengalahkan lawan, dengan arah perkembangan untuk membunuh. Selain kaki, tangan, berbagai senjata diajarkan juga, termasuk teknik menyelinap dan melarikan diri secara efektif.
9) Krav Maga, bela diri wajib pengawal presiden Israel, seni bela diri ini tanpa aturan, dan keras. Bela diri ini tidak pernah dilatih untuk olahraga, karena benar-benar ditujukan untuk menghancurkan penyerang dengan berfokus pada area vital lawan, misalnya selangkangan dan mata, dan bahkan mengijinkan penggunaan kepala sebagai senjata dan berbagai benda yang ada sebagai senjata. Pendekatan bela diri ini dibagi tiga langkah : hadapi ancaman, cegah lawan untuk melakukan serangan kedua, dan netralkan lawan.
10) Muaythai, mirip sekali dengan kickboxing, tapi bedanya, pukulan di bawah sabuk, siku dan dan lutut semua boleh dipergunakan. Muay Thay susah sekali diperkirakan kapan tepatnya lahir kapan, tapi berbagai elemen dari bela diri ini dapat ditemui di bela diri Jepang dan India. Popularitas beladiri ini mulai muncul pada 1800-an. Secara tradisi, bela diri ini sangat terstruktur, dengan berbagai ritual yang menunjukkan penghormatan kepada lawan. Sekarang bela diri ini lebih berfokus sebagai penggunaan badan sebagai senjata, kepalan, tulang kering, siku, lutut, dan berbagai hal lain untuk mengalahkan lawan. Inilah yang membuat bela diri ini berharga, karena semua bagian tubuh dapat digunakan sebagai senjata.

Jepang memiliki banyak sekali ilmu bela diri selain yang sebelumnya antara lain Jujutsu, Sumo, Karate, Aikido, Daitō-ryū Aiki-jūjuts, Dojo, Kempo, Kendo, Kihon, Koshi no mawari, Ninjutsu, Judo, Kata, dll. Jepang lebih terkenal dengan karate, sedangkan Cina terkenal dengan kungfu.
Berikut ini adalah sejarah ilmu bela diri di Jepang dan Cina. Pada sekitar tahun 500-an sebelum masehi, seorang padri Budha bernama Dharma si Orang Suci (Tat Mo Chou Su / Dharuma Taishi) yang berkelana menyebarkan ajaran Budha sampai di daratan Cina. Di situ ia akhirnya tinggal dan menetap di sebuah kuil bernama Siau Liem (Siau Liem Sie / Shorin Ji (=wihara Siau Liem) yang pada akhirnya nanti akan lebih dikenal dengan "Shaolin". Di situ, di samping mengajarkan "Dharma" dan "Zen", ia mengajarkan sebuah seni bela diri yang dia bawa dari daratan Hindustan. Ilmu bela diri tersebut ia kembangkan dengan menggabungkan beberapa teknik dan unsur dari ilmu bela diri lain dari daerah-daerah yang telah ia singgahi. Di Cina ia menciptakan sebuah "kembangan" dasar bela diri siswa Shaolin masa datang yang cukup terkenal yang disebut Cap We Lo Han Kun (delapan kepalan arhat). Siswa Dharma tidak hanya berasal dari daratan Cina saja, namun banyak pula yang berasal dari daerah lain, bahkan negara lain (Jepang, dan Muang Thai).
Di tahun 1900-an di Cina terjadi suatu "clash" yang dinamakan "Perang Boxer". Perang Boxer adalah perang antara rakyat cina yang didukung oleh Kaisar Tse Zhi melawan kolonial barat. Rakyat dan prajurit berperang dengan mengandalkan samangat, senjata tradisional dan ilmu bela diri, sedangkan pihak barat menggunakan senjata api. Tentu saja pihak kolonial dapat mematahkan searangan rakyat Cina dengan mudah, namun jumlah korban sama-sama besar. Kolonial barat lalu menekan masyarakat Cina dengan melarang segala jenis ilmu bela diri dan berusaha menutup paksa semua sekolah-sekolah bela diri di Cina. Kuil Siau Liem pun tak luput dari kebijakan yang sebenarnya tidak bijak itu. Penyerangan wihara-wihara Siaw Liem secara brutal memaksa para siswa dan biksu melarikan diri ke berbagai daerah. Mereka menyebar ke seluruh daratan Cina, dan ada pula yang pulang ke negara masing-masing. Dari para biksu yang melarikan diri tersebut terciptalah dua aliran dasar Kung Fu, yang kemudian diberi nama lain Wu Shu (seni berperang). Biksu dan siswa Siau Liem yang menetap di daerah selatan mengembangkan aliran Hok Kian, sedang mereka yang menetap di daerah utara mengembangkan teknik Shan Tung. Kung Fu aliran Hok Kian dan Shan Tung adalah dua aliran Kung Fu/Wu Shu yang cukup mendasar berkembang di daratan Cina. Hok Kian adalah Kung Fu yang berkembang di daerah selatan Cina yang berpadang luas dan berbukit sehingga disitu Kung Fu yang berkembang memiliki karakter menitik beratkan pada gerak dan olah kaki dan kuda-kuda dinamis. Senjata yang digunakan pun yang berjangkauan panjang (tombak, toya, dsb), sedangkan aliran Shan Tung (utara) yang notabene banyak dipenuhi hutan dan pepohonan bercorak pada gerakan tangan dan kuncian serangan pendek. Senjata jarak pendek pun menjadi andalan (golok, pedang, dsb.). Salah satu tokoh terkenal Kung Fu aliran Selatan adalah Huang Chi Ying (Wong Kai Ying, ayah dari Wong Fei Hung) yang menciptakan gerakan "Tendangan 7 Gelombang" yang nantinya akan dikembangkan oleh puteranya menjadi jurus tendangan tanpa bayangan.
Siswa Dharma yang pulang ke Jepang ada yang meneruskan ajaran Dharma (di Jepang beliau dipanggil "Dharuma Taishi") dengan mendirikan sebuah kuil bernama "Shorin". Di sini akhirnya lahirlah apa yang dinamakan "Shorin-ji Kenpo" (Beladiri kuil Shorin). Siswa kuil ini di panggil dengan sebutan "Kenshi". Dari kuil Shorin lahirlah 2 teknik dasar yaitu Ju-ho (lunak) dan Go-ho (keras). Kedua teknik ini masing-masing dikembangkan lagi menjadi beberapa bagian lagi. Aliran Go-ho melahirkan sebuah teknik yang sangat terkenal. Seorang Kenshi brilian bernama "Funakoshi Gichin" dari Okinawa membidani sebuah teknik yang diberinya nama "Okinawa-te" dan kelak teknik ini lebih terkenal dengan nama "Karate". Para Kenshi penganut Ju-Ho sendiri tak kalah kreatif. Salah satunya adalah "Morihei Ueshiba" yang menciptakan teknik Aiki-do (Seni damai). Aiki-do ini berprinsip hampir sama dengan Chi, yaitu bela diri yang berfalsafah "menang tanpa mengalahkan".
Dari paparan sebelumnya, walaupun Jepang memiliki banyak ilmu bela diri tetapi akar dari ilmu bela diri Jepang adalah dari Cina yaitu Kungfu. Perintis ilmu bela diri di Jepang adalah murid ajaran Kungfu. Dari pandangan ini disimpulkan bahwa ilmu bela diri paling tua di Asia adalah Kungfu yang kemudian dikembangkan menjadi Karate, Yudo, dll.

6.      Kesehatan dan Pengobatan
Kesehatan dan pengobatan sangat berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Ilmu pengetahuan merupakan langkah terakhir dalam perkembangan mental manusia dan boleh dianggap sebagai pencapaian tertinggi dan paling karakteristik dalam kebudayaan manusia (Cassirer, 1987:315). Ilmu ialah produk yang lahir kemudian dan amat canggih yang hanya bisa berkembang berkat kondisi-kondisi istimewa. Kemajuan ilmu pengetahuan akan menyebabkan kemajuan tingkat kesehatan dan pengobatan pula.
Orang Jepang dari segi kesehatan terkenal dengan pengonsumsi makanan mentah (sayuran mentah), hal ini didasari pandangan mereka tentang ajaran confusionisme dari Cina yang juga menjadi salah satu falsafah hidup mereka. Selain itu juga orang Jepang memakai teh hijau sebagai minuman yang baik bagi kesehatan. Menurut mereka Teh hijau (green tea) membantu memulihkan kesehatan manusia.
Berbeda dengan orang Jepang, orang Cina lebih terkenal dengan pengobatanan. Obat-obat tradisional Cina sangat mujarab dan terkenal dengan khasiatnya. Banyak yang telah membuktikan bahwa obat Cina memang bermanfaat. Orang Cina sangat terkenal dengan Ilmu pengobatan dari alam, dimana mereka mengambil daun-daun atau akar-akar pohon yang secara alami mampu mengobati berbagai penyakit bahkan memperpanjang umur. Seni pengobatan terkenal dari Cina sangat dipengaruhi oleh ajaran Confusionisme yaitu bahwa hidup manusia harus selaras dengan alam. Alam menyediakan semua yang dibutuhkan oleh manusia sehingga sikap menghormati dan menghargai alam merupakan salah satu inti ajaran confusionisme.

7.      Politik dan Pemerintahan
Politik dan Pemerintahan menurut budaya berkaitan dengan unsur kekuasaan, orang yang berkuasa dan rezim yang digunakan. Politik dan pemerintahan selalu terstruktur disesuaikan dengan rezim yang dianut setiap kelompok masyarakat. Banyak mengatakan bahwa tidak ada politik yang bersih, semuanya kotor. Pendapat seperti ini tidak bisa diterima mentah-mentah karena sebuah sistem dalam masyarakat sangat ditentukan oleh pemerintah dan rezimnya. Kehidupan tanpa pemerintah tidak bisa berjalan dengan benar, dan yang pasti tidak ada aturan yang akan ditetapkan. Sejelek-jeleknya pemerintahan dan rezimnya tetaplah secara alami akan terlaksana karena setiap masyarakat membutuhkan pemerintah. Pemerintah yang berkuasa pasti dilandasi oleh falsafah yang dianutnya, itu mutlak terjadi. Tidak ada pemerintahan tanpa falsafat yang dianutnya. Falsafah itu bisa berupa ajaran, agama dan kepercayaan, keyakinan, pendidikan, dll yang bisanya berpengaruh dalam rezim yang ditetapkan dalam sebuah negara.
Jepang menganut sistem negara monarki konstitusional yang sangat membatasi kekuasaan Kaisar Jepang. Sebagai kepala negara seremonial, kedudukan Kaisar Jepang diatur dalam konstitusi sebagai "simbol negara dan pemersatu rakyat". Kekuasaan pemerintah berada di tangan Perdana Menteri Jepang dan anggota terpilih Parlemen Jepang, sementara kedaulatan sepenuhnya berada di tangan rakyat Jepang. Kaisar Jepang bertindak sebagai kepala negara dalam urusan diplomatik. Parlemen Jepang adalah parlemen dua kamar yang dibentuk mengikuti sistem Inggris. Hal ini kita ketahui bahwa Jepang adalah negara yang menyatukan kehidupan modern dan tradisional. Jepang banyak menyerap sistem-sistem dari luar dan dipadukan dengan konteks masyarakatnya. Parlemen Jepang terdiri dari Majelis Rendah danMajelis Tinggi. Majelis Rendah Jepang terdiri dari 480 anggota dewan. Anggota majelis rendah dipilih secara langsung oleh rakyat setiap 4 tahun sekali atau setelah majelis rendah dibubarkan. Majelis Tinggi Jepang terdiri dari 242 anggota dewan yang memiliki masa jabatan 6 tahun, dan dipilih langsung oleh rakyat. Warganegara Jepang berusia 20 tahun ke atas memiliki hak untuk memilih.
Kabinet Jepang beranggotakan Perdana Menteri dan para menteri. Perdana Menteri adalah salah seorang anggota parlemen dari partai mayoritas di Majelis Rendah. Partai Demokrat Liberal (LDP) berkuasa di Jepang sejak 1955, kecuali pada tahun 1993. Pada tahun itu terbentuk pemerintahan koalisi yang hanya berumur singkat dengan partai oposisi. Partai oposisi terbesar di Jepang adalah Partai Demokratik Jepang. Perdana Menteri Jepang adalah kepala pemerintahan. Perdana Menteri diangkat melalui pemilihan di antara anggota Parlemen. Bila Majelis Rendah dan Majelis Tinggi masing-masing memiliki calon perdana menteri, maka calon dari Majelis Rendah yang diutamakan. Pada praktiknya, perdana menteri berasal dari partai mayoritas di parlemen. Menteri-menteri kabinet diangkat oleh Perdana Menteri. Kaisar Jepang mengangkat Perdana Menteri berdasarkan keputusan Parlemen Jepang, dan memberi persetujuan atas pengangkatan menteri-menteri kabinet. Perdana Menteri memerlukan dukungan dan kepercayaan dari anggota Majelis Rendah untuk bertahan sebagai Perdana Menteri.
Kaisar Akihito adalah Kaisar Jepang yang sekarang. Kaisar Akihito naik takhta sebagai kaisar ke-125 setelah ayahandanya, Kaisar Hirohito mangkat pada 7 Januari 1989. Upacara kenaikan tahta Kaisar Akihito dilangsungkan pada 12 November 1990. Putra MahkotaNaruhito, menikah dengan Putri Mahkota Masako yang berasal dari kalangan rakyat biasa, dan dikaruniai anak perempuan bernama Aiko (Putri Toshi). Adik dari Putra Mahkota Naruhito bernama Pangeran Akishino, menikah dengan Kiko Kawashima yang juga berasal dari rakyat biasa. Pangeran Akishino memiliki dua anak perempuan (Putri Mako dan Putri Kako), serta anak laki-laki bernama Pangeran Hisahito.


Berbeda dengan Jepang, Cina dulunya adalah negara yang diperintah Kaisar tetapi sekarang telah menjadi negara republik. Mao Zedong mendeklarasikan Republik Rakyat Cina pada tahun 1949. Menurut definisi resminya, RRC merupakan suatu negara komunis karena ia memang merupakan negara komunis pada kebanyakan abad ke-20 yang lalu. Secara resmi ia masih dikenal sebagai negara komunis, meskipun sejumlah ilmuwan politik kini tidak mendefinisikannya sebagai negara komunis. Tiada definisi yang tepat yang dapat diberikan kepada jenis pemerintahan yang diamalkan negara ini, karena strukturnya tidak dikenal pasti. Salah satu sebab masalah ini ada adalah karena sejarahnya, Cina merupakan negara yang diperintah oleh para kaisar selama 2000 tahun dengan sebuah pemerintahan pusat yang kuat dengan pengaruh Kong Hu Cu. Setelah tahun 1911 pula, Cina diperintah secara otokratis oleh KMT dan beberapa panglima perang dan setelah 1949 pula didobrak partai komunis Cina.
Rezim PRC sering dikatakan sebagai otokratis, komunis dan sosialis. Ia juga dilihat sebagai kerajaan komunis. Anggota komunis yang bersayap lebih ke kiri menjulukinya negara kapitalis. Memang, negara Cina semakin lama semakin menuju ke arah sistem ekonomi bebas. Dalam suatu dokumen resmi yang dikeluarkan baru-baru ini, pemerintah menggariskan administrasi negara berdasarkan demokrasi, meskipun keadaan sebenarnya di sana tidak begitu. Pemerintah RRC dikawal oleh Partai Komunis Cina (CCP). Walaupun terdapat sedikit-banyak gerakan ke arah liberalisasi, seperti pemilu yang sekarang diadakan di peringkat kampung dan sebagian badan perwakilan menampakkan sikap tegas mereka dari masa ke masa, partai ini terus memiliki kawalan terutama atas pemilihan jabatan-jabatan pemerintahan. Walaupun negara menggunakan cara otokratis untuk mengusir elemen-elemen penentangan terhadap pemerintahannya, ia pada masa yang sama juga mencoba mengurangi penentangan dengan memajukan ekonomi, membenarkan tunjuk perasaan pribadi, dan melayani para penentang yang dianggap tidak berbahaya terhadap pemerintah secara lebih adil.
Penyaringan terhadap dakyah-dakyah politik juga rutin, dan RRC secara berang menghapuskan protes atau organisasi apapun yang dianggapnya berbahaya terhadap pemerintahannya, seperti yang terjadi di Tiananmen pada tahun 1989. Akan tetapi, media republik rakyat ini semakin aktif menyiarkan masalah sosial dan menghebohkan gejala 'penyogokan' di peringkat bawahan pemerintahan. RRC juga begitu berhasil menghalangi gerakan informasi, dan ada masanya mereka terpaksa mengganti polisi mereka sebagai tindakan balas terhadap protes rakyat. Walaupun penentangan berstruktur terhadap CCP tidak dibenarkan sama sekali, demonstrasi rakyat semakin lama semakin kerap dan dibiarkan. Baru-baru ini, Hu Jintao yang ingin mempopulerkan gambaran konservatif, meningkatkan pengawalan pemerintahan atas harian-harian, termasuk harian-harian luar termasuk New York Times. Namun tidak dinaikan ini kemungkinan juga bersumber dari sifat harian-harian Barat yang sering menyeleweng dalam memberi laporan yang sebenarnya dan bersifat angkuh dan biadab serta tidak faham sensitivitas negara Timur.
Popularitas PKC di kalangan rakyat sukar diukur, karena tiada pemilu di tingkat nasional, dan apabila orang Cina ditanya secara sendirinya pula, ada sebagian yang menyokong dan ada pula yang membangkang. Secara umum, banyak dari mereka yang suka akan peranan pemerintahan mengabadikan stabilitas, yang membolehkan ekonomi maju tanpa masalah apapun. Antara masalah-masalah politik yang utama di Cina adalah jurang sosial diantara kaya dan miskin dan gejala suap yang berlaku karena biokrasi pemerintahan. Terdapat juga partai politik yang lain di RRC, walaupun mereka hanya sekadar sub-partai atau parti yang rapat dengan PKC. PKC mengadakan dialog dengan mereka melalui suatu badan perhubungan khusus, yang dinamai Dewan Perhubungan Cadangan Rakyat Cina (CPPCC) yang dipertimbangkan RRC. Cara ini lebih disukai pemerintahan dibandingkan pemilu. Kendati begitu, partai ini secara totalnya tidak memberi kesan apapun terhadap polisi dan dasar-dasar kerajaan. Fungsi badan perhubungan khusus ini lebih kepada mata luaran CPP, walaupun terdapat pengawai badan ini di semua tingkat pemerintahan.

Isu Hak Asasi Manusia

Pemerintah RRC berpendapat bahwa hak asasi manusia sepatutnya mencakup kepuasan hidup dan kemajuan ekonomi. Dengan kata-kata berlainan, saat mengkaji dirinya, ia melihat kemajuan ekonomi dan kepuasan hidup rakyatnya sebagai meningkatkan situasi hak asasi manusianya, dan saat melihat situasi di negara-negara maju ia seringkali menotakan terdapat tingkat kriminalitas dan kemiskinan yang tinggi di tempat-tempat yang dikatakan mempunyai penghormatan terhadap hak asasi manusia yang tinggi. Praktek melihat HAM seperti ini, diamalkan di kebanyakan negara timur yang lain. Tetapi pemerintah Barat dan organisasi non-pemerintahan (NGO) mereka mengatakan bahwa penahanan secara sewenang-wenang dan menafikan hak tahanan untuk berkomunikasi dengan pihak luar, di samping pengakuan yang dipaksa, penyiksaan, dan pencabulan hak tawanan disamping menyekat kebebasan pers, bersuara, berkumpul, agama, privasi, dan hak pekerja adalah melanggar definisi hak asasi manusia mereka. Mereka mendakwa semua masalah ini bersumber pada keengganan kerajaan RRC memberikan hak menentang dan ketidaksempurnaan sistem kehakiman dalam melindungi hak asasi politik individu.

Isu Etnis

RRC mendakwa ia merupakan satu negara yang memiliki banyak bangsa dan suku dan memberikan hak otonomi di Daerah Administrasi Minoritas kepada etnik bangsa minoritasnya. Ia juga mengutuk secara resmi chuvanis Han dan memberikan hak istimewa kepada suku-suku lain untuk memasuki institusi pendidikan tinggi disamping menjadi pegawai pemerintahan. Akan tetapi ia berhadapan dengan gerakan merdeka di provinsi Xizang (Tibet) dan provinsi Xinjiang. Gerakan-gerakan ini dan pemerhati luar mengkritik dasar-dasar etnisnya yang mengamalkan sistem memberikan uang menggalakan bangsa Cina Han berpindah ke kawasan-kawasan berkenaan sebagai chuvanis dan penjajahan dan menyekat gerakan merdeka apapun daripada berhasil. Bangsa Cina Han juga mengkritik dasar-dasar menberikan hak istimewa kepada etnik minoritas lain sebagai layanan kelas kedua terhadap mereka

Dari paparan sebelumnya, politik dan pemerintahan di Jepang dan Cina sangatlah dipengaruhi oleh falsafah yang dianutnya. Jepang menganut sistem yang sama dengan Inggris, memiliki kaisar sebagai simbol kerajaan tetapi pemerintahan dan politik di tangan Perdana Menteri. Penyerapan sistem pemerintahan Jepang dari Inggris menandakan Jepang bisa menyerap sesuatu demi kehidupan rakyatnya, tetapi tetap mempertahankan falsafah yang berpatokan pada ajaran Shintoisme yang tetap menghormati kaisar. Berbeda dengan Cina yang dulunya diperintah kaisar, kini menjadi sebuah negara republik dan diperintah presiden. Meskipun pemerintahan di Cina sekarang bukan lagi komunis tetapi negara ini tetap dikenal sebagai negara komunis sosialis. Resim ini karena pengaruh Khong Hu-Cu yang sampai sekarang masih banyak dianut masyarakat Cina.




E.     Kesimpulan
Dari pembahasan tentang perbandingan filsafat Jepang dan Cina dari sudut pandang ideologi kebudayaan sebelumnya, disimpulkan berikut.
1.      Jepang dan Cina adalah dua negara yang merupakan ikon Asia yang mampu bersaing dengan negara-negara barat. Jepang terkenal dengan produk-produk elektronik, otomotif dan kemajuan teknologi, sedangkan Cina terkenal sebagai penguasa ekonomi dunia.
2.      Moto pendidikan di Jepang adalah mengajarkan cara belajar, Jepang memadukan sistem pendidikan barat dengan tradisional. Berbeda dengan Cina yang menekankan pendidikan intelektualitas. Pendidikan di Cina dipengaruhi oleh ajaran-ajaran yang berkembanga dan dianut masyarakatnya misalnya Buddhisme, Confusionisme dan Taoisme.
3.      Bangsa Jepang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa resmi, sistem aksara Kanji yang diserap dari Cina yang kemudian dikembangkan menjadi Hiragana, Katakana dan Romaji. Sedangkan bangsa Cina menggunakan bahasa Mandarin sebagai bahasa resminya dengan membagi dalam dua standar yaitu Putonghua dan Guoyu dengan sistem aksara Kanji. Selain bahasa dan sistem aksara, sastra yang berkembang di Cina antara lain Kisah Tiga Negara karya Luo Guanzhong, Batas Air karya Shi Nai-An, Jin Ping Mei karya Lanlin Xiaoxiaosheng, dan ada juga Impian Pavilium Merah. Sedangkan sastra yang terkenal di Jepang adalah puisi-puisinya misalnya Waka, puisi karya Komachi, Yosano Akiko, dll.
4.      Jepang dan Cina sama-sama bersaing dalam bidang Ekonomi walaupun keduanya sama-sama pernah mengalami kehancuran tetapi keduanya dapat bangkit kembali karena memiliki akar budaya dan falsafah hidup yang kuat yang terbukti dari etos kerja yang tinggi.
5.      Orang Jepang memiliki kepercayaan kepada tiga ajaran yaitu Shintoisme, Confusionisme, dan Buddhisme. Sedangkan Orang Cina memiliki kepercayaan kepada Confusionisme (Khong Hu-cu), Buddhisme, Taoisme serta ajaran-ajaran lain yang berkembang di Cina.
6.      Ilmu bela diri yang berkembang di Jepang antara lain Jujutsu, Sumo, Karate, Aikido, Daitō-ryū Aiki-jūjuts, Dojo, Kempo, Kendo, Kihon, Koshi no mawari, Ninjutsu, Judo, Kata, dll. Sedangkan ilmu bela diri yang terkenal di Cina adalah kungfu. Ilmu bela diri yang berkembang di Jepang berakar dari kungfu yang dikembangkan oleh murid kungfu yang kembali ke Jepang. Kungfu adalah bela diri yang paling tua di Asia.
7.      Jepang terkenal dengan teh hijau (green tea) yang baik bagi kesehatan, kecantikan dan memperpanjang umur, selain itu juga terkenal sebagai bangsa yang suka mengkonsumsi makanan mentah misalnya sayuran, dll. Sedangkan Cina, terkenal dalam ilmu pengobatan, obat-obat Cina selama beratus-ratus tahun telah terbukti berkhasiat sampai sekarang walaupun pengobatan modern telah banyak berkembang tetapi pengobatan Cina tetap mampu bersaing.
8.      Jepang menganut sistem pemerintahan dan politik yang dikenal dengan nama sistem negara monarki konstitusional. Pemerintahan Politik di tangan Perdana Menteri dengan Kaisar sebagai kepala seremonial yang hanya merupakan simbol pemersatu rakyat. Berbeda dengan Cina yang dulunya diperintah Kaisar tetapi sekarang menjadi negara republik dengan rezim yang terkenal sampai sekarang yaitu otokratis, komunis dan sosialis.
9.      Jepang dan Cina sama-sama dipengaruhi oleh ajaran confusionisme yang berpengaruh dalam semua segi kehidupan mereka sampai sekarang.

F.     Daftar Pustaka
Arif, Oesman.  Handout Mata Kuliah Filsafat Ilmu Zaman Baru untuk Ilmu Eksakta, Ilmu Humaniora, dan Ilmu Sosial. Surakarta : Program Pascasarjana S3 Universitas Sebelas Maret.
Berger, Arthur Asa. 2010. Pengantar Semiotika : Tanda-tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Cassirer, Ernst. 1987. Manusia dan Kebudayaan : Sebuah Esei Tentang Manusia. Jakarta : PT. Gramedia.
Djojosuroto, Kinayati. 2007. Filsafat Bahasa : Buku yang Mengulas tentang Bahasa dari Paradigma yang Substansial Hingga Contoh Analisis Praktis. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher.
Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius.
Hidayat, Amir F. & Rahmani, Elis N. 2009. Ensiklopedi Bahasa-Bahasa di Dunia : Peristilahan dalam Bahasa. Bandung : CV. Pustaka Grafika.
Koentjaraningrat. 1998. Pengantar Antropologi II. Bandung : Rineka Cipta.
Kaplan, David dan Manners Robert A. 2002. Teori Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana.
Suriasumantri, Jujun S. 1996. Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Walker, John A. 2010. Desain, Sejarah, Budaya : Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta : Jalasutra.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar